Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui adanya perbedaan-perbedaan hasil penelitian berkaitan dengan pengaruh EVA terhadap
return saham. Hasil penelitian Hidayat 2011 dan Mardiyanto 2013 membuktikan EVA berpengaruh terhadap return saham, sedangkan hasil
penelitian Pradhono 2004, Rosy 2008 dan Laksana 2000 membuktikan EVA tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham. Kedua hasil
penelitian yang berbeda inilah yang memotivasi peneliti untuk meneliti kembali dengan originalitas dari penelitian Hidayat 2011. Perbedaanya adalah pada
penelitian sekarang hanya menggunakan dua variabel bebas yaitu EVA dan likuiditas. Objek penelitian juga berbeda dimana sebelumnya hanya menggunakan
satu objek perusahaan saja maka pada penelitian sekarang menggunakan objek yang berbeda yaitu perusahaan-perusahaan pertambangan di BEI yang berjumlah
15 perusahaan.
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah dan teori yang ada maka penelitian ini dapat digambarkan kedalam skema kerangka konseptual yang dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
EVA Return Saham
Likuiditas
Return memiliki peran yang signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi. Suharli 2005 menyebutkan bahwa return dapat menjadi indikator
untuk meningkatkan wealth para investor termasuk didalamnya para pemegang saham. EVA adalah suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang
sesungguhnya. EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan profit di atas
cost of capital perusahaan. Penelitian mengenai EVA pernah diteliti oleh Resmi 2002, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa EVA tidak berpengaruh
terhadap return saham. Penelitian yang serupa pernah diteliti juga oleh Tinneke 2007 dan Husniawati 2008 penelitian mereka menunjukkan bahwa variabel
EVA berpengaruh terhadap return saham. Perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan
pembayaran deviden dengan lebih baik pula Michelle Megawati,2005. Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai
rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi pinjaman. Hal ini juga dapat dilihat dari sudut pandang investor, dimana semakin tinggi nilai rasio lancar akan
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi kegagalan perusahaan. Kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar
tampaknya membantu melindingi klaim, karena persediaan dapat dicairkan dengan pelelangan atau karena tidak terdapat banyak masalah dalam penagihan
piutang usaha. Semakin tinggi tingkat likuiditas maka akan semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden sehingga menghasilkan return
positif dan dapat meningkatkan harga saham Wild, 2005:27. CR digunakan untuk menilai likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik
kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi baik akan semakin besar. Apabila hal tersebut
terjadi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya keuntungan perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi maka tingkat pengembalian return
saham juga tinggi Michelle Megawati,2005.
2.2 Hipotesis Penelitian