Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Globalisasi telah melanda dunia sebagai konsekuensinya perdagangan bebas melanda dunia. Produk dan jasa bebas keluar masuk suatu negara. Adanya globalisasi memicu persaingan antar perusahaan semakin ketat yang merupakan faktor lingkungan yang sulit untuk diprediksikan. Dalam kondisi yang tidak menentu, kejadian di masa mendatang sulit untuk diprediksikan sehingga proses perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi menjadi masalah Chenhall dan Morris, 1986 dalam Azis, 2011. Para manajer membutuhkan alat untuk mengkoordinasikan, merencanakan sumber daya terbatas agar mampu bersaing dalam kondisi lingkungan yang selalu berubah Azis, 2011. Salah satu fungsi manajerial yang dilaksanakan manajemen untuk menjamin pencapaian tujuan perusahaan adalah fungsi pengendalian, melalui suatu sistem yang disebut sistem pengendalian manjemen. Untuk menjalankan fungsi pengendalian tersebut, manajemen memerlukan suatu alat yang dapat membantunya dalam mengevaluasi kinerja manajer-manajer pada berbagai tingkat pusat pertanggungjawaban yang lebih rendah. Alat tersebut dikenal dengan anggaran. Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara 2 lebih efektif dan efisien. Sebagai alat perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh manajer departemen suatu perusahaan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Fungsi anggaran selain sebagai alat pengendalian juga sebagai alat untuk mengkoordiansikan, mengkomunikasikan, memotivasi, dan mengevaluasi prestasi Sarjana,dkk 2012:64. Siegel 1989 dalam Indarto dan ayu 2011:11 menyatakan bahwa anggaran mempunyai dampak langsung terhadap manusia terutama bagi yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran. Adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran menyebabkan sikap respek bawahan terhadap pekerjaan dan perusahaan Milani,1975 dalam Indarto dan Ayu, 2011:11. Dengan demikian akan mendorong bawahan yang berpartisipasi untuk membantu atasan dengan memberikan informasi yang dimilikinya sehingga anggaran yang disusun lebih akurat Baiman, 1982 dalam Indarto dan Ayu 2011:11. Keakuratan anggaran diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja manajerial Indarto dan Ayu, 2011:11. Menurut Brownell dan McInnes 1986 dalam Azis 2011 manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan menginternalisasikan standar dan tujuan yang ditetapkan dan mendorong kepuasan pribadi dari pekerjaan pencapaian anggaran sehingga akan mendorong peningkatan kinerja manajerial. 3 Berdasarkan UU 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Pasal 3 ayat 1 mengenai ketentuan pengelolaan keuangan negara dinyatakan bahwa pada prinsipnya pengelolaan keuangan negara oleh pemerintah pusat dandaerah harus dikelola secara tertib taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Sebelum berlakunya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sistem pendidikan nasional mengacu pada UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana pendanaan tidak diatur secara khusus. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tersebut Pendanaan Pendidikan sudah diatur secara khusus dalam Bab XIII, yang substansinya antara lain: 1. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat. 2. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. 3. Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. 4. Pengalokasian dana pendidikan. Pengelolaan dana baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, harus dilandasi semangat akuntabilitas dan transparansi. Dengan 4 pengelolaan dana yang transparan, masyarakat dapat mengetahui kemana saja dana sekolah itu dibelanjakan. Selama ini sekolah hanya memilki laporan-laporan dan surat-surat pertanggungjawaban sebagai bentuk transparansi pengelolaan keuangan sekolah. Sekolah diharapkan memiliki laporan pertanggungjawaban termasuk laporan keuangan sekolah yang terdiri dari neraca, laporan surplus, defisit, laporan arus kas, serta perhitungan biaya yang dihabiskan tiap siswa, sehingga pemerintah maupun stakeholders dapat mengetahui dengan lebih mudah berapa besar kebutuhan tiap murid dalam setiap bulan, semester atau tahunnya Bastian 2007 dalam Sutedjo 2009. Bastian 2007 dalam Sutedjo 2009 mengatakan bahwa dalam perspektif administrasi publik, tujuan manajemen keuangan pendidikan adalah membantu pengelolaan sumber keuangan organisasi pendidikan serta menciptakan mekanisme pengendalian yang tepat, bagi pengambilan keputusan keuangan dalam pencapaian tujuan organisasi pendidikan yang transparan, akuntabel dan efektif. Pengendalian yang baik terhadap administrasi manajemen keuangan pendidikan akan memberikan pertanggungjawaban sosial yang baik kepada berbagai pihak yang berkepentingan stakeholders. Tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan terkait pengelolaan keuangan sekolah, masih ditemukan adanya hal-hal berikut Bastian, 2007 dalam Sutedjo 2009 : 5 1. Dalam proses pengambilan kebijakan strategis pengelolaan keuangan sekolah, kepala sekolah belum melibatkan stakeholders, sehingga masih terjadi pengalokasian anggaran yang tidak mencerminkan prioritas, sifat dan kebutuhan siswa. 2. Makin mahalnya pungutan pada masyarakat oleh sekolah negeri, sehingga akses orang miskin untuk memperoleh pendidikan menengah yang baik semakin tertutup. 3. Komite sekolah tidak memiliki akses yang memadahi terhadap sumber – sumber dana yang diperoleh sekolah. 4. Manfaat informasi yang dihasilkan oleh laporan keuangan sekolah belum maksimal untuk bahan pengambilan keputusan entitas sekolah. 5. Kuatnya dominasi Kepala Sekolah dalam setiap pengambilan keputusan sekolah, menyebabkan rendahnya keinginan Kepala Sekolah untuk mempertanggungjawabkan keuangan sekolah dan melemahkan fungsi pengawasan melalui komite sekolah, sehingga membuka peluang bagi penyalahgunaan kewenangan dalam pengelolaan keuangan sekolah. 6. Masih adanya berbagai macam persepsi diantara stakeholders tentang pengelolaan keuangan sekolah. Penelitian yang membahas mengenai partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial telah banyak dilakukan dan menunjukan hasil yang bertentangan. Saat ini beberapa hasil penelitian menunjukan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Bass 6 dan Levitt 1963, Schuler dan Kim 1979, Brownell 1982, Brownell dan Mc Innes 1986, Chenhall dan Brownell 1988, Frucot Shearon 1991, Erly 1985, Steers 1975, Indiantoro 1993 menunjukan hasil positif dan signifikan antara partisipasi anggaran terhadap partisipasi anggaran terhadap kinerja manjerial Cahyaning, 2000;Suriyono,2004; Indarto dan Ayu,2011. Penelitian yang dilakukan Latham dan Marshall 1982, Latham dan Yuki 1976 menunjukan hubungan positif yang tidak signifikan Supriyono, 2004; Indarto dan Ayu, 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Azis 2011 berdasarkan hasil analisis data bahwa partisipasi penyusunan anggaran dapat dibuktikan secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial melalui dampak positif. Penelitian mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja masih menunjukan hasil yang bertentangan, hal ini dibuktikan melalui hasil penelitian Anggraeni 2009 dalam Edwin 2014 yang dalam hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut Putra, 2013. 7 Permasalahan rendahnya daya serap anggaran setiap tahun menjadi masalah rutin setiap tahunnya. Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2011 disebutkan bahwa daya serap anggaran belanja kementerian dan lembaga dalam lima tahun terakhir rata-rata hanya 90 dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBN setiap tahun. Penyerapan dana tidak efektif tercermin dalam Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SILPA yang menurut oleh Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP, bahwa rata-rata SILPA Pemda secara nasional per tahunnya melebihi Rp 50 Trilyun. Jumlah SILPA yang besar tersebut terjadi bukan karena semata- mata efisiensi dalam pengelolaan belanja daerah tetapi lebih menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah belum efektif karena didalamnya, antara lain ada programkegiatan yang tidak dapat dilaksanakan pada tahun anggaran yang bersangkutan. Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua DPR RI Marzuki Alie, bahwa serapan anggaran yang tidak optimal menunjukkan adanya permasalahan dalam pengelolaannya, karenanya beberapa aspek yang perlu dievaluasi. Antara lain, lemahnya perencanaan program dan kegiatan, lemahnya koordinasi antara unit perencana dan unit pelaksana kegiatan, dan lemahnya pelaksanaan kegiatan. Dengan kelemahan- kelemahan tersebut mengakibatkan sering dilakukannya revisi anggaran. Fakta secara nasional tersebut menjadi salah satu dasar ketertarikan penulis untuk menganalisis secara khusus anggaran dan realisasi kegiatan keuangan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas, bahwa kinerja anggaran pemerintah daerah selalu dikaitkan dengan bagaimana sebuah unit 8 kerja pemerintah daerah dapat mencapai tujuan kerja dengan alokasi anggaran yang tersedia. Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas merupakan salah satu organ Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang merupakan satuan organisasi dari Pemerintahan Kabupaten Kapuas, dengan tugas pokok melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendidikan dengan tujuan terwujudnya proses pendidikan yang demokratis dengan memperhatikan keragaman kebutuhan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Dengan tanggung jawab pokok sebagaimana instansi pemerintah lainnya yaitu menciptakan pelayanan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang mencakup fungsi penyelenggaran pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa masih belum optimalnya pengelolaan keuangan pemerintahan khususnya pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas sehingga terlihat bahwa antara anggaran dan realisasi yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Faktor sumberdaya manusia merupakan modal dasar dalam pelaksanaan pembuatan suatu anggaran, namun karena dalam sistem pemerintahan bahwa pegawai yang menduduki suatu jabatan tidak selalu orang yang memiliki kemampuan dan pendidikan yang sesuai dengan pelaksanaan pekerjaannya maka hasil yang dicapaipun kurang optimal. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah sistem perencanaan anggaran yang 9 dibuat untuk masa satu tahun berjalan menjadi kelemahan dari fungsi anggaran itu sendiri bahwa dalam masa satu tahun tersebut mungkin saja banyak hal yang bisa berubah baik itu perubahan harga satuan barang yang direncanakan awal tahun namun pada saat akan dilakukan realisasi belanja, harga barang-barang tersebut naik sehingga anggaran yang telah ditetapkan kurang untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. Anggaran dilaksanakan pada periode satu tahun ke depan yang tentunya mengacu kepada anggaran dan realisasi yang dicapai pada tahun sebelumnya yang dipergunakan sebagai tolak ukur pembuatan anggaran berikutnya. Tanpa adanya suatu kejelian dalam menganalisa anggaran yang akan dibuat maka tidak akan didapat realisasi yang sesuai dalam anggaran keuangan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas yang tentunya akan berimbas pada kurang optimalnya hasil pencapaian kinerja Yudhi dan Viani, 2012. Terdapat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putra 2013 yang menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan positif tehadap kinerja manajerial SKPD. Adanya kejelasan sasaran anggaran mengacu pada anggaran yang telah dibuat dan dapat dimengerti secara jelas dan spesifik sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya berdampak baik terhadap kinerja atau aktivitas manajerial dari aparat itu sendiri. Fakta yang ditemukan dilapangan menunjukan hubungan yang sesuai satu sama lain dimana dengan adanya kejelasan sasaran anggaran maka aparat dapat menentukan target dalam 10 mencapai anggaran tersebut, dan merumuskan apa saja yang akan dilakukan sehingga apa yang telah ditargetkan pada awalnya dapat terealisasi dengan baik. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Azis 2011 berdasarkan hasil analisis pengaruh tidak langsung yang menunjukkan kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Oleh Argyris 1952 serta Hansen dan Mowen 2000 dalam Azis 2011 Manajemen puncak hanya secara formal menerima anggaran dari manajer di bawahnya dan tidak mempelajari masukan yang diberikan, dengan demikian manfaat perilaku yang diharapkan dari partisipasi tidak akan terwujud. Akibatnya dengan kejelasan sasaran anggaran pada tingkat manajer fungsional hanyalah pada tingkat perencanaan. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nobel 2015 bahwa kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah. Dengan demikian, kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah ditolak. Umpan balik pada urnumnya memberikan informasi kepada para pelaksana anggaran tentang kekurangan yang dapat mendatangkan perasaan tidak senang, bahkan dapat membuat masalah semakin buruk. Akan tetapi, untuk tujuan peningkatan prestasi, umpan balik tentang keberhasilan aparat adalah sangat penting meskipun dalam beberapa hal rasa tanggungjawab 11 yang tinggi dapat berdampak negatif apabila kegagalan diungkapkan Arifin, 2010 dalam Nobel, 2015. Umpan balik terhadap sasaran anggaran merupakan variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Dengan adanya umpan balik yang diperoleh dari pencapaian sasaran anggaran dan dilakukannya evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan, maka karyawan akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan terhadap anggaran Murthi dan Sujana, 2008 dalam Nobel, 2015. Upaya pemerintah dalam menuntaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan dapat dilihat pada UUD RI 1945 dalam perubahan keempatnya tentang pendidikan dan kebudayaan pada pasal 31 ayat 3 bahwa “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang ” tidak sepenuhnya berjalan dengan efektif karena masih banyak masyarakat yang kekurangan dalam mengenyam pendidikan yang lebih baik. Salah satu program pemerintah yang tertera dalam undang-undang tersebut adalah program Bantuan Operasional Sekolah BOS. Bantuan Operasional Sekolah BOS terealisasikan mulai tahun 2005 yang 12 menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan membebaskan biaya pendidikan bagi seluruh siswa. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ternyata tidak semuanya berjalan dengan apa yang diharapkan, karena dalam pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS masih banyak sekolah-sekolah yang serba kekurangan dalam melengkapi alat-alat keperluan belajar mengajar. Dapat dilihat pada contoh kasus penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS yang terjadi di salah satu daerah Kabupaten Karo misalnya. Menurut Surbakti dalam Koran Sinar Indonesia Baru 2012 telah terjadi penyalahgunaan pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS dan beasiswa di Kecamatan Laubaleng, Kecamatan Mardinding, Tiganderket dan umumnya terjadi di setiap kecamatan di Kabupaten Karo. Salah satunya di SMPN 3 Lau Solu Kecamatan Mardinding, diungkapkan bahwa bantuan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu dipotong oknum kepala sekolah sekitar Rp 100.000 per siswa dan penyaluran dan pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS tidak dimusyawarahkan dengan komite sekolah, orang tua siswa ataupun para guru yang bersangkutan. Termasuk berapa dana Bantuan Operasional Sekolah BOS yang diterima pun sama sekolah tidak diketahui Surbakti, 2012. Selain itu dapat dilihat juga kasus yang terjadi penyalahgunaan dana BOS yang terjadi di sejumlah sekolah di Aceh. Menurut bakri, telah terjadi penyalahgunaan dana BOS sebesar Rp. 1.569.409.000 dana BOS untuk 133 sekolah di Kabupaten Pidie Jaya Pijay, telah digunakan untuk membeli 13 mesin absen finger print sidik jari, komputer jinjing laptop, dan printer Bakri, 2016. Menurut Bustami Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten DPRK, sejak direalisasikan dana operasional itu pertengahan tahun 2015 lalu, jasa pengadaan barang kerap menjadi lahan empuk pejabat untuk mencari keuntungan pribadi, dengan menekan bawahan kepala sekolah. Kepala dinas sering mengondisikan agar setiap kepala sekolah menerima barang yang dibeli pihak Disdik dengan memotong dana Bos masing- masing sekolah. “Padahal, dalam penggunaan dana BOS ini seharusnya diputuskan oleh Kepsek bersama komite sekolah Bakri, 2016. Selain itu juga terjadi kasus korupsi dana BOS di Bekasi yang dilalukan oleh mantan Kepsek Sekolah Dasar Mustikajaya 01 Bekasi. Selama tiga tahun, Kepsek diduga menggunakan uang tersebut untuk kepentingan pribadi kurang lebih 1 miliar lebih Carina, 2015. Menurut Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Kota Bekasi Eri Syarifah menyebutkan jumlah dana bantuan yang diterima selama tiga tahun adalah Rp. 1.161.361.000. Dari dana tersebut, sebayak 400 juta diduga digunakan untuk keperluan pribadi Carina, 2015. Terdapat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nobel 2015 bahwa umpan balik anggaran berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja aparat pemerintah daerah. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kinerja aparat pemda dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, 14 sebaliknya jika umpan balik anggaran sedikit akan melemahkan kinerja aparat Pemda juga akan turun. Namun berbeda dengan penelitian Redemptus 2012 yang menunjukkan umpan balik anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan anggaran pemerintah. Umpan balik anggaran merupakan variabel motivasi yang menggambarkan informasi mengenai pencapaian kinerja yang telah dilaksanakan. Umpan balik anggaran merupakan variabel motivasi yang menggambarkan informasi mengenai pencapaian kinerja yang telah dilaksanakan. Menurut Wijayanti 2012, kinerja manajerial merupakan seberapa jauh seorang manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan. Mondy, 2010 dalam Wijayanti 2012. Berdasarkan uraian di atas, dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka penulis tertarik untuk membahas dan melakukan penelitian dengan berusaha menguji pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial. 15 Oleh karena itu peneliti membuat ke dalam karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Noor Azis 2011. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan oleh Noor Azis 2011 adalah Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Anggaran dan Umpan Balik Terhadap Peningkatan Kinerja Manajerial Melalui Kepuasan Kerja dan Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderating. Sedangkan sebagai pembeda dari penelitian sebelumnya, peneliti tidak menggunakan variabel kepuasan kerja dan variabel ketidakpastian lingkungan sebagai variabel moderating. 2. Obyek Penelitian yang dilakukan oleh oleh Noor Azis 2011 adalah pada manajer atau kepala bagian setingkat manajer di perusahaan manufakture sebagai unit analisis yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan bagian tata usahaadministrasi yang berada di Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan. 3. Pengujian hipotesis yang digunakan oleh Noor Azis 2011 adalah menggunakan analisis model persamaan struktural Stuctural 16 Equation Modelling, SEM. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode Regresi Berganda. 4. Tahun penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah tahun 2011, sedangkan tahun penelitian sekarang adalah tahun 2016.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun

4 79 107

Pengaruh kejelasan sasaran anggaran, struktur desentralisasi dan locus of control terhadap kinerja manajerial

0 17 14

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Keadilan Distributif Terhadap Kinerja Manajerial

3 17 66

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH.

0 5 15

PENGARUH PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Studi Kasus P

0 5 11

PENGARUH PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Studi Kasus P

0 2 17

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, UMPAN BALIK ANGGARAN, KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN KARO.

0 4 29

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL ( Studi Empiris pada Pejabat Eselon III dan IV di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo ).

0 2 7

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN,KEJELASAN SASARAN ANGGARAN,UMPAN BALIK ANGGARAN,PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA MANAJER PERUSAHAAN MANUFAKTUR - Unika Repository

0 0 14

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN,KEJELASAN SASARAN ANGGARAN,UMPAN BALIK ANGGARAN,PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA MANAJER PERUSAHAAN MANUFAKTUR - Unika Repository

0 0 34