Input Data dan Reformatting Data Berdomain SEG-D Sorting Data

diketik nama dari lintasan seismik, dan diakhiri dengan menekan [ENTER]. Pada tahap ini telah telah terbentuk ruang kerja line Gambar 27. Gambar 27. Ruang Kerja Line dalam Promax. 3. Pembuatan ruang kerja flows, untuk memasuki ruang kerja flows, diklik MB1 pada nama lintasan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Pada ruang kerja flows, dipilih perintah Add, lalu diketik nama dari processing flows yang akan dilakukan, dan diakhiri dengan menekan [ENTER]. Sampai dengan tahap ini telah terbentuk processing flows Gambar 28. Gambar 28. Ruang Kerja Flow dalam Promax.

3.3.1 Input Data dan Reformatting Data Berdomain SEG-D

Input data merupakan proses pemasukkan data kedalam software dan reformatting data ke dalam format software seg-d  promax. Data dengan domain SEG-D pada umumnya adalah data digital hasil rekaman langsung dari akuisisi data dilapangan. Data dalam format SEG-D pada awalnya merupakan data rekaman seismik per tembakan atau shot kemudian digabungkan menjadi satu kelompok dalam setiap line yang biasa disebut dengan shot gather. Selanjutnya data inilah yang kemudian dimasukkan dan di-reformating kedalam format ProMAX untuk pengolahan data selanjutnya Gambar 29, 30, dan 31. Gambar 29. Flow Input Data. Gambar 30. Parameter Masukkan Dalam Input Data. Gambar 31. Disk Data Output.

3.3.2 Sorting Data

Penyortiran data ini penting dilakukan karena merupakan salah satu bagian terpenting sebelum menyocokan data terhadap geometri di lapangan. Terdapat beberapa pilihan penyortiran data, yaitu : a Mengurutkan Data Berdasarkan Source Number Gambar 32. Pengurutan Data Berdasarkan Source Number 900 dan 1000. Pengurutan ini dilakukan dengan menggunakan pilihan select primary trace header entry berupa pilihan source yang akan membaca data dengan ensemble order shot. Pada pilihan secondary digunakan none yang berarti tidak ada pengurutan trace dalam ensemble. Pengubahan nilai source dapat dirubah tergantung pada pemilihan awal. Pada flow di atas, terlihat bahwa pemilihan source number yang terbaca pada 900 dan 1000. b Mengurutkan Data Berdasarkan Source dan Channel Number Gambar 33. Pengurutan Data Berdasarkan Source dan Channel Number. Flow chart yang digunakan ini dimaksudkan untuk mengurutkan data berdasarkan source dan channel number. Pilihan CHAN untuk secondary trace header entry akan mengurutkan setiap ensemble SOURCE oleh channel number, dan juga membatasi banyaknya channel untuk diproses. Pengubahan nilai sort order list for dataset menjadi 900-100010:1-60 berarti bahwa :  900-1000 merupakan batas source yang diproses  10 merupakan pemilihan setiap 10 source di dalam batas sebelumnya  Tanda “ : ” memisahkan primary sort order dan secondary sort order  1-60 merupakan pemilihan 60 channel pertama di dalam setiap SOURCE c Pengurutan Data Berdasarkan CDP Number Gambar 34. Pengurutan Data Berdasarkan CDP Number. Pilihan primary trace header entry dengan menggunakan pilihan CDP bin number adalah untuk membuat gather CDP dari input dataset. Selanjutnya untuk pilihan secondary trace header entry dipilih offset yang dimaksudkan untuk mengurutkan trace di dalam setiap gather CDP oleh header offset. Dalam parameter sort order for dataset digunakan input nilai 900-100025: berarti bahwa :  900-100025 merupakan pemilihan setiap 25 CDP antara 900-1000  merupakan sebuah tanda khusus untuk membaca semua batas offset. d Menampilkan Penampang Near Offset Penggunaan kemampuan sorting data dalam disk data input, akan dengan mudah menampilkan sebuah penampang near offset dengan memilih channel pertama dalam setiap shot. Sebuah penampang near offset akan memberi sebuah gambaran umum geologi pada suatu lintasan seismik. Gambar 35. Cara Menampilkan Penampang Near Offset. Pilihan primary trace header entry menjadi CHAN Recording Channel Number yang secara kasar sama dengan offset. Selanjutnya untuk tanda : ini berarti bahwa pembacaan data akan memilih semua channel dari semua shot yang dimulai dari channel pertama. 3.3.3 Geometry Pada flow ini dilakukan pendefinisian geometri dari data yang telah di- loading, sesuai dengan geometri penembakan pada saat pengambilan data di lapangan Jusri, 2004. Informasi mengenai geometri akan menjadi suatu identitas header dari trace seismik yang terekam, dan akan menjadi suatu atribut yang sangat vital dalam pengolahan data seismik tersebut selanjutnya. Geometry adalah proses penggabungan data parameter akuisisi dengan data seismik. Hal ini dilakukan karena data seismik hasil rekaman di lapangan hanya akan mengandung data SOU_SLOC, FFID, dan channel. SOU_SLOC menunjukkan nilai station, FFID menunjukkan nomor tembakan, dan channel menunjukkan channel yang aktif dalam perekaman data seismik. Untuk mempermudah penyajian data dalam pengolahan data parameter akuisisi lain perlu di tambahkan dalam data seismik seperti koordinat shot point, koordinat receiver, koordinat CDP, penomoran CDP, offset, dan lainnya. Langkah dalam proses geometry adalah sebagai berikut Gambar 36. Gambar 36. Flow Chart Geometry. 1. Memasukkan parameter akusisi Parameter-parameter geometri didefinisikan ke dalam database. Dipilih proses 2D Marine Geometry Spreadsheet . Kemudian diklik perintah Execute. Selanjutnya muncul jendela 2D Marine Geometry Assignment Gambar 37. Gambar 37. Geometri Data Seismik Laut 2D. Parameter akuisisi dimasukkan untuk membangun skema geometry. Parameter yang dimasukkan antara lain source depth, stremer depth, azimuthship direction, receiver interval, shot interval, near channel, far channel, offset, first station, station increment, dan channel increment. a Selanjutnya dipilih perintah Setup dan pada jendela Geometry Setup yang keluar diisi dengan data akuisisi dari Observer Report. Informasi dalam dimasukkan ke dalam menu Setup ini akan digunakan dalam Quality Control Gambar 38. Gambar 38. Setup Parameter.  Assign Midpoint By Pada parameter ini dipilih Matching pattern number in the SIN and PAT spreadsheets. Sebagai metode yang digunakan untuk mendefinisikan nomor pola dari nomor source index dengan pattern spreadsheets.  Untuk nilai nominal pada Station Intervals diisi sesuai dengan laporan observer.  Satuan yang digunakan dalam meter.  Selanjutnya diklik OK. b Selanjutnya pada menu utama dipilih Auto-2D. Menu ini akan menampilkan jendela Auto Marine 2D Geometry. Informasi dalam spreadsheet ini akan dihitung dan hasil perhitungannya menjadi informasi masukan dalam source and pattern spreadsheets Gambar 39. Gambar 39. Auto 2D Parameter.  Near Channel merupakan nomor channel terdekat dengan vessel diisi 1  Far Channel merupakan channel terjauh dari vessel diisi dengan 192  Chan Increment yaitu penambahan nomor channel diisi dengan 1 karena channel bertambah satu-satu hingga channel terjauh.  Minimum offset yaitu jarak sepanjang azimuth streamer dari lokasi antena hingga channel terdekat diisi dengan 110.  Perpendicular offset yaitu jarak prependikular ke azimuth streamer dari lokasi source ke channel terdekat diisi dengan 0.  Group interval yaitu interval receiver dalam meter diisi dengan 12.5.  Number of shot yaitu jumlah tembakan diisi dengan 696.  First shot station yaitu nomor stasiun untuk tembakan pertama adalah 92001 atau dapat diisi dengan 1.  Sail line azimuth yaitu arah azimuth pengukuran relatif utara ke timur dari lintasan adalah 25 derajat.  Shot interval yaitu jarak antara tembakan adalah 25 meter  X and Y koordinat shot pertama yaitu koordinat X dan Y dari tembakan yang pertama diisi dengan 0, karena parameter lapangan tidak dilengkapi, sehingga koordinat dikosongkan.  Diklik OK. c Tabel Source Tabel source digunakan untuk memeriksa parameter yang telah dimasukkan. Table ini mengacu pada source, termasuk koordinat X dan Y. Dipilih menu Sources kemudian muncul jendela SIN Ordered Parameter spreadsheet Gambar 40. Jendela ini digunakan untuk memasukkan, mengimport, dan mengedit informasi source ProMAX, 2011. Gambar 40. SIN Ordered Parameter spreadsheet.  Source diisi dengan nomor source mulai dari 1,2,3,…dst  Beberapa kolom pada spreadsheet ini akan terisi secara otomatis setelah kita mengeksekusi jendela Auto-2D pada tahap sebelumnya.  H2O Depth yaitu kedalaman air diisi dibiarkan begitu saja mengikuti hasil yang ada.  FFID adalah Field File Identification Number diisi mulai dari 91000 hingga 91695 dengan peningkatan sebanyak 1 file nomor. Hal ini sesuai dengan laporan observer.  Src Pattern diisi dengan 1 karena menggunkan pola penembakan satu saja yaitu pola Off-End.  Selanjutnya dipilih menu File kemudian Exit d Pattern Dipilih menu Patterns kemudian akan muncul jendela PAT Ordered Parameter File. Menu ini menampilkan spreadsheet untuk memasukkan, mengedit, atau mengimpor informasi mengenai pola receiver dan source pada saat penembakan. Pattern merupakan pola yang dimiliki oleh airgun maupun streamer Gambar 41. Gambar 41. Pattern Parameter. e Binning Binning merupakan proses perhitungan CDP number, koordinat, dan lainnya sampai dapat terbangun database dalam ProMAX. Tahap ini dilakukan dalam 3 tahap, antara lain terdapat pada gambar 42, 43, dan 44. Gambar 42. Penyocokan Pattern dan Source.  Pada binning Sequence, dipilih Assign midpoints by: Matching pattern number in the SIN and PAT spreadsheets. Selanjutnya diklik OK  Setelah proses selesai, dipilih Binning pada Binning Sequence tadi, dengan metode Midpoints, default OFB parameters.  Source station Tie to CDP Number diisi dengan 1  CDP number Tie to Source Station diisi dengan 0  Distance between CDPs diisi dengan 6.25 m  Diklik OK.  Langkah terakhir adalah dipilih Finalize database, dan selanjutnya diklik OK. Gambar 43. Binning dan Penomoran CDP. Gambar 44. Finalisasi Geometry. f Trace QC Dipilih menu TraceQC maka akan membuka jendela TRC Ordered Parameter File. Spreadsheet ini digunakan untuk mengontrol kualitas dari pendefinisian geometri data. Salah satu cara untuk meng-QC hasil geometri kita sudah benar atau belum adalah dengan menampilkan penampang antara CDP dan Offset Gambar 45. Gambar 45. Trace QC. Perintah yang dilakukan adalah View lalu View All dan XY Graph. Apabila tampilan penampang tersebut telah menunjukkan pola yang sesuai dengan pola penembakan di lapangan, maka alur pengolahan data seismik dapat dilanjutkan. Apabila masih ada kesalahan maka dapat dicek dan dikoreksi dari spreadsheet ini.QC dilakukan untuk mengevaluasi apakah data yang kita masukkan sudah benar Gambar 46. Gambar 46. Penggabungan Data Seismik dan Desain Geometry. 2. Gambar 47 menunjukkan flow penggabungan kedua data tersebut. Data seismik yang dimasukkan merupakan data seismik yang sudah disortir berdasarkan first dan last good shot point pada observer log. Gambar 47. Flow Penggabungan Data Seismik dan Desain Geometri.  Disk data input dipilih data berdasarkan hasil input data pada flow sebelumnya, yaitu 00 Raw  Selanjutnya Inline Geom Header Load dibiarkan default  Disk data output dipilih nama output yang akan digunakan, yaitu geometry Pengolahan data dengan menggunakan software under-windows dilakukan pula dengan setingan terhadap hasil OPF dan beberapa parameter geometry pada shared folder yang diatur pada etc-config file. Setingan ini dimaksudkan untuk dapat mengatur partisi penyimpanan hasil processing agar di saat inline geometry tidak terjadi error. Script yang dirubah adalah pada secondary disk yang dipilih sesuai media shared yang digunakan Gambar 48. Gambar 48. Pengubahan Config-File untuk dapat Mengatur File Penyimpanan Hasil Geometry. Selanjutnya untuk mengecek hasil secara keseluruhan dalam geometry dilakukan pengecekan melalui database Gambar 49. Gambar 49. Pengecekan Database Hasil Geometry.

3.3.4 Trace Editing

Dokumen yang terkait

Atenuasi multiple pada data shallow water menggunakan metode surface related multiple elimination : srme

0 9 0

PENEKANAN GELOMBANG MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D DENGAN MEMBANDINGKAN ANTARA METODE F-K FILTER DAN RADON TRANSFORM DI LAPANGAN ‘DSCR’ DAERAH KALIMANTAN

7 64 74

ATENUASI MULTIPLE MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE SURFACE RELATED MULTIPLE ELIMINATION (SRME) DAN RADON TRANSFORM

7 24 71

ANALISIS PERBANDINGAN METODE MULTIPLE SUPPRESSION DENGAN WAVE EQUATION MULTIPLE REJECTION (WEMR), RADON TRANSFORM, DAN f-k FILTER PADA DATA SEISMIK LAPANGAN LAUT “SERAM”

5 38 88

Penerapan metode stacking dalam pemrosesan sinyal seismik laut di perairan Barat Aceh

6 25 104

Penekanan gelombang multiple pada data seismik 2d menggunakan metode radon transform studi kasus di perairan barat sumatra

1 8 16

ANALISIS METODE SURFACE RELATED MULTIPLE ELIMINATION (SRME) DAN TRANSFORMASI RADON UNTUK PENEKANAN MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D MARINE DI PERAIRAN UTARA PAPUA.

15 31 65

APLIKASI METODE TRANSFORMASI RADON UNTUK ATENUASI MULTIPLE PADA DATA SEISMIK REFLEKSI MULTICHANNEL di PERAIRAN PULAU MISOOL - repository UPI S FIS 0809427 Title

1 2 3

Aplikasi Metode Surface Related Multiple Elimination (SRME) dan Radon Parabolik pada Data Seismik 2D Bryant Canyon Lepas Pantai Louisiana Texas

0 0 7

SKRIPSI PENERAPAN METODE RADON TRANSFORM DALAM OPTIMALISASI PENEKANAN GELOMBANG MULTIPLE PADA DATA SEISMIK 2D MARINE DI DAERAH PERAIRAN BARAT SUMATERA APPLICATION OF RADON TRANSFORM METHOD FOR OPTIMIZATION MULTIPLE WAVES ON 2D SEISMIC MARINE DATA IN WEST

0 0 15