jarak. Pada batuan inelastik, berkurangnya amplitudo selain oleh faktor jarak, juga disebabkan oleh sifat internal batuan yang menyebabkan energi gelombang
tersebut terdisipasi. Peristiwa berkurangnya energi gelombang yang disebabkan oleh faktor ini lazim disebut sebagai peristiwa atenuasi. Pada peristiwa ini yang
terjadi sebenarnya bukan semata-mata berkurangnya amplitudo gelombang, tetapi juga terjadi absorpsi penyerapan selektif terhadap frekuensi yang terkandung
dalam gelombang seismik.
2.3.1 Mekanisme Atenuasi
Beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan mekanisme atenuasi, antara lain sebagai berikut :
Dalam batuan yang kering, mekanisme yang terpenting adalah gesekan antar butir dan relaksasi antar butir dalam batuan Sanny, 1998. Keberadaan
fluida di dalam batuan juga berpengaruh terhadap atenuasi. Beberapa teori telah diusulkan dalam hal ini, seperti aliran dari fluida terhadap matriks batuan, yang
disebut sebagai biot flow dan berbagai jenis dari aliran dalam rekahan atau squirting mechanism Triyoso, 1991. Dalam kondisi batuan real di lapangan,
atenuasi dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, mana yang lebih dominan sangat tergantung pada kondisi fisik dari batuan tersebut.
2.4 Pemrosesan Data Seismik
2.4.1 Format Rekaman dan Input Data
Gelombang seismik yang terpantul beserta noise dan gelombang lainnya diterima oleh geophone masih berupa analog. Gelombang analog ini dicuplik
menjadi digital dengan menggunakan multiplexer pada interval tertentu di saat perekaman Talagapu, 2005.
Biasanya data seismik dari lapangan field tape masih ada dalam format multiplex dan ditampilkan dalam bentuk common shot gather, oleh karena itu
perlu dilakukan perubahan dari format urutan waktu time sequential ke urutan trace trace sequential.
Gambar 12. Prinsip Demultiplexing. Tahapan ini dilakukan karena data seismik yang direkam dalam media
penyimpanan pada umumnya masih dalam format multiplexer sehingga menyebabkan data yang diperoleh bukan lagi gelombang-gelombang menurut
trace akan tetapi berupa gelombang-gelombang menurut sampel. Dalam notasi matriks, data seismik yang berupa amplitudo gelombang
seismik yang direkam oleh saluran 1 sampai saluran ke-n yang terdiri dari sampel ke-1 sampai sampel ke-m dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
mn m
m m
n n
n
ij
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
A
... ...
... ...
... ...
... ...
...
3 2
1 3
33 32
31 2
23 22
21 1
13 12
11
di mana :
i = 1 sampai m, menyatakan nomor sampel, j = 1 sampai n, menyatakan nomor trace,
n menyatakan jumlah trace jumlah channel dipakai saat diaktifkan Dalam hal ini m menyatakan jumlah sampel di dalam setiap trace
Baris dalam persamaan tersebut menyatakan amplitudo dari gelombang seismik pada nomor sampel yang sama akan tetapi nomor trace yang berlainan,
maka data dalam bentuk seperti yang dituliskan sesuai dengan format multiplexer. Proses demultiplexing pada hakekatnya adalah memutar mentranspose data
multiplex menjadi data demultiplex. Demultiplexing adalah mengubah A
ij
menjadi A
ji
Demultiplexing = A
ij T
Data Demultiplex = A
ji
Dengan diterapkannya proses demultiplexing ini, maka kita mempunyai
mn n
n n
n n
m
ji
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
A
... ...
... ...
... ...
... ...
...
3 2
1 3
33 23
13 2
32 22
12 1
31 21
11
Dalam hal ini baris pertama menyimpan sampel nomor 1 sampai m untuk saluran nomor 1 saja. Baris kedua menyimpan sampel nomor 1 sampai m dari
saluran nomor 2, sampai saluran nomor m di baris ke-n.
2.4.2 Geometry