3.3.2 Analisis Sampel langsung dipreparasi dipotong, dibagi, ditimbang dan dikemas
menggunakan alumunium foil, cling wrap setelah tiba di Bogor. Sampel disimpan dalam kotak pendingin berinsulasi coolboxy ang berisi es Lampiran 28
kemudian sampel langsung diangkut ke laboratorium untuk dianalisis. Analisis yang dilakukan yaitu analisis proksimat berat basah, kandungan fenol, garam,
asam amino bebas, PAH dan analisis identifikasi komposisi penyusun flavor volatil menggunakan GCMS. Uji organoleptik flavor dilakukan menggunakan
metode QDA
®
.
3.4 Prosedur Analisis
3.4.1 Analisis kadar air metode oven AOAC 2005 Sebanyak 2 g sampel uji dikeringkan pada suhu 95-100
o
C hingga berat konstan dibawah tekanan ≤ 100 mm Hg selama kurang lebih 5 jam. Wadah yang
digunakan ialah piringan alumunium dengan diameter tutup 50 mm dan kedalaman 40 mm. Kehilangan berat dalam pengeringan dilaporkan sebagai
perkiraan kandungan kelembaban. Kadar air b b
⁄ berat hilang selama pengeringan g
berat sampel uji g 100
3.4.2 Analisis kadar abu AOAC 2005 Sampel kering sebanyak 2 gram dipanaskan dalam piringan logam
50-100 mL pada suhu 100
o
C hingga kandungan air keluar. Piringan ditempatkan dalam tanur dengan suhu kurang dari 550
o
C dan ditunggu hingga abu berwarna putih terbentuk. Abu didinginkan lalu dilembabkan dengan air, kemudian
dikeringkan dalam steam bath dan dalam hot plate. Sampel diabukan kembali pada suhu 525
o
C hingga mencapai berat konstan jika bahan yang diuji mengandung lemak dalam jumlah banyak maka pengabuan awal perlu dilakukan
pada suhu yang serendah mungkin untuk menguapkan lemak tanpa membakarnya. Kadar abu ditentukan dengan menggunakan rumus:
Kadar abu berat abu g
berat sampel g 100
3.4.3 Analisis kadar proteinAOAC 2005 Penentuan kadar protein ini menggunakan metode semi mikro Kjeldahl.
Sampel sebanyak 0,75 g dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl lalu ditambahkan 6,25 g K
2
SO
4
dan 0,6225 g CuSO
4
sebagai katalisator. Sebanyak 15 mL H
2
SO
4
pekat dan 3 ml H
2
O
2
secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam labu dan didiamkan selama 10 menit dalam ruang asam. Tahap selanjutnya adalah proses
destruksi pada suhu 410
o
C selama ± 2 jam atau hingga didapatkan larutan jernih. Hasil destruksi didiamkan hingga mencapai suhu kamar dan ditambahkan
50-75 mL akuades. Erlenmeyer disiapkan dan diisi dengan 25 mL larutan H
3
BO
3
4 yang mengandung indikator Bromchresol green 0,1 dan methyl red 0,1 2:1 sebagai penampung destilat. Labu Kjeldahl dipasang pada rangkaian alat
destilata uap dan ditambahkan 50 mL NaOH 40 alkali. Kemudian hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer tersebut hingga volume destilat mencapai
150 mL hasil destilat berwarna hijau. Destilat dititrasi dengan HCl 0,2 N dan dilakukan hingga warna berubah
menjadi abu-abu. Blanko diberi perlakuan yang sama seperti tahapan sampel. Pengujian dilakukan secara duplo. Kadar protein dihitung dengan rumus:
N mL HCl mL blanko
N HCl 14,007 berat sampel mg
k 100
Kadar Protein N
6,25 3.4.4 Analisis kadar lemak AOAC 2005
Labu lemak yang telah dikeringkan di dalam oven 105
o
C ditimbang hingga didapatkan berat konstan. Sebanyak 2 gram sampel dibungkus dengan
kertas saring bebas lemak kemudian dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selongsong tersebut dimasukkan ke dalam tabung Soxhlet. Sebanyak 150 ml
kloroform dimasukkan ke dalam labu lemak. Sampel direfluks selama 8 jam dimana pelarut sudah terlihat jernih yang menandakan lemak telah terekstrak
semua. Pelarut yang ada pada labu lemak dievaporasi untuk memisahkan pelarut dan lemak lalu labu lemak dikeringkan dengan oven 105
o
C selama 30 menit. Labu ditimbang hingga didapatkan berat konstan. Kadar lemak ditentukan dengan
menggunakan rumus: