10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Teori Keagenan Agency Theory Dalam memahami corporate governance dapat digunakan perspektif
keagenan sebagai dasar pemikiran. Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan
pemilik principal. Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada
agent . Hubungan inilah yang disebut dengan teori keagenan. Pemisahan dalam
teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent. Pihak principal hanya bertindak
sebagai pengawas dengan memonitor kinerja perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Namun, adanya pemisahan antara principal dan agent
cenderung menimbulkan konflik keagenan yang didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Principal dan agent sama – sama berusaha
memaksimumkan kesehjateraannya masing – masing. Menurut Eisenhardt dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007 teori agensi
menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu : 1 manusia pada umumnya mementingkan dirinya sendiri self interest, 2 manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationally, dan 3 manusia selalu menghindari resiko risk averse. Berdasarkan asumsi sifat dasar
Universitas Sumatera Utara
11 manusia tersebut sebagai manusia akan cenderung bersifat opportunistic, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadi dan hal ini memicu terjadinya konflik keagenan. Teori ini memiliki asumsi bahwa tiap – tiap individu semata – mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak agent termotivasi untuk
memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi dan kontrak kompensasi. Sebaliknya, pihak principal
termotivasi untuk mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang terus meningkat. Dengan demikian terdapat dua kepentingan
yang berbeda dalam suatu perusahaan dimana masing – masing berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
Jensen dan Meckling 1976 yang dikutip dalam Prasetyantoko 2008 : 26 menjelaskan bahwa pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan
akan selalu diikuti dengan munculnya biaya akibat tidak sinkronnya kepentingan antara principal dan agent. Konflik kepentingan antara principal dan agent
terjadi karena agent tidak selalu berbuat sesuai dengan keinginan principal. Dalam upaya untuk mengurangi atau mengatasi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan agency cost yang ditanggung baik oleh principal dan agent. Jensen dan Meckling 1976 membagi biaya keagenan ini menjadi
monitoring cost , bonding cost dan residual loss. Monitoring cost adalah biaya
yang timbul yang ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur , mengamati dan mengontrol perilaku agent. Bonding cost
merupakan biaya yang ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi
Universitas Sumatera Utara
12 mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan
principal. Selanjutnya, residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan
agent dan keputusan principal.
Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Agent sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Agent
berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada principal
. Informasi yang diberikan dapat melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Namun, pada kenyataannya agent terkadang
tidak menyampaikan informasi akuntansi yang mencerminkan keadaan sebenarnya. Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu timbulnya
suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi information asymmetry. Asymmetric information
adalah informasi yang tidak seimbang yang disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan
agent yang berakibat dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan
adanya kesulitan principal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan – tindakan agent Emirzon, 2007. Jensen dan Meckling 1976
menyatakan bahwa permasalahan yang dimaksud adalah : a.
Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal – hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja.
b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar – benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi
sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Universitas Sumatera Utara
13 Asimetri informasi information asymmetry antara principal dan agent
dapat memberikan kesempatan kepada manajer agent untuk melakukan tindakan manajemen laba yang dapat merugikan pemilik principal. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Richardson 1998 yang dikutip dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007 yang menunjukkan adanya hubungan positif antara asimetri
informasi dengan manajemen laba. Hal ini berarti apabila agent memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan principal maka
kecenderungan agent untuk berbuat curang dengan melakukan tindakan manajemen laba demi kepentingan pribadinya akan semakin tinggi.
Pada dasarnya teori keagenan bertujuan untuk memperbaiki hubungan konfliktual antar berbagai pihak terkait Prasetyantoko, 2008 : 68. Namun
dengan adanya konflik antara principal dan agent, maka diperlukan suatu sistem yang dapat menyejajarkan kepentingan principal dan agent. Sistem tersebut
adalah good corporate governance. Good corporate governance diyakini dapat menyejajarkan perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Corporate
governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan diharapkan
dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada principal bahwa principal akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana principal yakin bahwa agent akan memberikan keuntungan bagi principal. Dengan kata
lain, corporate governance dapat digunakan untuk memonitor dan membatasi perilaku opportunistic manajer agent yang merupakan akibat dari hubungan
keagenan.
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.2. Laporan Keuangan