Genetik Etiologi dan Patogénesis Etiologi

banyak terjadi di desa - desa yang masih mengandalkan pembakaran kayu, arang, sekam dan minyak untuk memasak. Di negara-negara berkembang, lebih dari 1 miliar orang yang masih hidup dengan pembakaran dari kayu atau bahan bakar biomassa lain tanpa cerobong asap yang memadai di rumahnya Dawud, 2004. Dampak kesehatan akibat polusi udara yang umum dijumpai adalah ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Bronkhitis, Asma, PPOK dan gangguan pernapasan lain Haq, 2002. Polusi udara yang menahun suatu faktor resiko yang meningkatkan berkembangnya obstruksi jalan napas atau penurunan nilai VEP 1 pada remaja umur 10 hingga 18 tahun. Seperti yang dilaporkan oleh Gauderman tentang efek polusi udara terhadap faal paru dan mekanisme ini dapat meningkatkan resiko terjadinya PPOK saat dewasa Gauderman, 2004. Dari penelitian kohort yang dilakukan terhadap penderita PPOK disimpulkan bahwa menghirup bahan iritan dalam waktu yang lama akan meningkatkan resiko kematian pada orang yang rentan terjadinya PPOK dan efeknya meningkat dengan meningkatnya waktu terekspos Zanobetti, 2008.

2.1.2.3 Genetik

Faktor genetik dari PPOK dapat muncul jika ada interaksi antara suatu genetik tertentu yang berinteraksi dengan lingkungan yaitu antara merokok dan gen yang rentan. Laporan kasus adanya keluarga yang Universitas Sumatera Utara menderita PPOK telah ada dilaporkan sejak tahun 1950-an. Namun yang menarik tentang faktor genetik pada PPOK berkembang secara luas sejak ditemukannya defisiensi berat dari alfa-1-antitripsin pada tahun 1963 yang kemudian dikenal sebagai faktor genetik terpenting sebagai penyebab PPOK Silverman, 2002. Beberapa kandidat gen yang berhubungan dengan kerentanan terhadap timbulnya PPOK selain defisiensi alfa-1-antitripsin antara lain Matriks metalloproteinase 9 MMP 9,Microsomal epoxide hydrolase EPHX1, Heme oxygenase 1 HMOX1, Glutathione S-transferase Gen Varian Matrix metalloproteinase 9 MMP 9 rs 3918242C-1562 T Microsomalepoxidehydrolase EPHX1 rs 1051740T 113 C Heme oxygenase 1 HMOX1 Glutathione S-transferase P1 GST P1 rs 1695A 105 G Vitamin D binding protein β 2 -Adrenergic receptor ADRB2 rs 1042713A 16 G TNF- α TNF rs 1800629G −308 A Transforming growth factor- β 1 TGFB1 Transforming growth factor- β receptor-3 TGFBR3 Tabel 2. Kandidat gen berkaitan dengan kejadian PPOK Wan, 2009 Universitas Sumatera Utara P1GST P1, Vitamin D binding protein, β 2 -Adrenergic receptor ADRB2 , TNFα dan Transforming growth factor-β 1 TGFB1 Wan, 2009.Sejak tahun 1963 hingga saat ini, defisiensi alfa-1-antitripsinA1ATD diidentifikasi sebagai faktor risiko genetik untuk PPOK.Antitripsin, adalah suatu inhibitor protease serin yang paling banyak dalam tubuh, dikodekan oleh SERPINA1 gen pada kromosom 14. Suatu mutasi missense yang merupakan hasil dalam substitusi asam glutamat untuk lisin pada posisi asam amino 342.Defisiensi Alfa1-antitripsin A1ATD adalah kondisi yang relatif jarangdan hanya dijumpai pada 1 - 2 dari totalkeseluruhan kasus PPOKBrantly, 1988 . Hasil penelitian terhadap variasi nilai VEP 1 pada 1529 orang kembar non perokok antara umur 18-84 tahun, disimpulkan bahwa gen adalah pengaruh utama, walaupun pengaruh kuat genetik ini sangat dimodifikasi oleh interaksinya dengan merokok Zhai, 2007. Peran Polimorfisme gen TNFα dengan kejadian PPOK didasari dan dikaitkan dari penelitian Louis 1998, Braun1996, Krouger 1997, Wilson1997 dan Wu1997 yangmelaporkan tentang peningkatan aktivitas transkripsi gen TNFα yang dikaitkan dengan alel -308 diberbagai gangguan. Higuchi 1998 melaporkan bahwa TNFα merupakan sebuah ekspresi dari mononuklear darah perifer sel dan melaporkan adanya alel 857T dan alel 1031C yang berhubungan dengan peningkatan transkripsional aktivitas gen TNFα. Udalova2000 melaporkan tentang adanya alel 863A Tumor Nekrosis Faktor. Sementara alel -238A yang dilaporkan oleh Huizinga1997, Pociot 1995 dan Hajeer2000 juga menunjukkan hasil yang beragam berkaitan dengan TNFα dan produksi Universitas Sumatera Utara protein. Hubungan polimorfisme gen TNFα dengan kejadian PPOK telah dibuktikan pada banyak penelitian namun terkadang menunjukkan hasil yang bertentangan. Data terakhir dari penelitian yang dilakukan Castaldi 2010, suatu metaanalisis terhadap 27 variasi gen pada PPOK dan kesimpulannya ada 4 yang secara signifikan berhubungan dengan kerentanan terjadinya PPOK yaitu GSTM1 null variant, rs18000470 TGFB1, rs1799896SOD3 dan rs1800629 TNF α -308 TNFα. Patogenesis Paradigma terkini tentang patogenesis dari PPOK adalah bahwa hambatan aliran udara napas kronik dihasilkan oleh suatu respon inflamasi abnormal dari partikel dan gas yang terhirup masuk ke saluran napas, dimana reaksi inflamasi yang abnormal ini dapat juga di deteksi pada sirkulasi sistemik. Banyak penelitian menemukan bahwa respon inflamasi paru terhadap pajanan gas atau asap rokok ditandai dengan peningkatan jumlah neutrofil, makrofag dan limfosit T yang didominasi oleh CD8+, peningkatan konsentrasi sitokin proinflamasi seperti leukotrien B4, IL-8 dan TNF- α dan bukti bahwa stress oksidatif disebabkan oleh inhalasi asap rokok atau yang diaktifkan oleh sel inflamasi. Peningkatan jumlah limfosit T yang didomisasi oleh CD8+ tidak hanya ditemukan pada jaringan paru tetapi juga pada kelenjar limfe paratrakeal Agusti, 2007. Makrofag yang diaktifkan asap rokok dan zat iritan lainnya akan melepaskan netrofil, IL8 dan TNFα yang kembali menstimulasi makrofag Universitas Sumatera Utara dan netrofil mengeluarkan zat-zat protease seperti netrofil elastase, capthesin dan Matriks Metalo Protease MMP yang merusak dinding alveoli, jaringan penunjang pada parenkhim paru dan juga menstimuli terjadinya hipersekresi mukus. Asap rokok ini juga mengaktifkan sel epitel di saluran pernapasan untuk mengaktifkan T limfosit khususnya CD8 yang dapat langsung membuat kerusakan pada dinding alveoli dan juga dengan mengeluarkan berbagai macam mediator inflamasi, salah satunya TNFα. Sel epitel yang terpajan asap rokok akan menyebabkan pembentukan fibroblas meningkat sehingga menyebabkan terjadinya fibrosis. Fibroblas akan diaktifasi oleh Growth Factor yang dilepaskan oleh makrofag dan sel epitel. Enzim-enzim ini pada kondisi normal akan diatasi oleh protease inhibitor, termasuk alpha 1 antitripsin, SLPI dan Tissue Inhibitor Metalo Protease TIMP.Karakteristik PPOK adalah peradangan kronik mulai dari saluran napas, parenkim paru sampai struktur vaskular pulmoner. Diberbagai bagian paru dijumpai peningkatan makrofag, limfosit T terutama CD8 dan netrofil. Sel-sel radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti leukotrien B4, IL8, TNF dan lain-lain yang mampu merusak struktur paru dan atau mempertahankan inflamasi netrofilik. Selain proses inflamasi terdapat 2 proses lain yang diduga berperan dalam patogenesis PPOK yaitu keseimbangan proteinase – antiproteinase dan keseimbangan beban oksidan dan antioksidan Rennard, 2002. Perubahan patologis yang khas dari PPOK dijumpai di saluran napas besar, saluran napas kecil, parenkim paru dan vaskular pulmoner. Sel Universitas Sumatera Utara inflamasi menginfiltrasi permukaan epitel saluran napas sentral, mengakibatkan perubahan epitel menjadi squamous metaplasia. Terjadi pembesaran kelenjar mukus dan peningkatan sel goblet. Perubahan tersebut mengakibatkan terjadi hipersekresi mukus. Perubahan pada saluran napas kecil akibat inflamasi menyebabkan airway remodelling sehingga menyempitkan lumen saluran napas yang nonreversibel PDPI, 2011. Pada PPOK dinding antara sakus alveoli kehilangan kemampuannya untuk meregang dan mengempis. Adanya kerusakan jaringan penyokong dan serabut elastin akan meningkatkan compliance jaringan dan mengurangi elastisitas pada ekspirasi. Elastisitas dari jaringan paru yang menghilang, akan menyebabkan peningkatan volume residu, volume gas total, penurunan kapasitas inspirasi, hiperinflasi paru dan udara yang terperangkap dalam sakus alveoli gas trapping yang mengganggu pertukaran oksigen dan karbondioksida dan menyebabkan auto PEEP Positive End Expiratory Pressure. Hal ini juga mengakibatkan terjadinya obstruksi dari aliran udara. Jadi pada PPOK adanya obstruksi saluran napas selain disebabkan oleh penyempitan saluran napas kecil juga akibat destruksi alveoli dimana terjadi airtrapping dan hiperinflasi. Berbagai perubahan patologis yang terjadi pada PPOK menyebabkan hipersekresi mukus dan disfungsi silia mengakibatkan batuk kronik dan produksi sputum. Gejala ini dapat berlangsung bertahun- tahun sebelum timbul gejala lainnya ataupun gangguan fisiologis. Limitasi aliran napas ireversibel yang diukur dengan spirometri merupakan Universitas Sumatera Utara perubahan fisiologis utama pada PPOK. Destruksi dinding alveoli akan menyebabkan gangguan patensi saluran napas kecil, namun hal ini hanya memegang peranan kecil pada patofisiologi PPOK PDPI, 2011. Pada PPOK stadium lanjut, terjadi obstruksi saluran napas perifer dan kelainan pembuluh darah paru yang akan menyebabkan gangguan pertukaran gas sehingga terjadi hipoksemia dan akhirnya hiperkapnia. Komplikasi kardiovaskuler PPOK berupa hipertensi pulmoner dan kor pulmonal merupakan hal yang dihubungkan dengan prognosis yang buruk. Obstruksi jalan napas merupakan yang paling menonjol dan paling sukar ditanggulangi oleh karena umumnya menunjukkan tingkat perjalanan penyakit yang lanjut, irreversibel dan progresif. Penekanan terapi terhadap obstruksi jalan napas merupakan masalah pengobatan yang terpenting, oleh sebab itu mekanisme obstruksi jalan napas pada PPOK perlu dipahami secara baik PDPI, 2011. Mekanisme obstruksi saluran napas adalah obstruksi oleh sekret pada saluran napas akibat produksi sekret yang berlebihan disertai penebalan kelenjar-kelenjar, submukosa, secara potensial merupakan komponen obstruksi saluran napas yang reversibel. Reaksi oksidasi stress dari asap rokok atau dari sel inflamasi memiliki beberapa efek antara lain : menurunkan aktivitas dari antiprotease, mengaktivasi Nuklear factor kB, meningkatkan sekresi sitokin IL8, meningkatkan produksi TNFα, meningkatkan isoprotanase yang berperan dalam bronkokontriksi dan kebocoran plasma dan efek langsung terhadap saluran napas bronkokontriksi GOLD, 2009. Universitas Sumatera Utara Gambar 1 : Patogenesis Terjadinya PPOK GOLD, 2009 Yang menjadi dasar dari patogenesis PPOK adalah sejauh mana host respon respon pejamu dari seorang perokok terhadap faktor pajanan asap rokok. Apakah terjadi amplifikasi dari respon inflamasi, stress oksidasi atau proteinase yang dapat menyebabkan kerusakan pada PPOK atau tidak terjadi amplifikasi sehingga antioksidan dan antiproteinase dapat berperan menghambat terjadinya PPOK gambar 1. Patogenesis PPOK sangatlah kompleks, dan hingga mekanisme yang terlibat menjadi lebih jelas pun masih sulit dipahami mengapa hanya 20 dari perokok yang berkembang menjadi PPOK. Seorang perokok pasif dapat berkembang menjadi penderita PPOK, tetapi seorang perokok aktif berat tidak menjadi penderita PPOK. Walaupun kemajuan sudah dibuat dalam memahami patogenesis PPOK, namun masih belum jelas mengapa hanya sedikit perokok yang berkembang menjadi PPOK. Yang menjadi dasar dari patogenesis PPOK adalah Faktor Pejamu Mekanisme melipatgandakan Asap rokok Partikel bahaya Anti oksidan Anti protease Oksidasi stress Inflamasi Paru Protease Patologi PPOK mekanisme perbaikan Universitas Sumatera Utara respon dari hostatau pejamu perokok terhadap faktor risiko dari lingkungan asap rokok. Efek utama dari respon ini telah digambarkan sebagai inflamasi yang abnormal, walaupun berbagai mekanisme lain yang terlibat masih belum jelas GOLD, 2009. Gambar 2 : Skematik patogenesis PPOK Siafakas, 2003 Secara skematik patogenesis PPOK diilustrasikan seperti pada gambar 2 bahwa: asap rokok dan host respon mempunyai peranan yang sama terhadap kejadian stress oksidatif, inflamasi, kerusakan jaringan dan remodelingSiafakas, 2003. Suatu epidemiologi model telah dibuat sebagai penekanan terhadap waktu pemaparan asap rokok sebelum lahir, selama perkembangan paru, dan lain-lain. Ada juga bukti bahwa infkesi virus adenoviral pada awal kehidupan dapat menjadi faktor penting untuk mencirikan perokok yang rentan. Hiperesponsif dari saluran napas gagal untuk dapat dijelaskan ke gambaran umumnya dan masih menjadi suatu topik perdebatan. Perbedaan nutrisi, seperti vitamin atau minyak ikan dapat berperan dalam menyiapkan pertahanan terhadap efek stress oksidasi Kerusakan jaringan Stress oksidasi Inflamasi abnormal Perbaikan jaringan abnormal remodelling Lingkungan gas beracun rokok Faktor Host genetik Universitas Sumatera Utara tetapi tidak dapat secara lengkap dijelaskan terhadap keberadaan kerentanan seseorang.Perbedaan genetik menjadi parameter yang terbaik untuk mengindentifikasi perokok yang rentan. Pemahaman dasar genetik dari PPOK dapat mengarahkan ke metoda pencegahan dan pengobatan yang lebih baik dimasa yang akan datang Siafakas, 2003.

2.2. Respon Inflamasi yang terjadi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Dokumen yang terkait

Hubungan Keparahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil Dengan Disfungsi Ereksi

0 67 108

Pseudomonas Aeruginosa Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut Dan Hubungannya Dengan Derajat Keparahan PPOK

0 63 73

Profil Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Berdasarkan Penilaian BODE Index di RSUP H.Adam Malik dan RS PTP II Tembakau Deli Medan

2 58 67

Hubungan Polimorfisme Gen Matriks Metaloproteinase-12 Dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dibandingkan Dengan Non Penyakit Paru Obstruktif Kronik

0 5 18

Hubungan Polimorfisme Gen Matriks Metaloproteinase-12 Dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dibandingkan Dengan Non Penyakit Paru Obstruktif Kronik

0 0 2

Hubungan Polimorfisme Gen Matriks Metaloproteinase-12 Dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dibandingkan Dengan Non Penyakit Paru Obstruktif Kronik

0 0 4

Hubungan Polimorfisme Gen Matriks Metaloproteinase-12 Dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dibandingkan Dengan Non Penyakit Paru Obstruktif Kronik

0 0 26

Hubungan Polimorfisme Gen Matriks Metaloproteinase-12 Dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dibandingkan Dengan Non Penyakit Paru Obstruktif Kronik Chapter III V

0 0 22

Hubungan Polimorfisme Gen Matriks Metaloproteinase-12 Dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dibandingkan Dengan Non Penyakit Paru Obstruktif Kronik

0 0 9

Hubungan Polimorfisme Gen Matriks Metaloproteinase-12 Dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Dibandingkan Dengan Non Penyakit Paru Obstruktif Kronik

0 0 21