European Respiratory SocietyERS, British Thoracic Society BTS , Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease GOLD dan oleh
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia PDPI. Ke lima panduan tersebut hanya mempunyai perbedaan yang sedikit, kesemuanya berdasarkan
rasio VEP
1
KVP dan nilai VEP
1
. BTS, ATS, GOLD dan PDPI merekomendasikan nilai absolut dari rasio VEP
1
KVP harus kurang dari 70 sedangkan ERS merekomendasikan VEP
1
KVP kurang dari 88 untuk mendiagnosis PPOK. Derajat keparahan PPOK ditentukan oleh nilai
VEP
1
yang sedikit berbeda antara panduan yang ada.
2.1.1 Epidemiologi
Data prevalens PPOK pada populasi dewasa saat ini bervariasi pada setiap negara di seluruh dunia. Tahun 2000, prevalens PPOK di
Amerika dan Eropa berkisar 5 - 9 pada individu usia 45 tahun Wiyono, 2009. Data penelitian lain menunjukkan prevalens PPOK
bervariasi dari 7,8 - 32,1 dibeberapa kota Amerika Latin. Prevalensi PPOK di Asia Pasifik rata-rata 6,3 yang terendah 3,5 di Hongkong
dan Singapura dan tertinggi di 6,7 di Vietnam GOLD, 2007. Untuk Indonesia, penelitian COPD working group tahun 2002 di 12 negara Asia
Pasifik menunjukkan estimasi prevalensi PPOK Indonesia sebesar 5,6 Regional COPD working Group, 2003.
Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK.Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 1986 asma,
bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke 5 sebagai
Universitas Sumatera Utara
penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis
kronik dan emfisema menduduki peringkat ke 6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia PDPI, 2003. Data kunjungan pasien di
RS.H.Adam Malik dan RS.Tembakau Deli Medan menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus PPOK. Pada tahun 2009 proporsi
pasien PPOK yang dirawat inap di bagian paru adalah 3,55 dari seluruh pasien yang dirawat inap di RSUP.H.Adam Malik Medan. Sementara
proporsi pasien yang dirawat inap dengan diagnosis PPOK adalah 19,82 dari seluruh pasien yang dirawat inap di bagian paru. Distribusi
proporsi pasien antara lain usia 60 tahun 60,2, Laki-laki 50, suku batak 61,4 dengan riwayat merokok bekas perokok 35,2, perokok 42
dan rerata Indeks Brinkman 431,18 Candly, 2010. PPOK merupakan penyebab utama meningkatnya morbiditas dan
mortalitas dan mempengaruhi beban ekonomi dan sosial di seluruh dunia. PPOK mengenai 16 juta orang di Amerika Serikat, lebih dari 2,5 juta orang
Italia, lebih dari 30 juta diseluruh dunia dan menyebabkan 2,74 juta kematian pada tahun 2000. Total biaya akibat keadaan ini lebih dari 30
juta milyar dolar di Amerika Serikat Raherison, 2009 dan Viegi, 2007. WHO memperkirakan pada tahun 2020 akan ada 3 juta angka kematian
dan beban PPOK pada masyarakat akan menduduki rangking ke-3 meningkat dari sebelumnya rangking ke 12 pada tahun 1990 GOLD,
2009. Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut, yaitu kebiasaan merokok yang masih tinggi laki-laki di atas 15 tahun 60-70 ,
Universitas Sumatera Utara
pertambahan penduduk, meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an,
industrialisasi dan polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan PDPI, 2003.
Data yang ada mengenai prevalensi dan morbiditas PPOK diperkirakan dibawah dari angka yang sebenarnya dikarenakan PPOK
tidak selalu dikenal dan didiagnosa sebelum tanda klinik muncul.Data tersebut juga bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya.Pada
tahun 1990 PPOK merupakan penyebab ke 12 hilangnya Disability Adjusted Life Years DALYs. Diperkirakan pada tahun 2020 PPOK
menduduki urutan kelima hilangnya DALYs. Sebagai pengingat pentingnya masalah PPOK, WHO menetapkan hari PPOK sedunia
COPD day diperingati setiap tanggal 18 November WHO, 2010.
2.1.2 Etiologi dan Patogénesis Etiologi