Latar Belakang Masalah Drs. Bebas Sembiring, M.Si.

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Simalungun adalah salah satu dari lima kelompok etnis Batak. Di sisi lain Simalungun juga adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Simalungun memandang diri mereka sebagai suatu kelompok etnis yang kuat yang dipersatukan oleh bahasa, musik tradisional, tarian tradisional, serta adat-istiadat dan kekhasan yang unik yang ada pada budaya masyarakat Simalungun diantaranya adalah seni tari, seni musik, dan seni rupa. Pada tulisan ini penulis lebih terfokus untuk mengkaji aspek alat musiknya. Kesenian adalah merupakan ekspresi perasaan manusia terhadap keindahan, dalam kebudayaan suku-suku Bangsa yang ada mulanya bersifat deskriptif Koentjaraningrat, 1980:395-387. Ansambel yang termasuk dalam gonrang sidua-dua, yaitu 2 dua buah momongan, 2 dua buah gong, 1 satu sarunei bolon. Dan pada musik Simalungun memiliki musik instrumen yang terbagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu: idiofon momongan, ogung, sitalasayak, garantung, membranofon gonrang sidua-dua, gonrang sipitu-pitu gonrang bolon, kordofon arbab, husapi, jatjaulul tengtung, aerofon sarunei bolon, sordam, sarunei buluh, tulila, sulim, saligung, ole-ole, hodong-hodong, dan ingon-ingon. Musik tentu tidak lepas dari alat pendukungnya, yaitu alat musik. Dalam tulisan ini, penulis lebih “terfokus” kepada alat musik gonrang sidua-dua. Universitas Sumatera Utara 2 Gonrang sidua-dua merupakan perpaduan dua alat yang sering kita kenal dengan kata gendang tetapi dalam bahasa Simalungunnya yaitu gonrang. Adapun kegunaannya gonrang yaitu satu gonrang dimainkan sebagai manginduri dan yang satunya lagi dimainkan sebagai mangumbak. Permainan gonrang haruslah berdekatan agar mengantisipasi komunikasi dalam perminan tidak harmonis tidak sependapat. Gonrang sidua-dua merupakan alat musik tradisional yang menggunakan bahan-bahan yang sulit untuk ditemukan. Dikarenakan pembuatan alat musik gonrang menggunakan kayu yang berkualitas nangka, rambasang, ingul, juhar, mahoni, kelapa, kulit kambing jantan umur minimal 3 tiga tahun yang secara akustik adalah untuk ketahanan kulit kuat, rotan sepanjang 20 meter. Gonrang sidua-dua dimainkan secara ansambel yang berfungsi untuk upacara ritual memuja-muja yaitu untuk upacara penyembuhan, upacara pemanggilan roh dan pada upacara-upacara adat Simalungun. Permainan gonrang sidua-dua dilakukan dengan kedua tangan menggunakan pamalu. Adapun fungsi kedua tangan tersebut untuk memukul kedua sisi pada gonrang. Permainan ini dinamakan sakkiting, yang sering digunakan dalam tempo yang lebih cepat. Permainan gonrang sidua-dua juga dapat dilakukan dengan menggunakan 1 satu pamalu, dan itu tergantung lagu yang akan diiringi. Permainan ini dinamakan dengan topap, yang sering digunakan dalam instrumen musik dalam tempo lambat. Gonrang sidua-dua berfungsi sebagai tempo dalam suatu lagu, dan tidaklah terlepas dalam tempo dari sarunei. Jika dalam suatu perminan tidak adanya sarunei, berarti gonrang sidua-dua pun tidak dapat untuk dimainkan. Universitas Sumatera Utara 3 Warna bunyi yang dihasilkan oleh gonrang sidua-dua ada berupa dua jenis, yaitu topap pap ‘kedua tangan’ dan sakkiting ting ‘memakai pamalu’. Pada warna bunyi yang dihasilkan. Pada masa kini alat musik modern sudah menjalar dalam kebudayaan tradisional masyarakat Simalungun. Melihat peranan peralatan musik modern yang semakin berkembang juga seperti keyboard, drum, dan saxophone membuat peranan alat musik tradisional semakin terdesak terutama alat musik yang dimainkan secara ansambel yaitu gonrang sidua-dua. Pada saat ini sudah sedikit ditemukan masyarakat Simalungun yang bisa memainkan serta membuat alat musik gonrang sidua-dua. Menurut penulis, hal itu terjadi dikarenakan pengaruh globalisasi dan kurangnya minat atau kemauan masyarakat Simalungun untuk memainkan alat musik gonrang sidua-dua Simalungun dan juga sudah jarang ditemukan seniman yang bisa membuat alat musik gonrang sidua-dua Simalungun ini. Jadi, keberadaan gonrang sidua-dua Simalungun ini di kalangan masyarakat Simalungun sudah sedikit, seperti penulis ketahui seniman yang bisa membuat alat musik gonrang sidua-dua Simalungun ini ialah Bapak Rosul Damanik. Bapak Rosul Damanik adalah salah satu seniman yang ada di daerah Sarimatondang I, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun dan mempunyai sanggar mulai tahun 1984. Bapak Rosul termasuk pelatih dan pemain alat musik gonrang sidua-dua dan sudah sering tampil pada upacara ritual, pada acara besar Simalungun pada pesta penikahan. Bapak Rosul pada saat ini sudah kurang untuk menampilkan peranannya pada saat ini, karena pengaruh globalisasi dan Universitas Sumatera Utara 4 dikarenakan sudah banyaknya para pengurus-pengurus Gereja yang sudah menginjili para masyarakat Simalungun dan berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak J. Badu Purba Siboro mengenai gonrang sidua-dua, beliau mengatakan bahwa penggunaan gonrang sidua-dua pada saat sekarang mengalami pergeseran menjadi seni pertunjukkan dimana alat musik yang sudah hampir punah tersebut dilestarikan kembali ke dalam suatu pertunjukkan kesenian masyarakat Simalungun. Menurut Bapak Rosul Damanik, pembuatan alat musik gonrang sidua-dua Simalungun tidak dapat menggunakan bahan baku, yang terbuat dari bahan-bahan sederhana dan alami. Alat musik gonrang sidua-dua mempunyai dua sisi yang dalam bentuk bulat yang terdapat pada sisi kanan dan kiri dan mempunyai ukuran yang berbeda. Ukuran tersebut diukur sesuai permintaan pemesan ataupun disebut dengan pembeli. Alat musik gonrang sidua-dua juga dimainkan dengan 2 dua pamalu yang berguna sebagai alat pukul yang terdapat pada dua sisi tersebut. Pembuatan alat musik gonrang sidua-dua juga dibutuhkan waktu minimal 1 satu bulan dalam pembuatanya. Dikarenakan melakukan penjemuran secara berkala, yaitu penjemuran pertama pada kulit kambing jantan yang berumur minimal 3 tiga tahun, setelah itu juga dibasahi dengan air yang bersih dan dijemur kembali yang berguna untuk membersihkan segala kuman kotoran yang terdapat pada kulit kambing tersebut dan berguna untuk menjaga ketahanan pada alat musik gonrang sidua-dua. Penjemuran dilakukan bukan langsung dibawah terik matahari, melainkan pada ruangan yang berdindingkan kayu agar bisa di tembus Universitas Sumatera Utara 5 matahari, yang dalam arti uapan panas yang dikeluarkan terik matahari yang sangatlah dibutuhkan. Gonrang sidua-dua dapat dimainkan dengan menggunakan 1 satu pamalu dan 2 dua pamalu. Alat musik gonrang sidua-dua yang dimainkan dengan 1 satu pamalu sering digunakan untuk permainan dalam tempo lambat haro-haro. Permainan dengan menggunakan 1 satu pamalu bukan hanya dimainkan dengan pamalu saja, melainkan dapat dilakukan dengan pemukulan pada membran alat musik tersebut pada kedua sisinya. Dalam permainan dengan menggunakan 2 dua pamalu sering digunakan untuk lagu dalam tempo yang lebih cepat parawat bolon. Alat musik gonrang sidua-dua merupakan perpaduan 2 dua alat musik gonrang gonrang sidua-dua. Adapun kegunaan kedua gonrang yaitu sebagai panganak dan pangindungi. Dalam permainan gonrang sidua-dua mengikuti permainan sarunei yang dimainkan untuk tempo ataupun pengiring untuk sarunei pada lagu yang dimainkan. Alat musik gonrang sidua-dua dibedakan atas dua warna pukulan yaitu sitopapon sakkiting. Sitopapon yaitu gual lagu yang menggunakan dua buah gendang dan pola ritmenya adalah sama. Pada pukulan sitopapon juga menggunakan 1 satu pamalu dan selebihnya menggunakan 1 satu tangan atau 2 dua tangan. Pada 1 satu tangan juga dilakukan dengan tangan kiri yang berbunyi ‘tak’ dan tangan kanan berbunyi ‘ting pada pamalu dan pap’ menggunakan telapak tangan. Sedangkan sakkiting yaitu gual atau lagu yang menggunakan dua buah gendang dan masing-masing mempunyai ritme yang Universitas Sumatera Utara 6 berbeda. Pada permainan sakkiting ini juga lebih terfokus dengan permainan menggunakan kedua pamalu, yang menjadi tempo dalam alat musik sarunei. Masyarakat Simalungun memiliki kebudayaan yang diturunkan secara turun-menurun dari nenek moyangnya, baik dari lisan maupun tulisan. Dalam tulisan ini penulis lebih memfokuskan dalam mengkaji aspek organologis dari etnis Simalungun saja. Proses belajar gonrang sidua-dua dilakukan dengan cara lisan yaitu dengan melihat dan mendengarkan, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah orang yang bisa memainkan alat musik gonrang sidua-dua dikalangan masyarakat Simalungun akan sulit untuk berkembang. Jika dikalangan masyarakat Simalungun sudah jarang ditemukan orang yang memainkan gonrang sidua-dua Simalungun. Globalisasi merupakan perkembangan kontomporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan dan rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lain. Selain globalisasi penyebab goyahnya ketahan budaya adalah modrenisasi. Menurut Wilbert E. Moore modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomi dan politis yang menjadi ciri Negara- negara barat yang stabil. Karateristik umum modrenisasi yang menyangkut aspek - aspek sosiodemografis masyarakat dan aspek-aspek sosiodemografis digambarkan Universitas Sumatera Utara 7 dengan sosial social mobility. Artinya suatu proses unsur-unsur sosial ekonomis dan psikologis mulai menunjukkan peluang-peluang kearah pola-pola baru melalui sosialisasi dan pola-pola baru melalui sosialisasi dan pola-pola perilaku. Proses perjalanan kesenian tradisonal saat sekarang sudah mengarah keposisi krisis, akibat derasnya arus perubahan berupa globalisasi, modrenisasi, dan westernisasi. Proses perubahan ini bisa saja bermanfaat apabila masyarakat pendukung suatu kebudayaan dapat menjadikan budaya sebagai modal menghadapi kehidupan modis yang semakin kompleks. Pada saat sekarang kesenian tradisional sudah semakin jarang digunakan karena dianggap kurang praktis dan banyak aturannya. Masyarakat lebih memilih menggunakan alat musik yang ringkas, instan dan murah dalam hal dana dan penggunaannya, sehingga semakin kuat kecendrungannya memadukan alat musik modern dan alat musik tradisional. Pertunjukan kesenian tradisional tidak lagi menggunakan alat musik tradisional, melainkan menggunakan alat musik modern yang kini semakin populer. Alasan ini jugalah yang mendorong penulis untuk membahas tentang kajian organologis alat musik gonrang sidua-dua etnis Simalungun. Selain itu secara etnis penulis juga adalah suku Batak, dan sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai salah satu masyarakat didalamnya untuk tetap menjaga nilai-nilai budayanya. Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat apa yang menjadi kajian organologis alat musik gonrang sidua-dua yaitu bagaimana cara pembuatan serta fungsinya dalam masyarakat Simalungun untuk memenuhi kebutuhan dalam Universitas Sumatera Utara 8 masyarakat. Latar belakang seperti ini sangat relevan untuk dikaji secara Etnomusikologi, sebagai ilmu yang penulis pelajari di Departemen Etnomusikologi pada empat tahun belakangan ini. Yang dimaksud dengan Etnomusikologi dalam skripsi ini adalah seperti yang dikemukakan oleh situs resmi Society for Ethnomusicology SEM dalam laman webnya sebagai berikut. Ethnomusicology encompasses the study of music-making throughout the world, from the distant past to the present. Ethnomusicologists explore the ideas, activities, instruments, and sounds with which people create music. European and Chinese classical musics, Cajun dance, Cuban son, hip hop, Nigerian juju, Javanese gamelan, Navajo ritual healing, and Hawaiian chant are a few examples of the many varieties of music-making examined in ethnomusicology. Ethnomusicology is interdisciplinary —many ethnomusicologists have a background not only in music but in such areas as anthropology, folklore, dance, linguistics, psychology, and history. Ethnomusicologists generally employ the methods of ethnography in their research. They spend extended periods of time with a music community, observe and document what happens, ask questions, and sometimes learn to play the community’s types of music. Ethnomusicologists may also rely on archives, libraries, and museums for resources related to the history of music traditions. Sometimes ethnomusicologists help individuals and communities to document and promote their musical practices. Most ethnomusicologists work as professors at colleges and universities, where they teach and carry out research. A significant number work with museums, festivals, archives, libraries, record labels, schools, and other institutions, where they focus on increasing public knowledge and appreciation of the world’s music. Many colleges and universities have programs in ethnomusicology. To see a list of some of these programs, visit our guide to Programs in Ethnomusicology.http:webdb.iu.edu. Universitas Sumatera Utara 9 Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Etnomusikologi adalah studi mengenai terbentuknya musik di seluruh dunia ini, dari masa lampau sampai masa sekarang. Para Etnomusikolog melakukan kajian terhadap gagasan, kegiatan, alat- alat musik dan suara dalam konteks masyarakat penghasil musik tersebut. Berbagai musik klasik Eropa dan China, tarian Cajun, musik son di Kuba, hip hop, juju di Nigeria, gamelan Jawa, ritus penyembuhan pada masyarakat Navaho Indian, nyanyian chanting masyarakat Hawaii, adalah beberapa contoh dari kajian budaya musik oleh para Etnomusikolog. Etnomusikologi secara keilmuan bersifat interdisiplin, beberapa Etnomusikolog berlatar belakang bukan hanya ilmuwan musik, tetapi juga berlatar belakang disiplin antropologi, folklor, tari, bahasa, psikologi, dan sejarah. Para Etnomusikolog biasanya melibatkan metode etnografi di dalam penelitiannya. Mereka mendatangi informan dan masyarakat yang diteliti dalam waktu yang relatif panjang, mengamati dan mendokumentasikan apa yang terjadi, melakukan pertanyaan-pertanyaan, dan adakalanya ikut terlibat dalam memainkan musik yang sedang ditelitinya. Selanjutnya pekerjaan etnomusikolog bisa saja di arkaif, perpustakaan, dan museum terutama yang berkaitan dengan sejarah musik tradisi. Ada kalanya Etnomusikolog membantu orang-orang atau masyarakat untuk mendokumentasikan dan mempromosikan praktik musik mereka. Sebahagian besar Etnomusikolog bekerja sebagai profesor di berbagai universitas, mereka mengajar dan juga penelitian. Dari uraian mengenai Etnomusikologi di atas, maka dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai mahasiswa Etnomusikologi, yang mengkaji aspek organologis gonrang sidua-dua dalam kebudayaan etnik Simalungun. Alat musik Universitas Sumatera Utara 10 ini adalah produk budaya dalam tradisi lisan yang diwariskan dari satu generasi ke genrasi berikutnya. Alat musik fungsional dalam masyarakat pendukungnya yaitu etnik Simalungun. Melalui studi organologis ini, penulis akan mencari sejauh apa artifak instrumen mengekspresikan kebudayaan secara luas. Dari beberapa latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul: “KAJIAN ORGANOLOGIS GONRANG SIDUA-DUA BUATAN BAPAK ROSUL DAMANIK DI DESA SARIMATONDNAG 1 KECAMATAN SIDAMANIK, KABUPATEN SIMALUNGUN. ”

1.2 Pokok Permasalahan