Pokok Permasalahan Lokasi Penelitian Pengertian Biografi

10 ini adalah produk budaya dalam tradisi lisan yang diwariskan dari satu generasi ke genrasi berikutnya. Alat musik fungsional dalam masyarakat pendukungnya yaitu etnik Simalungun. Melalui studi organologis ini, penulis akan mencari sejauh apa artifak instrumen mengekspresikan kebudayaan secara luas. Dari beberapa latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul: “KAJIAN ORGANOLOGIS GONRANG SIDUA-DUA BUATAN BAPAK ROSUL DAMANIK DI DESA SARIMATONDNAG 1 KECAMATAN SIDAMANIK, KABUPATEN SIMALUNGUN. ”

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan sebelumnya, pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini, yaitu: 1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan gonrang sidua-dua Simalungun yang dilakukan Bapak Rosul Damanik? 2. Bagaimana teknik memainkan gonrang sidua-dua? 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian terhadap gonrang sidua-dua Simalungun yaitu: 1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan gonrang sidua-dua oleh Bapak Rosul Damanik. 2. Untuk mengetahui teknik memainkan gonrang sidua-dua. Universitas Sumatera Utara 11

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Selain hal tersebut, manfaat lain yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi mengenai musik Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005. Konsep juga dapat diartikan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan Mardalis 2003:46. Berikut penulis akan membuat pengertian dari kata-kata yang terdapat pada judul. Kajian adalah penyelidikan atau pelajaran yang mendalam atau menelaah Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Dalam perhatian Etnomusikologi, bahwa kajian Etnomusikologi tidak hanya berhubungan dengan musikal, aspek sosial, konteks budaya, psikologis dan estetika, melainkan juga paling sedikit ada 6 enam aspek yang menjadi perhatiannya. Salah satu Universitas Sumatera Utara 12 diantaranya adalah materi kebudayaan musikal musical materials culture, Merriam, 1964:45. Sementara organologi merupakan bagian dari Etnomusikologi yang meliputi semua aspek, diantaranya adalah ukuran dan bentuk fisiknya termasuk pada pola biasanya, bahan dan prinsip pembuatannya, metode dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah nada yang dihasilkan, serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood 1982:124 bahwa organologi yang digunakan adalah berhubungan dengan alat musik itu sendiri. Menurut beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan dari alat musik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi musikal, dekoratif, dan variasi sosial budaya. Kajian Organologis adalah suatu penyelidikan yang mendalam untuk mempelajari tentang instrumen musik baik mencakup aspek sejarahnya maupun deskripsi alat musik itu sendiri tanpa mengenyampingkan aspek- aspek budaya dari alat musik itu sendiri. Dari uraian konsep yang penulis tulis, maka penulis tertarik mengambil kesimpulan untuk melakukan penelitian tentang kajian organologis gonrang sidua-dua. Juga karena gonrang sidua-dua juga merupakan suatu alat musik membranofon yang pembuatannya menggunakan bahan baku alami dengan proses yang cukup lama menggunakan alat-alat yang sederhana tidak menggunakan alat Universitas Sumatera Utara 13 elektronika dan teknik memainkannya dengan memukul menggunakan pamalu dan menghasilkan pukulan sebagai tempo pengiring dalam alat musik sarunei.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Sebagai landasan berfikir dalam melihat suatu permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis mempergunakan teori-teori yang relevan, yang sesuai untuk permasalahan tersebut. Dalam tulisan ini untuk membahas pendeskripsian alat musik, penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Kashima Susumu, 1978:174 terjemahan Rizaldi Siagian dalam laporan APTA Asia Performing Traditional Art, bahwa studi musik dapat dibagi kedalam dua kelompok sudut pandangyang mendasar, yaitu studi struktural dan studi fungsional. Studi strukrural berkaitan dengan observasi pengamatan, pengukuran, perekaman, atau bentuk pencatatan, ukuran besar kecil, konstruksi serta bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan alat musik tersebut. Kemudian studi fungsional memperhatikan fungsi dari alat- alat atau komponen yang memproduksi menghasilkan suara, antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara loudness bunyi, nada, warna nada dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menggolongkan proses dan teknik pembuatan gonrang sidua-dua Simalungun yang dilakukan oleh Bapak Rossul Damanik kedalam studi struktural dan studi fungsional. Universitas Sumatera Utara 14 Penulis juga memakai teori Curt Sarch dan Hornbonstel 1961, yaitu “Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari: Idiofon alat itu sendiri sebagai sumber penggetar utama bunyi, Membranofon kulit sebagai sumber penggetar utama bunyi, Kordofon senar sebagai sumber penggetar utama bunyi, dan Aerofon udara sebagai penggetar utama bunyi”. Di dalam musik tradisional, tradisi lisan oral tradition lebih menekankan pewarisan secara oral. Mengacu teori diatasm tradisi lisan disini maksudnya adalah salah satu proses belajar dengan cara melihat, mendengar, meniru, dan menghafal dalam proses mempelajari kebudayaan musik ini. Begitu juga teknik permainan gonrang sidua-dua pada lagu “sayur matua” oleh Bapak Rossul Damanik yang juga merupakan proses belajar secara lisan. Mantle Hood juga memberikan sebuah pemahaman untuk mempermudah penulis dalam meneliti melalui pendapatnya, “the concept of bimusicality as a way of scoholary presentation of the music of other cultures, and active performance and even composition idion of another culture as a way of leraning the essentials of its musical style and behavior ”. Dengan pendapat yang dikemukakan Hood akan menekankan pada pengajaran dalam hal praktik bagi jenis pertunjukan yang diteliti oleh penulis. Dalam hal ini bimusicality adalah agar peneliti mempelajari dan memainkan musik dari kebudayaan yang sedang diteliti. Begitu juga yang sedang penulis terapkan untuk mempelajari gonrang sidua-dua kepada Bapak Rossul Damanik kebudayaan yang diteliti dengan cara oral tradition. Ini adalah sebuah metode Universitas Sumatera Utara 15 yang cukup bermanfaat bagi penulis untuk membantu dalam membahas permasalahan. Dengan pemahaman ini memudahkan saya untuk melihat teknik permainan dan struktur musik yang terdapat pada lagu tersebut. Khusus untuk menganalisis teknik permainan gonrang sidua-dua yang dilakukan Bapak Rosul Damanik, penulis menggunakan teori etnosains. Menurut Ihromi 1987 teori etnosains adalah teori yang lazim digunakan didalam disiplin antropologi. Pada dasarnya teori ini menitik beratkan kepada pandangan dan aktivitas yang dilakukan oleh informan yang di latar belakangi budaya tertentu. Jadi peneliti hanya menginterpretasi data berdasarkan latar belakang budaya itu hidup. Dalam kaitan dengan penelitian ini, teori etnosains yang penulis pergunakan adalah untuk mengungkap aspek teknik permainan gonrang sidua- dua, dengan peristilahan atau terminologi khas Simalungun yang digunakan oleh Bapak Rosul Damanik, seperti Sitopapon dan Sakkiting. Gonrang sidua-dua merupakan alat musik yang berperan sebagai rhytem, jadi dalam tulisan ini penulis menggunakan teori yang sesuai dengan Disiplin Etnomusikologi. Dalam Disiplin Etnomusikologi, pendekatan yang sering dipakai untuk transkripsi adalah transkripsi deskriptif. Transkripsi deskriptif adalah transkripsi yang dilakukan degan cara menuliskan, mencatat ciri-ciri dan detail- detail yang terdapat pada musik yang diteliti Nettl, 1964. Dalam hal ini penulis akan menggunakan transkripsi yang bernotasi deskriptif. Penulis juga menggunakan teori oleh Bruno Nettl dalam bukunya “Theory And Method In Ethnomusicology tahun 1964”, bahwa untuk menganalisis seluruh Universitas Sumatera Utara 16 bentuk musikal dilakukan analisis terhadap tangga nada, melodi, sitem, warna suara, dinamik, dan tempo. Selain itu, penulis juga mengkaji secara umum fungsi gonrang sidua-dua ini di dalam konteks kebudayaan Simalungun. Untuk mengkaji hal tersebut, penulis menggunakan teori penggunaan dan fungsi seperti yang ditawarkan oleh Merriam. Merriam membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Para pakar Etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk kepada kebiasaan the ways musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian daripada pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain 1964:210. Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara penggunaan dan fungsi musik sebagai berikut. Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it may or may not also have a deeper function. If the lover uses song to w[h]o his love, the function of such music may be analyzed as the continuity and perpetuation of the biological group. When the supplicant uses music to the approach his god, he is employing a particular mechanism in conjunction with other mechanism as such as dance, prayer, organized ritual, and ceremonial acts. The function of music, on the other hand, is enseparable here from the function of religion which may perhaps be interpreted as the establishment of a sense of security vis-á- vis the universe. “Use” them, refers to the situation in which music is employed in human action; “function” concerns the reason for its employment and perticularly the broader purpose which it serves. 1964:210. Universitas Sumatera Utara 17 Dari kutipan di atas terlihat bahwa Merriam membedakan pengertian penggunaan dan fungsi musik berasaskan kepada tahap dan pengaruhnya dalam sesebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bahagiannya. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam. Dia memberikan contoh, jika seeorang menggunakan nyanyian yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis sebagai perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan keturunan manusia, yaitu untuk memenuhi kehendak biologis bercinta, berkawin dan berumah tangga dan pada akhirnya menjaga kesinambungan keturunan manusia. Jika seseorang menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme tersebut behubungan dengan mekanisme lain, seperti menari, berdoa, mengorganisasikan ritual dan kegiatan- kegiatan upacara. “Penggunaan” menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayaninya. Dengan demikian, selaras dengan Merriam, mengikut penulis penggunaan lebih berkaitan dengan sisi praktis, sedangkan fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan konsistensi internal budaya. Dalam kaitannya dengan fungsi musik di dalam kebudayaan, sampai tahun 1964, Merriam merekam fungsi yang dikaji oleh para pakar musik itui mencakup sepuluh fungsi, yaitu: 1 fungsi pengungkapan emosional, 2 fungsi penghayatan estetis, 3 fungsi hiburan, 4 fungsi komunikasi, 5 fungsi perlambangan, 6 fungsi reaksi dan jasmani, 7 fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, 8 Universitas Sumatera Utara 18 fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, 9 fungsi kesinambungan budaya, dan 10 fungsi pengintegrasian masyarakat.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan agar hasil dari pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan dikehendaki melalui cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksaan suatu kegiatan gunamencapai tujuan yang telah ditentukan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005. Sementara penelitian merupakan kegiatan dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis serta menyajikan data yang dilakukan secara sistematis danobjektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005. Metode yang dapat digunakan penulis adalah metode penelitian Kualitatif Nawawi dan Martini, 1995:209 yaitu: Penelitian Kualitatif adalah rangkaian kegiatan suatu proses menjaring data informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Untuk mendukung metode pnelitian tersebut, penulis menggunakan metode ilmu Etnomusikologi yang terdiri dari dua disiplin, yaitu: disiplin lapangan field dan disiplin laboratorium laboratory dicipline. Hasil dari kedua metode ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir a final study, Merriam, 1964 : 37. Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan Universitas Sumatera Utara 19 dalam tulisan ini, penulis menggunakan Metode Pengumpulan Data, yaitu : wawancara dan dokumentasi.

1.5.1 Wawancara

Wawancara merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpulan data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data. Peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber informan dengan menemui secara langsung ke rumahnya. Wawancara yang dilakukan dengan komunikasi berdua dengan berbagai pertanyaan yang sudah disiapkan peneliti untuk apa yang akan di tulisnya.

1.5.2 Dokumentasi

Menurut Purwono 2009 Buku Materi Pokok “Dasar-dasar Dokumentasi ”, Jakarta : Universitas Terbuka, bahwa pengertian dokumentasi merupakan pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan seperti kutipan-kutipan dari surat kabar dan gambar-gambar. Penulis melakukan dokumentasi dengan menggunakan alat dokumentasi yang berupa kamera. Proses pendokumentasian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengambil beberapa gambar pada saat wawancara, proses pembuatan dan proses permainan alat musik Simalungun yang dimainkan narasumber informan. Universitas Sumatera Utara 20

1.6 Lokasi Penelitian

Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih di Desa Sarimatondang I Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Karena berdasarkan dari segi wilayah, lokasi penelitian mayoritas penduduknya adalah suku Simalungun. Adapun lokasi penelitian dalam mengumpulkan data untuk tulisan ini adalah di rumah Bapak Rosul Damanik yang berlokasi di Desa Sarimatondang Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Sebagai Informan tambahan dengan Bapak J. Badu Purba Siboro yang berdomisili di Jln. Nangka 1 no.18, Desa Lestari Indah, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun. Kemudian sebagai Informan yang ketiga dengan Bapak Sahat Damanik yang berdomisili di kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Adapun lokasi penelitian berada di Kabupaten Simalungun. Ketiga informan adalah Seniman, Pembuat alat Musik, dan Pemain Musik Simalungun, Walaupun itu bukan Pekerjaan yang menetap. Universitas Sumatera Utara 21 BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

2.1 Pengertian Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau dilakukan seorang tokoh dijelaskan juga.

2.2 Latar Belakang Keluarga