25 sampai mengatur suara yang akan dihasilkan. Dan terbukti sudah beranjak remaja
Bapak Rosul Damanik sudah bisa membuat alat musik Simalungun. Dan sampai saat ini Bapak Rosul Damanik sudah mahir dalam hal pembuatan alat musik.
Bapak Rosul Damanik juga bekerja sama dengan teman-teman tim pemain alat musik simalungun dalam pembuatan alat musik Simalungun juga. Adapun alat
musik yang dibuat sangatlah mempunyai kualitas yang baik dan banyak yang sudah mengakui Bapak Rosul Damanik dalam hal pembuatan alat musiknya dan
dapat dilihat dari pemesanan yang banyak sampai saat ini. Dan juga tidak menutup kemungkinan juga Bapak Rosul Damanik yang berprofesi sebagai
Pegawai Negeri Sipil PNS. Bapak Rosul Damanik bekerja pagi sampai siang yaitu di Pemerintahan dan setelah pulang ke rumah, Bapak Rosul Damanik
melanjutkan aktivitasnya dalam pembuatan alat musik, dan juga pembuatan alat musik yang dilakukan oleh bapak Rosul Damanik pada saat libur dalam
pekerjaannya di Pemerintahan.
2.5 Bapak Rosul Sebagai Pemusik Tradisional Simalungun
Kebudayaan Tradisional yaitu salah satu kebudayaan yang mengangkat budaya saru salah satu suku yang ada didaerah tersebut.
Bapak Rosul Damanik adalah salah satu pemain musik Simalungun yang sudah melakukan perannya pada waktu masih anak-anak, dikarenakan juga orang
tua dari Bapak Rosul Damanik juga pemain alat musik Simalungun dulunya. Pada waktu anak-anak Bapak Rosul Damanik sering diajari dalam hal memainkan alat
musik Simalungun. Alat musik yang pertama dipelajari yaitu alat musik gonrang
Universitas Sumatera Utara
26 sidua-dua. Dan sampai saat ini Bapak Rosul Damanik bisa dikatakan adalah
pemain alat musik gonrang sidua-dua. Dengan seiring berjalannya waktu, pada saat beranjak remaja Bapak Rosul Damanik sudah tampil pada pesta-pesta
pernikahan dan pertunjukan kebudayaan musik Simalungun. Dan pada saat dewasa ataupun sampai saat ini, Bapak Rosul Damanik terbukti sudah sering
memainkan perannya sebagai pemusik Simalungun, dan sudah sering mendapatkan panggilan untuk semua penampilan pertunjukan Simalungun dan
sering juga mendapatkan panggilan untuk memainkan alat musik Simalungun pada acara-acara adat Simalungun.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB III KAJIAN ORGANOLOGI
GONRANG SIDUA-DUA SIMALUNGUN
3.1 Definisi
Gonrang Sidua-dua
Pada bab ini juga menjelaskan suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama
dari orang, benda, proses, atau aktivitas yang disebut dengan definisi yang dikemukakan dalam id.m.wikipedia.orgwikidefinisi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau
studi. Selain itu definisi juga diartikan sebagai uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, konsep, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu
kajian. Alat musik gonrang sidua-dua adalah 2 dua buah gonrang bolon yang
mengikuti sarunei bolon yang disertai 2 dua buah gong dan 2 dua buah momongan. Gonrang sidua-dua juga merupakan alat musik pukul yang terbuat
dari bebrapa kayu yang kuat, kuat dalam arti sudah memiliki umur yang lama dan tidak mempunyai cacat fisik pada batang kayu. Kayu yang dapat dibuat dalam
gonrang sidua-dua dapat meliputi kayu ingul, nangka dan lain sebagainya. Dalam penelitian penulis, kayu yang diambil yaitu kayu nangka Artocarpus Integra Sp.,
memiliki umur lebih dari 7 tujuh tahun menurut yang punya pohon tersebut, tidak cacat fisik dan mempunyai batang kayu yang kuat. Kayu nangka ini juga
bukan hanya untuk badan gonrang saja, melainkan dibuat untuk pamalu sebagai
Universitas Sumatera Utara
28 alat pemukul dalam permainan gonrang sidua-dua. Gonrang sidua-dua juga
termasuk dalam permainan musik Ansambel. Ansambel yang dimaksud tidaklah terlepas dari beberapa alat musik yang dalam arti harus dimainkan dengan
beberapa alat musik. Maka dari itu, gonrang sidua-dua tidaklah terlepas pada alat musik sarunei Simalungun. Sarunei juga memiliki 2 dua jenis, yaitu yang
pertama adalah sarune ponggol-ponggol yang dipakai untuk melantunkan lagu- lagu tradisional dan gual-gual lagu-lagu pop daerah Simalungun, dan yang
kedua yaitu sarunei bolon yang dipakai untuk melantunkan syair-syair “sakral”
dalam acara adat yang sangat religius. Gonrang sidua-dua terdiri dari 2 dua buah gonrang gendang ditambah
semua peralatan seperti yang ada pada gonrang bolon. Penabuh pemain musik gonrang hanya 2 dua orang. Yang lainnya sama seperti pada gonrang bolon.
3.1.1 Perbedaan Gonrang Sidua-dua Dengan Gonrang Sipitu-pitu
Adapun perbedaan gonrang sidua-dua dengan gonrang sipitu-pitu, yaitu : 1. Jumlah gonrang dan personilnya berbeda. Jika pada gonrang sipitu-pitu jumlah
gonrang ada 7 tujuh buah gonrang dengan jumlah penabuh pemain musik yaitu 3 orang. Jika pada gonrang sidua-dua terdapat 2 dua buah gonrang dan
jumlah pemainnya hanya 2 dua orang. 2. Pada gonrang sidua-dua, kedua sisi lobang diameter atas dan bawah dibubuhi
kulit dan kedua belah sisi lobang dapat dipukul dengan telapak tangan dan juga dapat dengan menggunakan jari atau alat bantu pemukul pamalu. Jika pada
Universitas Sumatera Utara
29 gonrang sipitu-pitu hanya dapat dimainkan dengan pamalu saja dan pada sisi
yang atas saja.
3. Pada gonrang sidua-dua juga mempunyai susunan ataupun posisi gonrang
diletakkan membentang didepan penabuh pemain musik atau dipangku karena penabuh pemain musik gonrang sidua-dua posisinya duduk bersila.
Jika pada gonrang sipitu-pitu mempunyai susunan berjejer dengan digantung pada sebuah rak yang sedemikian rupa sesuai nada: do, re, mi, fa, sol, la, si,
dan hanya dapat dipukul dibagian atas saja.
3.1.2 Persamaan Gonrang Sidua-dua Dengan Gonrang Sipitu-pitu
Adapun persamaan gonrang sidua-dua dengan gonrang sipitu-pitu, yaitu kedua jenis gonrang ini sama-sama dapat menghasilkan bunyi dan irama yang
sama dalam semua jenis gual lagu, judul, nada, ritme, dan irama dasar. Pada umumnya gonrang ini diadakan untuk hiburan. Hiburan yang terikat dengan etika
adat dan norma-norma susila yang membatasi gerakan-gerakan penarinya pada batas gerakan yang santun.
Permainan gonrang sidua-dua dengan gonrang sipitu-pitu sama-sama sebagai tempo pengiring sarune. Akan tetapi pada saat sekarang ini, gonrang
sipitu-pitu lebih sering digunakan dalam sebuah acara Simalungun. Karena melihat banyaknya peminat dikalangan masyarakat Simalungun yang menyatakan
jika memakai gonrang sidua-dua memiliki nuansa suasana mistis memuja roh- roh leluhur.
Universitas Sumatera Utara
30 Pergeseran ini membuat keberadaan gonrang sidua-dua semakin sedikit
peminatnya, karena bukan hanya bernuansa mistis memuja roh-roh leluhur, dan juga dikalangan pemusik Simalungun membuat jumlah pemain yang bertambah
dan ukuran panggung juga memiliki ukuran yang lebih banyak.
3.2 Sejarah
Gonrang Sidua-dua
Dalam kutipan sejarah gonrang sidua-dua, penulis mengacu pada pengertian sejarah yang dikemukakan oleh Mohammad Yamin, yaitu:
“Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa
peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.“
Sejarah gonrang sidua-dua pada zaman dahulu, dimainkan pada upacara ritual memuja-muja yaitu untuk upacara penyembuhan, upacara pemanggilan
roh leluhur agar masuk kedalam sukma seseorang yang telah dipersiapkan untuk itu. Biasanya roh-roh leluhur yang datang itu menyampaikan pesan, nasehat, dan
peringatan bila akan ada datang ancaman bahaya berupa serangan penyakit, niat- niat jahat dan serangan musuh, sekaligus memberikan takkal anti dan solusi
menghadapinya. Akan tetapi, gonrang sidua-dua ini dapat dimainkan pada saat waktu tengah malam yang dalam arti masyarakat sudah tertidur, karena agar lebih
fokus dalam permainan dan lebih mudah untuk mendatangkan roh tersebut. Salah satu alat musik Simalungun yaitu gonrang sidua-dua memiliki nilai
sakral dan spritual, karena leluhur kita memiliki ilmu dan pengetahuan yang sangat tinggi dan wawasan berpikirnya luas sesuai tolak ukur dijamanya. Bukan
Universitas Sumatera Utara
31 hanya sebatas ilmu bercocok tanam dan ilmu berburu hewan liar dihutan tapi juga
ilmu-ilmu sosial lainnya. Akhlak dan budi pekerti dalam kepribadiannya menunjukkan bahwa para
leluhur kita menyadari ada sesuatu yang lebih hebat, lebih kuat, lebih agung, yang mempunyai kemampuan yang luar biasa diluar dirinya sebagai seorang manusia
pada umumnya. Dulu mereka ada yang menyebut namanya begu-begu, sinumbah, pagar,
begu ni opung, batara guru, habonaran berbeda dengan habonaron. Habonaran yaitu sejenis jinmakhluk halus berpenampilan kecil-kecil dan pendek-pendek,
berkharakter baik, suka menolong, terutama pada kepada kaum wanita. Sedangkan
Habonaron yang
berarti kebenaran
sesuai dengan
palsapahSimalungun yang identik dengan motto pemerintah daerah Simalungun, yang sering disebut dalam S
imalungun yaitu “Habonaron do Bona”. Konon Habonaran ini adalah roh-roh anak-anak balita yang meninggal, Sahala ni
Oppung, Oppung Naibata, dan lain-lain. Disebutlah Dia Sang Raja Causa Prima atau Sang Maha Pencipta yang
wajib dihormati dan harus disembah. Oleh karena itu pula segala aktivitasnya sehar-hari selalu mengatas namakan Sang Maha Pencipta tersebut serta segala
hasil karya dan hasil pekerjaanya hasil panen selalu pertama kali dipersembahkan kepada Sang Pencipta tersebut. Termasuk juga apabila jama
dahulu kala para leluhur kita dan hingga sekarang para orangtua kita bila akan memulai membunyikan gendang dalam acara-acara resmi yang membawa nama
Universitas Sumatera Utara
32 adat, selalu ada 3 tiga gual lagu khusus dipersembahkan kepada Sang Maha
Pencipta tadi dan ketiga gual ini belum boleh ditarikan oleh manusia. Setelah ajaran agama masuk di Simalungun, dikenallah Dia dengan nama
“Tuhan Yang Maha Esa”. Maka dari itu, pada saat ini sudah sangat jarang dilakukan ritual memuja-muja terhadap roh leluhur, melainkan pada saat ini
sering kita temukan pada saat pertunjukan-pertunjukan kebudayaan.
3.2.1 Peranan Gonrang Sidua-dua dalam Musik Simalungun
Pada bab ini penulis akan menjelaskan peranan alat musik gonrang sidua- dua dalam musik Simalungun. Peranan dalam wikipedia merupakan aspek
dinamis dari kedudukan atau status. Peranan juga dapat dikatakan dengan fungsi, yang dalam arti menjadi kegunaan.
Dalam kebudayaan Simalungun tidaklah terlepas dari alat musik. Alat-alat musik Simalungun terdiri dari 7 tujuh buah gonrang gonrang sipitu-
pitugonrang bolon, 2 dua buah Ogung, 2 dua buah momongan, sarunei bolon, sarunei buluh, 2 dua buah gorang gonrang sidua-dua, sitalayasak,
tulila, sulim, sordam, saligung, ole-ole, hodong-hodong, ingon-ingon, 7 tujuh bilah garantung, arbab, husapi, jatjalul tengtung. Semua alat musik tersebut
mempunyai kegunaan ataupun peranan yang penting dalam musik Simalungun. Menurut bapak Rosul Damanik, pada alat musik Simalungun tidak dapat bermain
hanya sendiri solo, karena dalam alat musik Simalungun haruslah bermain secara ansambel, karena saling bergantungan satu alat musik dengan alat musik
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
33 Dapat diambil sebuah team alat musik dalam kebudayaan Simalungun
yaitu yang terdiri dari gonrang sidua-dua, ogung, momongan dan sarunei. Menurut Bapak Rosul Damanik, dalam ansambel alat musik saling bergantungan
dan tidak dapat terlepas dari alat musik lainnya, terkhusus dengan gonrang sidua- dua dengan sarunei. Saat sarunei dimainkan, gonrang sidua-dua juga haruslah
dimainkan. Kegunaan sarunei dalam ansambel alat musik tersebut adalah sebagai melodi dan gonrang sidua-dua sebagai pengatur tempo dalam alunan musik yang
dimainkan. Akan tetapi menurut Bapak Rosul Damanik, jika gonrang sidua-dua tidak ada dalam team tersebut, dapat digantikan dengan gonrang sipitu-pitu.
Gonrang sipitu-pitu dan gonrang sidua-dua sama-sama menghasilkan bunyi dan irama yang sama dalam semua jenis gual lagu, judul, nada, ritme, dan irama
dasar. Hanya saja perbedaannya hanya dalam jumlah personil dan jumlah gonrang gendang.
Gonrang sidua-dua dalam kebudayaan Simalungun disebut juga dengan mardagang yang artinya merantau atau berpindah-pindah. Pemain gonrang sidua-
dua juga disebut panggual. Lagu-lagu gonrang juga disebut dengan gual, dan membunyikan gonrang dapat disebut juga dengan pahata.
Dalam upacara religi, maksudnya suatu upacara pemujaan atau penyembahan maupun pemanggilan roh yang baik dan pengusiran roh jahat.
Gonrang sering dilakukan dalam upacara ritual, upacara adat, acara malasni uhur, hiburan, dan lain-lain. Upacara ritual yang dimaksud ialah pemujaan
kepada roh leluhur, upacara adat ialah acara-acara yang ada kaitannya antara manusia dengan manusia, acara malasni uhur adalah acara kegembiraan, dan
Universitas Sumatera Utara
34 sedangkan acara hiburan hanya untuk pengunjung penonton yang hadir dalam
acara tersebut. Adapun upacara Simalungun yang termasuk dalam upacara ritual yaitu
marangir suatu acara untuk membersihkan badan dari perbuatan tidak baik dan roh-roh jahat, manombahmemuja untuk mendekatkan diri kepada yang diyakini
ialah Tuhan, ondos hosah semacam ritual tolak bala yang dilakukan oleh desa atau keluarga, manabarimanulak bala mengusir mara bahaya dari suatu desa
atau dari diri seseorang, mangindo pasu-pasu meminta berkat adar tetap sehat dan mendapat rejeki, manogu losunghayu acara untuk mengambil kayu untuk
dijadikan lumpang atau tiang rumah, Rondang Bintang suatu acara setelah panen besar. Pada upacara Simalungun yang termasuk dalam upacara adat, yaitu
mamongkot rumah acara memasuki rumah baru, patuekkon acara untuk membuat nama seseorang, marhajabuan acara pemberkatan pada suatu
perkawinan agar perkawinan tersebut diwarnai kebahagiaan, mangiligi suatu acara yang diadakan untuk menghormati seseorang yang meninggal dunia yang
sudah memiliki anak cucu, bagah-bagah nisahalak suatu acara yang diadakan karena seseorang ingin membuat pesta.
Pada upacara malasni uhur upacara kegembiraan, yaitu mangalo-alo tamu suatu acara untuk menyambut tamu penting dari luar daerah, marillah
suatu acara muda-mudi yang menyanyi bersama, pesta malani uhur suatu acara kegembiraan yang diadakan suatu keluarga, dan suatu acara peresmian
bangunan-bangunan suatu acara kegembiraan meresmikan bangunan, sedangkan dalam acara hiburan, gonrang sidua-dua dimainkan dan dipertontonkan dalam
Universitas Sumatera Utara
35 suatu acara besar suatu daerah atau panggilan-panggilan dalam acara pagelaran-
pagelaran seni lainnya yang berguna hanya dipertontonkan saja contohnya dalam Pagelaran di Pekan Raya Sumatera Utara.
Permainan gonrang sidua-dua juga dilakukan untuk mengiringi penari panortor dalam sebuah gual lagu ataupun instrumen musik yang dimainkan.
3.3 Klasifikasi
Gonrang Sidua-dua
Dalam klasifikasi gonrang sidua-dua Simalungun, penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Horsnbostel 1961 yaitu,
“sistem pengklasifikasian alat musik yang berdasarkan sumber penggetar utama
bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu : idiofon, penggetar utama bunyinya adalah bagian dari alat musik itu sendiri, Aerofon,
penggetar utama bunyinya adalah udara, Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran, Kordofon, penggetar utama bunyinya
adalah senar atau dawai.” Berdasarkan ketentuan diatas, maka gonrang sidua-dua diklasifikasikan
sebagai alat musik Membranofon yang sumber bunyinya berasal dari kulit atau membran pada alat musik gonrang sidua-dua tersebut. Gonrang sidua-dua
Simalungun merupakan jenis alat musik pukul dari kayu, rotan dan kulit hewan, dan gonrang sidua-dua juga dimainkan dengan menggunakan pamalu.
Bila dilihat dari bagian ujung utama yang sebagai melodi sampai keujung pangkal bawah sisinya yang disebut sebagai bassnya, maka lebih besar diameter
pangkal ujung utama dibandingkan ujung pangkal bawah.
Universitas Sumatera Utara
36
3.4 Konstruksi Bagian-bagian Gonrang Sidua-dua