Eksistensi Gonrang Sidua-dua Simalungun

64 Hal-hal yang sering terjadi kerusakan pada gonrang sidua-dua menurut informan penulis, yaitu Bapak Rosul Damanik dan Bapak J. Badu Purba bahwa tali dan kulit yang sering renggang, maka diharapkan agar segera “menggantinya” atau “menetralisir” dana dalam mengganti rotan dan kulit dengan menjemur di “uapan sinar matahari” selama 3 tiga hari. Gonrang sidua-dua juga diharapkan agar tidak kotor, karena cara membersihkan juga sangat sulit. Karena jika itu terjadi, maka membersihkannya dengan pengikisan badan gonrang, dan jika kulitnya kotor dapat dilakukan dengan membersihkan dengan kain yang bersih, dan itu membutuhkan waktu yang lama. Dan dalam pengikisan badan gonrang juga akan mempengaruhi suara yang akan dihasilkan, maka dari itu juga mengetatkan kembali rotan yang sebagai pengait kedua sisi agar sesuai dengan suara yang diharapkan.

4.5 Eksistensi Gonrang Sidua-dua Simalungun

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991 : 253 bahwa eksitensi adalah keberadaan. Pada masyarakat Simalungun, eksitensi alat-alat musik Simalungun sudah menggunakan keyboard. Menurut Bapak Rossul Damanik, alat musik keyboard banyak diminati oleh masyarakat Simalungun, karena tidak menimbulkan pikiran mistis pemujaan terhadap roh-roh leluhur. Menurut Bapak Rosul Damanik, eksitensi pada gonrang sidua-dua juga sudah mengalami penurunan drastis dalam pemakaiannya. Karena masyarakat Simalungun lebih menerima permainan gonrang sipitu-pitu, karena dianggap Universitas Sumatera Utara 65 lebih praktis dari jumlah pemain yang hanya 1 satu orang saja. Dan pada pemain alat musiknya juga tidak repot dalam latihan. Akan tetapi menurut Beliau, pada suatu desa di Simalungun tepatnya didaerah kecamatan Raya Desa Jahe-jahe, masih menggunakan full tradisi Simalungun dan terkhusus gonrang sidua-dua. Pada acara hasil panen ataupun pengusiran roh-roh jahat, gonrang sidua-dua lebih digunakan daripada gonrang sipitu-pitu. Karena dianggap lebih dapat nuansa suasana Simalungunnya. Sekitar tahun 1980an ada sebuah seminar yang dinamakan seminar pertemuan PAIS. Seminar ini mengulas membahas tentang keberadaan gonrang sipitu-pitu dengan gonrang sidua-dua, pada acara ini menetapkan pada misi acara sayur matua pada malam hari menggunakan alat musik gonrang sidua- dua untuk tortor mandingguri tarian menghormati dan memebrikan nasehat kepada keluarga yang berduka, sedangkan menggunakan alat musik gonrang sipitu-pitu untuk tortor mangiliki menghadiri acara ziarah ditempat oleh pihak tondongkeluarga. Akan tetapi menurut Bapak Rosul Damanik, itu hanya pergeseran yang sedikit saja. Pada tortor mangiliki juga dapat menggunakan gonrang sidua-dua dan pada tortor mandingguri juga dapat menggunakan gonrang sipitu-pitu, itu semua sesuai permintaan oleh pihak yang memanggil pemain musik panggual Simalungun. Pada saat ini, jika ingin mendapatkanmelihat gonrang sidua-dua lebih banyak ditemukan didaerah-daerah pedalaman dan pada acara-acara budayapertunjukan budaya Simalungun. Universitas Sumatera Utara 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan