71
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesadaran wajib pajak bumi dan bangunan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Nilai  odds  ratio  risiko  tidak  sadar  dalam  membayar  pajak  bumi  dan  bangunan akibat pendapatan  2 juta rupiah X
1
sebesar 0,008 kali untuk yang pendapatan 2  juta  rupiah  dibandingkan  yang  pendapatannya  ≤  2  juta  rupiah  yakni  0,992
kali. Nilai odds ratio risiko tidak sadar dalam membayar pajak bumi dan bangunan akibat  pendidikan  ≥    SMA  X
4
sebesar  0,056  k ali  untuk  pendidikan  ≥    SMA
dibandingkan  yang  pendidikan    SMA  yakni  0,944  kali.  Nilai  odds  ratio  tidak sadar dalam membayar pajak bumi dan bangunan akibat setuju diterapkan sanksi
denda  X
9
sebesar  0,076  kali  dibandingkan  yang  tidak  setuju  diterapkan  sanksi denda  yakni  sebesar  0,924  kali.  Ini  artinya  dari  beberapa  faktor  yang  dipilih
peneliti, faktor pendapatan X
1
dengan klasifikasi  2 juta merupakan faktor yang paling mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam membayar wajib Pajak Bumi
dan  Bangunan  di  Desa  Sukajadi  Kecamatan  Perbaungan  dengan  perbandingan 0,992 kali.
4.2  Saran
1.  Karena  pajak  bumi  dan  bangunan  merupakan  wewenang  pemerintah daerah  Dinas  Pendapatan  Daerah  dalam  pengolahannya,  maka  dari  itu
sebagai  masukkan  untuk  dapat  memperhatikan  gejala  masyarakat  yang kurang  disiplin  dalam  membayar  pajak  bumi  dan  bangunan  dengan
memperhatikan faktor-faktor berdasarkan hasil kesimpulan point ke 2. 2.  Diharapkan  pada  peneliti  selanjutnya  untuk  dapat  mencari  faktor-faktor
lain yang lebih mempengaruhi kesadaran wajib pajak bumi dan bangunan.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1   Pajak Bumi dan Bangunan PBB 2.1.1  Pengertian pajak
Pajak  merupakan  iuran  wajib  rakyat  untuk  negaranya  yang  bersifat  memaksa menurut  undang-undang  dan  tidak  mendapat  timbal  balik  secara  langsung
melainkan  digunakan  untuk  pembayaran  pengeluaran  kepentingan  umum.  Pajak memliki peranan yang sangat penting untuk kehidupan bernegara guna membiayai
semua  pengeluaran  termasuk  pengeluaran  pelaksanaan  pembangunan  Mimmy Sari Syahputri, 2013.
2.1.2  Jenis pajak
Penerimaan  negara  dalam  bentuk  pajak  hampir  dipastikan  setiap  tahunnya meningkat  sesuai  dengan  perkembangan  perekonomian  yang  tertuang  dalam
Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Negara  APBN  setiap  tahunnya.    Di Indonesia  terdapat  beberapa  jenis  pajak,  berdasarkan  pengelolahannya  dapat
dibagi  menjadi  dua  bagian  yaitu  pajak  yang  dikelola  oleh  pemerintah  pusat  dan pajak yang dikelolah oleh pemerintah daerah.
1.  Pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yaitu berupa Pajak Penghasilan PPh,  Pajak  Pertambahan  Nilai  PPN,  Pajak  Penjualan  Barang  Mewah
PPn  BM,  Bea  Materai  BM,  Bea  Perolehan  Hak  atas  Tanah  dan Bangunan BPHTB dan Pajak Bumi dan Bangunan PBB.
2.  Pajak yang dikelola pemerintah daerah yaitu berupa Pajak Pembangunan 1 PP1, Pajak Hotel, Pajak Kenderaan Bermotor PKB, Pajak Restoran dan
pajak-pajak  lainnya  yang  sesuai  dengan  kepentingan  daerah  masing- masing Mimmy, 2013.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.3  Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak berdasarkan pasal 5 undang-undang pajak bumi dan bangunan, tarif pajak  yang dikenakan atas objek
pajak  adalah  tarif  tuggal  sebesar  0,5.  Masyarakat  umum  banyak  yang  salah menafsirkan besarnya kenaikan PBB itu dikarenakan kenaikan tarif, padahal tarif
tersebut  sejak  1986  sampai  dengan  saat  ini  tidak  berubah  dan  tetap  0,5. Kenaikan  PBB  tersebut  yang  terjadi  setiap  tahunnya  itu  dikarenakan  kenaikan
dasar  pengenaan  PBB  Nilai  Jual  Objek  Pajak  PBB  akibat  naiknya  harga  tanah atau kenaikan material dan upah kerja untuk bangunan tersebut Boediono, 2000.
2.1.4  Wajib pajak
Wajib  pajak  merupakan  badan  atau  pribadi  subjek  pajak  yang  dikenakan kewajiban  membayar  pajak  yang  meliputi  pembayaran  pajak,  pemungutan  pajak
dan  pemotongan  pajak  yang  mempunyai  hak  dan  kewajiban  perpajakan  yang sesuai dengan perundang-undangan perpajakan.
Adapun hak dan kewajiban wajib pajak yaitu   Hak Wajib Pajak
a.  Menerima SPPT PBB setiap tahun pajak, paling lambat bulan Juni atau satu  bulan  setelah  menyerahkan  surat  pemberitahuan  objek  pajak
SPOP. b.  Mendapatkan penjelasan segala sesuatunya  yang berhubungan dengan
ketetapan PBB. c.  Mengajukan keberatan dan pengurangan.
d.  Mendapatkan  surat  tanda  terima  setoran  STTS  PBB  dari  Bank  atau Kantor  Pos  dan  Giro  yang  tercantum  pada  SPPT  atau  Tanda  Terima
Sementara  TTS  dari  Petugas  pemungutan  PBB  kelurahan  yang ditunjuk resmi.
  Kewajiban Wajib Pajak
Universitas Sumatera Utara
11 a.  Menanda tangani bukti terima SPPT dan mengirimnya kembali kepada
lurahkepala  desadinas  pendapatan  daerah  kantor  penyuluhan  pajak untuk  diteruskan  ke  atau  kantor  pelayanan  PBB  yang  menerbitkan
SPPT. b.  Melunasi PBB pada tempat yang telah ditentukan.
2.2  Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan PBB
Banyak  para  ahli  dalam  perpajakan  memberikan  pengertian  atau  definisi mengenai  PBB  yang  berbeda-beda,  namun  berbagai  perbedaan  definisi  tersebut
mempunyai tujuan dan maksud yang sama hanya saja sudut pandang dari para ahli perpajakan  tersebut  yang  berbeda.  Berikut  merupakan  definisi  PBB  menurut
beberapa ahli perpajakan: Menurut Widodo, Atim Widodo dan hendro puspita 2010:
“Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi  dan  bangunan  sebagaimana  telah  diubah  dengan  undang-undang  no.  12
tahun  1994  yaitu  merupakan  pajak  yang  bersifat  kebendaan  atau  objektif  dalam arti besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah
dan atau bangunan.” Menurut Liliawati Muljono 1999:
“Pajak Bumi Dan Bangunan PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek  yaitu bumitanah dan
atau  bangunan.  Keadaan  subjek  siapa  yang  membayar  tidak  ikut  menentukan besarnya pajak.”
Menurut Darwin 2009: “Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak
bergerak yang berupa bumi danatau bangunan.”
Menurut Soemitro dan Muttaqin 2001:
Universitas Sumatera Utara
12 Pajak  Bumi  dan  Bangunan  PBB  adalah  pajak  yang  dikenakan  atas  harta  tidak
bergerak yang bermaksud mengenakan Pajak Bumi Dan Bangunan.” Dari  definisi-definisi  diatas  dapat  ditarik  kesimpulan  secara  umum  yaitu
mengenai PBB. Pajak Bumi dan Bangunan PBB merupakan pajak yang bersifat kebendaan  yang  dikenakan  atas  harta  tidak  bergerak  yaitu  bumi  danatau
bangunan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 UU Pajak Bumi dan Bangunan, yang  dimaksud  dengan  bumi  disini  adalah  pemukaan  bumi  perairan  dan  tubuh
bumi  yang  berada  dibawahnya  sedangkan  bangunan  disini  adalah  konstruksi teknik yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada tanah danatau perairan
yang diperuntukan sebagai tempat tinggal, atau tempat berusaha, atau tempat yang dapat diusahakan.
2.2.1  Subjek PBB
Yang menjadi subjek PBB adalah badan atau pribadi yang secara nyata: 1.  Mempunyai hak atas bumitanah, dan atau;
2.  Memperoleh manfaat atas bumitanah, dan atau; 3.  Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau;
4.  Memperoleh manfaat atas bangunan. Pengertian  secara  nyata  disini  mempunyai  suatu  hak  atas  bumi  yang
dibuktikan  dengan  sertifikat,  sedangkan  memperolehh  manfaat  atas  bumi dibuktikan dengan adanya pengolahan atas bumi tersebut oleh pribadi atau badan
yang  bersangkutan  sehingga  mereka  memperoleh  hasil  dari  bumi  yang dikelolanya.  Sedangkan  memiliki,  menguasai  danatau  memperoleh  manfaat  atas
bangunan  mencakup  siapa  saja  yang  memiliki,  menguasai  danatau  memperoleh manfaat atas bangunan tersebut Mimmy, 2013.
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.2  Objek PBB
Objek  PBB  adalah  berupa  bumi  danatau  bangunan.  Pengertian  bumi  danatau bangunan yang telah tertuang dalam pasal 1 ayat 1 dan 2 yaitu:
1.  Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya 2.  Bangunan  adalah  permukaan  bumi  kontruksi  teknik  yang  ditanam  atau
diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia sedangkan pengertian laut wilayah Indonesia sudah meliputi pengertian zona ekonomi ekslusif. Hal ini berkaitan dengan pengertian pertambangan minyak
lepas  pantai.  Demikian  pula  dengan  pengertian  bangunan,  memori  penjelasan undang-undang nomor 12 tahun 1985 menjelaskan, meliputi:
1.  Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti: a.  Hotel;
b.  Pabrik; dan c.  Emplasemennya  dan  lain-lain  yang  merupakan  satu  kesatuan  dengan
kompleks bangunan tersebut. 2.  Jalan tol
3.  Kolam renang 4.  Pagar mewah
5.  Tempat olahraga 6.  Galangan kapal, dermaga
7.  Taman mewah 8.  Tempat penampungankilang minyak, air dan gas, pipa minyak
9.  Fasilitas lain yang memberikan manfaat. Dalam rangka memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk berupaya dalam
pelaksanaan pemungutan PBB mencapai pembebanan pajak secara adil. Undang- Undang  memberikan  wewenang  kepada  menteri  keuangan  untuk  mengatur
tentang  klasifikasi  objek  pajak.  Yang  dimaksud  dengan  klasifikasi  bumi  dan bangunan disini adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya
dan  digunakan  sebagai  pedoman  serta  untuk  memudahkan  penghitungan  pajak
Universitas Sumatera Utara
14 terutang.  Dalam  menentukan  klasifikasi  bumitanah  diperhatikan  faktor-faktor
sebagai berikut: 1.  Letak
2.  Peruntukkan 3.  Pemanfaatan
4.  Kondisi lingkungan dan lain-lain. Sedangkan  dalam  menentukan  klasifikasi  bangunan  diperhatikan  faktor-faktor
sebagai berikut: 1.  Bahan yang digunakan
2.  Rekayasa 3.  Letak
4.  Kondisi lingkungan dan lain-lain. Klasifikasi  tersebut  oleh  surat  keputasan  menkeu  nomor  1003kmk.041985
tanggal  28  desember  1985  ditentukan  bahwa  untuk  tanah  terdiri  dari  50  lima puluh  kelas,  sedangkan  untuk  bangunan  terdiri  dari  kelas  a,  b,  c,  d  dan  e,  dan
masing-masing  kelas  bangunan  dirinci  dalam  4  empat  kelas,  sehingga seluruhnya terdiri dari 20 dua puluh kelas Boediono, 2000.
2.2.3  Pembebasan Objektif
Melalui  Pasal  3,  Undang-Undang  PBB  mengenal  adanya  pembebasan  objektif. Artinya,  ada  beberapa  tanah  danatau  bangunan  dibebaskan  dari  pengenaan  PBB
dengan alasan-alasan tertentu. Objek pajak yang dibebaskan tersebut adalah: 1.  Yang  digunakan  semata-mata  untuk  melayani  kepentingan  umum  di
bidang  ibadah,  sosial,  kesehatan,  pendidikan  dan  kebudayaan  nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
2.  Yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
Universitas Sumatera Utara
15 3.  Yang  merupakan  hutan  lindung,  hutan  suaka  alam,  hutan  wisata,  tanah
nasional,  tanah  pengembalaan  yang  dikuasai  oleh  desa,  dan  tanah  negara yang belum dibebani hak.
4.  Yang  digunakan  oleh  perwakilan  diplomatik,  konsulat  yang  berdasar  asa perlakuan timbal balik.
5.  Yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.
Tentang  kepentingan  umum  tidak  untuk  memperoleh  keuntungan,  memori undang-undang menegaskan adalah nyata-nyata tidak bertujuan untuk mencari
keuntungan seperti pesantren atau sejenis dengan itu, madrasah, tanah wakaf, rumah  sakit  umum,  panti  asuhan,  mesjid,  gereja,  kelenteng,  museum  dan
candi.  Hal  ini  dapat  diketahui  antara  lain  dari  anggaran  dasar  atau  anggaran rumah  tangga  yayasan  atau  lembaga  yang  bergerak  dibidang  ibadah,  sosial,
kesehatan,  pendidikan,  dan  kebudayaan  nasional  tersebut.  Termasuk pengertian  ini  adalah  hutan  wisata  milik  negara,  sesuai  Pasal  2  Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan. Organisasi  sebagaimana  dimaksud  butir  5  di  atas,  terakhir  berdasarkan
surat  keputusan  menteri  keuangan  nomor  611kmk.041994,  tanggal  23 Desember 1994 Boediono, 2000.
2.3  Dasar Pengenaan PBB 2.3.1  Nilai Jual Objek Pajak NJOP
Dasar  pengenaan  PBB  adalah  Nilai  Jual  Objek  Pajak  NJOP.  Besarnya  NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan  setiap  tahun  sesuai  dengan  perkembangan  daerah  tersebut.  NJOP ditetapkan  perwilayah  berdasarkan  keputusan  menteri  keuangan  dengan
mendengarkan  pertimbangan  bupatiwalikota  serta  memperhatikan  Mimmy, 2013:
1.  Harga  rata-rata  yang  diperoleh  dari  transaksi  jual  beli  yang  terjadi  secara wajar.
Universitas Sumatera Utara
16 2.  Perbandingan  harga  dengan  objek  lain  yang  sejenis  yang  letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya. 3.  Nilai perolehan baru.
4.  Penentuan nilai jual objek pajak pengganti.
2.3.2  Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP
Nilai  Jual  Objek  Tidak  Kena  Pajak  NJOPTKP  adalah  batas  NJOP  atas  bumi danatau  bangunan  yang  tidak  kena  pajak.  Besarnya  NJOPTKP  untuk  setiap
daerah  kabupatenkota  adalah  Rp  8.000.000.00  dan  setinggi-tingginya  adalah  Rp 12.000.000.00 dengan ketentuan yaitu:
1.  Setiap  wajib  pajak  memperoleh  pengurangan  NJOPTKP  sebanyak  satu kali dalam satu tahun pajak
2.  Apabila  pajak  mempunyai  beberapa  objek  pajak,  maka  yang  mendapat pengurangan NJOPTKP hanya satu onjek pajak yang nilainya terbesar dan
tidak bisa digabungkan objek pajak lainnya. Keputusan  tentang  penyesuain  besarnya  NJOPTKP  sebagai  dasar  perhitungan
PBB diatur dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 201KMK.042000.
2.4  Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak adalah kerelaan wajib pajak dalam memberikan kontribusi dana  untuk  pelaksanaan  fungsi  perpajakan  dengan  cara  membayar  kewajiban
pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlahnya. Kesadaran  membayar  pajak  sangat  perlu  ditingkatkan  sejalan  dengan
besarnya  pendapatan  mereka.  Kesadaran  dalam  membayar  pajak  tercermin  dari kebijaksanaan  yang  diambil  oleh  seorang  wajib  pajak  seperti  pembayaran  pajak
tepat  waktu,  menghindari  denda  karena  keterlambatan,  memahami  pentingnya pajak tersebut untuk pembangunan negara Mimmy, 2013.
Universitas Sumatera Utara
17
2.5  Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga
Pendapatan  adalah  penghasilanperolehan  seseorang  baik  berupa  uang  maupun barang  sebagai  batas  jasa  atau  kontraprestasi  yang  diterima  untuk  suatu  jangka
waktu tertentu. Pendapatan  berupa  uang  tersebut  yaitu  hasil  dari  upah  dan  gaji  seperti:
kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang. Untuk gaji dan  upah  dari  hasil  sendiri  seperti:  komisi  dan  hasil  bersih  dari  usaha  yang
dijalankannya sendiri. Untuk pendapatan berupa barang yaitu dimana pembayaran gajinya  dapat  dalam  bentuk:  beras,  pengobatan,  transportasi,  rekreasi,  dan  lain
sebagainya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati Mimmy, 2013.
2.6  Pendidikan Wajib Pajak