sebagai alasan pentinguntuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan
kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto 2006 yang mengatakan
pendidikan juga memengaruhi pola pikir pragmatis dan juga rasional terhadap adat kebiasaan., dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah
menerima ide atau masalah baru. Selain tingkat pendidikan yang rendah, kesertaan PUS mengikuti program
KB juga dihubungkan dengan alasan responden yang masih menginginkan anak atau jenis kelamin tertentu sehingga meskipun telah memiliki anak 2 orang
responden belum mengikuti program KB.
5.1.3. Hubungan Jumlah anak dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB
Pada analisi bivariatt dieperoleh nilai P= 0,003 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan ketidakikutsertaan PUS
dalam berKB yaitu diperoleh bahwa diantara responden yang memiliki jumlah anak
≤
2 yang tidak mengikuti program KB sebesar 15 orang 42,9, sedangkan yang mengikuti program KB sebesar 4 orang 11,4. PUS yang memiliki jumlah
anak
≤
2 secara bermakna proporsinya lebih besar pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai OR 0,172 OR1 menunjukkan
bahwa jumlah anak menjadi faktor proteksi atau pelindung PUS tidak mengikuti program KB.
Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yangamasih hidup. Semakin sering
seorang wanita melahirkan, maka akan semakin memiliki resiko kematian dalam
Universitas Sumatera Utara
persalinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mantra 2006 yang mengatakan bahwa
kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin memutuskan untuk berKB
setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Jawaban yang diberikan responden tentang alasan tidak mengikuti KB
yaitu; masih ingin punya anak sebanyak 15 orang 42,9, ingin punya anak laki- laki sebanyak 6 orang 17,1, ingin punya anak perempuan sebanyak 3 orang
8,6, dan dilarang suami sebanyak 11 orang 31,4. Hal ini menunjukan bahwa 2 orang anak masih dianggap kurang atau belum cukup. Dari keterangan
responden diketahui bahwa mereka merasa cukup mempunyai anak jika telah memiliki 3
– 5 orang anak terutama anak laki-laki. Masyarakat di daerah penelitian pada umumnya bekerja di sektor pertanian
yang memerlukan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja untuk mengelolanya. Hal ini mungkin salah satu penyebab yang berpengaruh terhadap
banyaknya jumlah anak yang dimiliki, anak merupakan sumber daya yang diharapkan dapat membantu orangtua dalam bekerja dan berusaha.
Menurut Hatmadji 2004 yang mengutip pendapat Leibenstein, anak dilihat dari dua segi kegunaannya yaitu utility dan biaya cost. Kegunaannya
ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat
menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.
5.1.4. Hubungan Pengetahuan dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB