persalinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mantra 2006 yang mengatakan bahwa
kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin memutuskan untuk berKB
setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Jawaban yang diberikan responden tentang alasan tidak mengikuti KB
yaitu; masih ingin punya anak sebanyak 15 orang 42,9, ingin punya anak laki- laki sebanyak 6 orang 17,1, ingin punya anak perempuan sebanyak 3 orang
8,6, dan dilarang suami sebanyak 11 orang 31,4. Hal ini menunjukan bahwa 2 orang anak masih dianggap kurang atau belum cukup. Dari keterangan
responden diketahui bahwa mereka merasa cukup mempunyai anak jika telah memiliki 3
– 5 orang anak terutama anak laki-laki. Masyarakat di daerah penelitian pada umumnya bekerja di sektor pertanian
yang memerlukan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja untuk mengelolanya. Hal ini mungkin salah satu penyebab yang berpengaruh terhadap
banyaknya jumlah anak yang dimiliki, anak merupakan sumber daya yang diharapkan dapat membantu orangtua dalam bekerja dan berusaha.
Menurut Hatmadji 2004 yang mengutip pendapat Leibenstein, anak dilihat dari dua segi kegunaannya yaitu utility dan biaya cost. Kegunaannya
ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat
menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.
5.1.4. Hubungan Pengetahuan dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan responden dalam penelitian ini terkait denganpengertian danpemahaman responden mengenai program KB yang mencakup pengertian,
tujuan dan manfaat, jenis kontrasepsi dan efek samping kontrasepsi. Pada analisis bivariat diperoleh nilai P= 0,000 0,05 yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu orang yang memiliki tingkat pengetahuan buruk secara bermakna
proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 13,500 CI 95:4,301-42,375 menunjukkan bahwa PUS yang tingkat
pengetahuan buruk kemungkinan berpeluang 13,500 kali lebih besar tidak mengikuti program KB. Dapat dilihat persentase responden dengan pengetahuan
buruk sebesar 77,1 pada kelompok kasus, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 20.
Pengetahuan responden yang baik tentang pengertian KB tujuan, manfaat, dan efek samping suatu metode kontrasepsi akan mempengaruhi dalam
keikutsertaan dalam berKB, termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, plihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam
memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus
memanfaatkan pelayanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2007 yang mengatakan
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, kerena itu pengalaman dan hasil
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dan bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula yang dikemukakan dalam teori Lawrence Green yakni faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu, tidak
lepas darifaktor perilaku masing-masing individu. Perilaku individu tersebut disebabkan oleh faktor penyebab perilaku, yang salah satunya adalah
pengetahuan, dimana faktor ini menjadi dasar atau motivasi bagi individu dalam mengambil keputusan Notoatmodjo, 2007.
Penelitian Prihastuti 2005 menunjukkan bahwa informasi yang diberikanpetugas kepada akseptor tentang metode KB-nya masih kurang
memadai, sehingga akseptor tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi. Hal inilah yang berdampak pada rendahnya pemanfaatan pelayanan
KB. Sejalan dengan penelitian Pardosi 2005 yang mengatakan bahwa secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat
kemandirian akseptor KB aktif dalam pemanfaatan program KB mandiri LIMAS Sig=0,001.
Pengetahuan responden yang rendah berhubungan juga dengan tingkatpendidikan yang masih rendah yaitu mayoritas berada pada ketegori
pendidikan dasar, demikian juga dengan pendidikan suami. Pendidikan yang rendah akan berhubungan dengan pengetahuan yang rendah pula, karena
responden tidak mendapatkan pendidikan yang memadai untuk menambah wawasan mereka tentang alat kontrasepsi. Pada umumnya responden dianggap
sebagai pasien saja tanpa dibekali dengan pendidikan yang baik tentang KB dan kesehatan reproduksi KR.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5. Hubungan Sikap dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB