50 x Rp.24.000 = Rp. 1.200.000
Dupon ½ x Rp. 15.000 = Rp.7.500
Tapak 20 x Rp.20.000 = Rp. 400.000
Benang ± 1 gulung = Rp. 15.000
Lem 1kg = Rp. 47.000
Upah pengrajin Rp. 8.000 x 20 = Rp. 160.000
Total Rp. 1.829.500 : 20 = Rp. 91.475 Jadi dalam sehari modal yang diperlukan oleh pengrajin untuk mengolah 20 sepatu hari
adalah Rp. 91.475
4.4.5.2. Keahlian Membuat Sepatu
Sebuah industri membutuhkan tenaga kerja yang terampil untuk mengelola suatu produk karena keahlian seseorang menentukan kualitas barang yang akan dihasilkannya.
Keahlian dapat diperoleh melalui proses pembinaan dan pelatihan oleh lembaga-lembaga formal maupun informal. Pelatihan adalah pengalaman belajar terstrukutur yang
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan menjadi keterampilan khusus, pengetahuan atau sikap.
Pelatihan dalam hal ini adalah untuk tujuan mengubah kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman kedalam pekerjaan khusus yang berhubungan dengan
keterampilan. Keahlian yang dimiliki oleh para pengrajin sepatu Bunut merupakan keahlian yang
bersifat turun temurun. Mereka belajar dari orangtua, saudara dan teman yang memiliki keahlian dalam membuat sepatu. Proses belajar membuat sepatu yang mereka lalui cukup
singkat dan sederhana karena mereka tidak memperoleh keahlian membuat sepatu melalui
Universitas Sumatera Utara
pembelajaran dan pelatiha khusus dari suatu lembaga formal melainkan di dapat dari beljar dengan orangtua atau teman-teman yang telah ahli membuat sepatu.
Seperti pernyataan dari informan berikut ini : “abang belajar buat sepatu ini dari orang tua dan orang-orang yang bekerja di
tempat usaha orangtua abang. Abang cuma liat-liat aja trus abang coba, eh gak
tau nya bisa. Jadi abang teruskan ajalah usaha orangtua abang”. hasil
wawancara dengan Bang Doni pada juli 2013 Sama halnya seperti pernyataan informan berikut :
“ bapak tau cara membuat sepatu ini dari orangtua dan teman-teman bapak. Awalnya bapak cuma amati aja, lalu bapak tertarik untuk belajar sepatu dari
mereka. Gak lama setelah belajar bapak uda bisa buat sepatu sendiri. Ternyata pas belajar nampaknya ja susah gak taunya gampang. Apalagi sekarang udah
makin terbiasa jadi keliatannya gampang aja.”. hasil wawancara dengan Pak Jufri tahun 2013
Sama juga dengan hasil wawancara dengan informan berikut ini : “ bapak belajar buat sepatu ini sama teman bapak yang sudah mahir membuat
sepatu. Bapak belajar juga tidak lama. Di tangan bapak kulit untuk membuat sepatu tidak dapat bersisa. Karena dari sisa-sisa kulit untuk sepatu dapat
digunakan sebagai hiasan kayak pita atau bunga”. hasil wawancara dengan Pak Johari Hidayat, Juli 2013
Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kekreatifan para pengrajin dalam mengolah sepatu. Pelatihan yang di lakukan oleh para pengrajin ini di laksanakan oleh Dinas
Tenaga Kerja pada tahun 2010 ke Sidoarjo.
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara dengan Staf bagian umum Disnaker Bapak Yusuf “selama berada di Sidoarjo para pengrajin ini diberikan beberapa pelatihan
salah satunya ya pelatihan ketrampilan agar lebih kreatif lagi dalam membuat sepatu misalnya dalam hal mendesain sepatu. hasil wawancara dengan Pak
Yusuf, Juli 2013 Berdasarkan pemaparan para informan bahwa keahlian atau ketrampilan membuat
sepatu mereka dapat dari orangtua atau teman mereka yang telah lebih mahir dalam membuat sepatu. Untuk memngembangkan kemampuan ketrampilan mereka membuat sepatu maka
pada tahun 2010 beberapa pengrajin yang terpilih mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja. Pelatihan yang dilakukan untuk lebih meningkatkan kemampuan para
pengrajin dalam menjaga kualitas dan ketrampilan mereka dalam mengkreasikan model sepatu sehingga konsumen tetarik untuk membeli sepatu. Dan ditambah lagi pengaturan
manajemen pengrajin dalam mengolah keuangan hasil penjualan sepatu.
4.4.6 Etos Kerja Pengrajin sepatu Bunut dalam berusaha 4.4.6.1 Motivasi Kerja Pengrajin Sepatu