Keahlian Membuat Sepatu Keberdayaan dalam Berusaha 4.4..1. Modal memulai Usaha Sepatu Bunut

50 x Rp.24.000 = Rp. 1.200.000 Dupon ½ x Rp. 15.000 = Rp.7.500 Tapak 20 x Rp.20.000 = Rp. 400.000 Benang ± 1 gulung = Rp. 15.000 Lem 1kg = Rp. 47.000 Upah pengrajin Rp. 8.000 x 20 = Rp. 160.000 Total Rp. 1.829.500 : 20 = Rp. 91.475 Jadi dalam sehari modal yang diperlukan oleh pengrajin untuk mengolah 20 sepatu hari adalah Rp. 91.475

4.4.5.2. Keahlian Membuat Sepatu

Sebuah industri membutuhkan tenaga kerja yang terampil untuk mengelola suatu produk karena keahlian seseorang menentukan kualitas barang yang akan dihasilkannya. Keahlian dapat diperoleh melalui proses pembinaan dan pelatihan oleh lembaga-lembaga formal maupun informal. Pelatihan adalah pengalaman belajar terstrukutur yang dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan menjadi keterampilan khusus, pengetahuan atau sikap. Pelatihan dalam hal ini adalah untuk tujuan mengubah kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman kedalam pekerjaan khusus yang berhubungan dengan keterampilan. Keahlian yang dimiliki oleh para pengrajin sepatu Bunut merupakan keahlian yang bersifat turun temurun. Mereka belajar dari orangtua, saudara dan teman yang memiliki keahlian dalam membuat sepatu. Proses belajar membuat sepatu yang mereka lalui cukup singkat dan sederhana karena mereka tidak memperoleh keahlian membuat sepatu melalui Universitas Sumatera Utara pembelajaran dan pelatiha khusus dari suatu lembaga formal melainkan di dapat dari beljar dengan orangtua atau teman-teman yang telah ahli membuat sepatu. Seperti pernyataan dari informan berikut ini : “abang belajar buat sepatu ini dari orang tua dan orang-orang yang bekerja di tempat usaha orangtua abang. Abang cuma liat-liat aja trus abang coba, eh gak tau nya bisa. Jadi abang teruskan ajalah usaha orangtua abang”. hasil wawancara dengan Bang Doni pada juli 2013 Sama halnya seperti pernyataan informan berikut : “ bapak tau cara membuat sepatu ini dari orangtua dan teman-teman bapak. Awalnya bapak cuma amati aja, lalu bapak tertarik untuk belajar sepatu dari mereka. Gak lama setelah belajar bapak uda bisa buat sepatu sendiri. Ternyata pas belajar nampaknya ja susah gak taunya gampang. Apalagi sekarang udah makin terbiasa jadi keliatannya gampang aja.”. hasil wawancara dengan Pak Jufri tahun 2013 Sama juga dengan hasil wawancara dengan informan berikut ini : “ bapak belajar buat sepatu ini sama teman bapak yang sudah mahir membuat sepatu. Bapak belajar juga tidak lama. Di tangan bapak kulit untuk membuat sepatu tidak dapat bersisa. Karena dari sisa-sisa kulit untuk sepatu dapat digunakan sebagai hiasan kayak pita atau bunga”. hasil wawancara dengan Pak Johari Hidayat, Juli 2013 Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kekreatifan para pengrajin dalam mengolah sepatu. Pelatihan yang di lakukan oleh para pengrajin ini di laksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja pada tahun 2010 ke Sidoarjo. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara dengan Staf bagian umum Disnaker Bapak Yusuf “selama berada di Sidoarjo para pengrajin ini diberikan beberapa pelatihan salah satunya ya pelatihan ketrampilan agar lebih kreatif lagi dalam membuat sepatu misalnya dalam hal mendesain sepatu. hasil wawancara dengan Pak Yusuf, Juli 2013 Berdasarkan pemaparan para informan bahwa keahlian atau ketrampilan membuat sepatu mereka dapat dari orangtua atau teman mereka yang telah lebih mahir dalam membuat sepatu. Untuk memngembangkan kemampuan ketrampilan mereka membuat sepatu maka pada tahun 2010 beberapa pengrajin yang terpilih mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja. Pelatihan yang dilakukan untuk lebih meningkatkan kemampuan para pengrajin dalam menjaga kualitas dan ketrampilan mereka dalam mengkreasikan model sepatu sehingga konsumen tetarik untuk membeli sepatu. Dan ditambah lagi pengaturan manajemen pengrajin dalam mengolah keuangan hasil penjualan sepatu. 4.4.6 Etos Kerja Pengrajin sepatu Bunut dalam berusaha 4.4.6.1 Motivasi Kerja Pengrajin Sepatu

Dokumen yang terkait

Beberapa Masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Pengembangan Usaha Tani Melon di Kabupaten Deli Serdang ( Studi Kasus : Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

0 41 110

Analisis Usaha Tani Dan Harga Pokok ( Cost Price) Padi Sawah Sistem Legovvo 4:1 Dan Tegel Di Kabupaten Deli Serdang ( Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa)

1 38 130

Analisis Ekonomi Usaha Kerajinan Sapu Ijuk (Studi Kasus : Pengrajin Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara)

1 66 98

Analisis Usaha Tani Dan Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta ( Studi Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupeten Deli Serdang)

10 139 84

Prospek Pengembangan Usaha Tani Melon Dan Usaha Tani Semangka Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Pasar V Kebun Kelapa, Kec. Beringin, Kab. Deli Serdang)

1 51 154

Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)

1 53 137

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Kecil (Studi Kasus: Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

9 138 93

ANALISIS INDUSTRI KECIL SAPU IJUK DI DESA MEDAN SENEMBAH KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

2 18 24

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Strategi 2..1.1 Pengertian Strategi - Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 32

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 3 9