jaminan apabila mereka tidak dapat melunasi ke bank maka mereka akan menjual tanah milik mereka.
Seperti pernyataan informan berikut ini : “ Kalo gak salah pas taun 80an Uni Royal di beli Bakrie dari orang Amerika itu.
Pas dipegang Bakrie inilah pabriknya bangkrut karena hasilnya sepatunya kurang bagus kalo dibedakan sama yang punya orang Amerika itu trus pun
kualitas kurang bagus Makanya pabriknya tutup”. Hasil wawancara dengan Pak Rasyid, Juli 2013
Sama halnya dengan hasil informan berikut : “pas dipegang Bakrie inilah pabrik Uni royal tutup karna bangkrut. Karna
peminat sepatunya sikit trus pun hasilnya gak sebagus punya Amerika dulu, trus pun banyak saingan juga ama sepatu-sepatu lain. karena tulah Bakrie mengalami
kerugian hingga akhirnya pabriknya ditutup Hasil wawancara dengan Pak Jupri Juli 2013
4.4.2 Terbatasnya Lapangan Kerja
Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi, melainkan juga berbagai masalah di bidang sosial, seperti kemiskinan dan
kerawanan sosial. Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Pertumbuhan tenaga kerja yang
kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Dengan demikian jumlah penduduk yang bekerja
Universitas Sumatera Utara
tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya ketidakcocokan dalam pasar kerja.
Setelah ditutupnya Pabrik Sepatu Bunut maka banyak para karyawan yang menjadi penggangguran. Karyawan tersebut sempat beberapa lama tidak bekerja sehingga tidak
memiliki penghasilan sedangkan pengeluaran terus meningkat. Karena desakan ekonomi itulah para karyawan yang menganggur tersebut pun mulai mencari kerja, ada yang merantau,
bekerja mocok-mocok dan ada juga yang mencoba peruntungan menjadi pengrajin sepatu dengan membuka usaha sepatu Bunut.
Seperti pemaparan informan berikut ini : “ cemanalah dek, dulu kalo mau cari kerja aja susah. Karena orangtua abang
pun cuman bisanya buat sepatu ya dicobalah buat usaha sepatu ini dari pada gak da kerjaan. Usaha sepatu ini pun abang yang neruskan. lagian Abang
bisanya cuma buat sepatu dan kasian orangtua abang kalo gak abang yang neruskan usahanya mau sapa lagi? Selain itu pun lapangan pekerjaan sedikit.
Jadi dari pada nganggur bagus buat uisaha.” hasil wawancara dengan bang Doni Juli 2013.
Sama halnya dengan dengan pernyataan informan berikut : “ mau cari kerja waktu itu susah. Daripada gak kerja bapak buka usaha sepatu
inilah dan banyak juga yang ngikut buka usaha sepatu ini. Orang-orang sini yang gak kerja bapak ajak aja untuk membantu Bapak.” hasil wawancara
dengan Bapak Sutomo pada Juli 2013.
Universitas Sumatera Utara
Sama juga halnya dari pemaparan informan berikut ini : “ pas pabrik itu dulu tutup, bapak kerja di pengeboran minyak di pangkalan susu.
Cuman istri bapak tinggal disini ama anak-anak. Baru gak berapa lama bapak berhenti karna gak dikasih istri bapak harus pulang pergi tiap bulannya. Jadi
bapak bukak usaha sepatu ini ajalah dari pada nganggur. “ hasil wawancara dengan Bapak Johari Hidayat pada Juli 2013
Berdasarkan hasil dari pemaparan Bang Doni, Bapak Sutomo dan Bapak Johari Hidayat, mereka bertahan sebagai pengrajin sepatu disebabkan karena tidak ada lagi
pekerjaan yang dapat dilakukan. Hal ini disebabkan susahnya mencari pekerjaan lain yang lebih layak ditambah lagi mereka tidak ingin bekerja yang pekerjaannya tersebut jauh dari
keluarga. Masyarakat Kelurahan Bunut sekarang pun banyak yang mulai membuka usaha sepatu mereka dengan cara mereka yang rumahnya berada di pinggir jalan lintas Sumatera
membangun toko sepatu.
4.4.3 Inisiatif membuka usaha sepatu