2.8.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Underpricing
Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal oleh masyarakat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah
diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten
dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak Ardiansyah, 2004. Pada umumnya skala atau ukuran perusahaan menjadi salah faktor oleh investor
dalam memutuskan untuk menanamkan modalnya. Hasil dari penelitian Janice dkk di Australia periode tahun 1980-1990
mengatakan bahwa ada pengaruh antara skala perusahaan dengan tingkat underpricing seperti yang dikutip oleh Ghozali dan Mansur, 2002
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat underpricing.
2.8.5 Pengaruh Return On Assets ROA Terhadap Tingkat Underpricing
ROA merupakan suatu salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak EBIT dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Imam Ghozali dan
Mansur 2002, ROA menjadi salah satu pertimbangan investor dalam melakukan investasi terhadap saham-saham di lantai bursa.
Return on assets ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi
perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika
suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang
digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Menurut Ghozali dan Mansur
2002 bahwa ROA mempengaruhi underpricing dengan level signifikansi 5
dengan arah negatif.
Dari uraian diatas variabel-variabel yang diduga menjadi pengaruh tingkat underpricing antara lain reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan,
ukuran perusahaan dan Return On Assets ROA.Dalam penelitian ini apakah variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran
perusahaan dan ROA adalah variabel independen sedangkan tingkat underpricing sebagai variabel dependenBerdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H5: Return On Asset ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
underpricing.
2.8.6 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tingkat Underpricing
Kepemilikan Institusional merupakan besarnya prosentase kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh suatu institusi baik institusi keuangan, non
keuangan maupun badan hukum lain. Besar kepemilikan saham perusahaan oleh suatu institusi akan mempengaruhi keputusan dalam penetapan harga saham
saat IPO. Pada umumnya investor Institusi memiliki kemampuan lebih dan sumber daya yang memadai untuk melakukan pengawasan. Sehingga melalui
adanya investor instititusi akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan pengawasan terhadap kinerja perusahaan.
Darmadi dan Gunawan 2013 mengatakan bahwa kehadiran investor institusional dapat mengurangi asimetri informasi antara emiten dan calon
investor baru, maka dari itu emiten tidak perlu membuat kebijakan harga penawaran saham perdana yang underprice untuk mencapai keberhasilan
IPO. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis keenam
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H6: Struktur Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan landasan teori, diidentifikasikan variabel independen X
yang diperkirakan berpengaruh terhadap tingkat underpricing Model dalam penelitian ini dapat digambarkan pada kerangka pemikiran berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana penelitian ini merupakan sebuah penelitianilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena yang ada serta hubungan yang ada. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data sekunder yangberupa laporan keuangan tahunan
perusahaan yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia BEI. Periode tahun 2009- 2013 dengan periode laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember. Data
tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory ICMD, IDX Fact book, IDX Statistic, http:www.idx.co.id
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI yang melakukan penawaran
saham perdana IPO dengan periode tahun amatan yaitu tahun 2009 – 2013
sejumlah 113 perusahaan.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan
sampel yang sesuaidengan tujuan penelitian. Metode purposive sampling adalah metode pengambilan sampelyang didasarkan pada beberapa pertimbangan atau
kriteria tertentu. Kriteriaperusahaan yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut :