mengurangi kesempatan emiten untuk melakukan kecurangan dalam menyajikan informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya dimana yang akan
datang. Dengan demikian maka akan memperkecil kemungkinan perusahaan untuk berbuat kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang tidak akurat
ke pasar. Penggunaan auditor yang bereputasi tinggi dapat digunakan sebagai tanda
petunjuk terhadap kualitas perusahaan emiten, Holland dan Harton, 1993 dalam Daljono 2000. Oleh karena itu, perusahaan yang akan melakukan IPO akan
memilih KAP yang memiliki reputasi yang baik. Menurut penelitian yang telah di lakukan oleh Zirman dan Darlis 2011 menunjukan bahwa reputasi auditor
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan penelitian yang telah di lakukan Prastica 2012, Risqi dan Harto 2013 dan
Ekadjaja dan Wendy 2009 menyatakan bahwa reputasi auditortidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
2.5.3 Umur Perusahaan
Menurut Daljono 2000, Umur perusahaan menunjukan seberapa lama perusahaan mampu bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka
semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri
informasi dan memperkecil ketidakpastian dimasa yang akan datang Rosyati dan Sabeni, 2002.
Umur perusahaan merupakan hal yang menjadi pertimbangan bagi para investor dalam menanamkan modalnya. Umur perusahaan dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk tetap bertahan dala persaingan bisnis. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyusari 2013 dan Zirman dan Darlis 2011
menunjukan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan penelitan yang dilakukan Ekadjaja dan Wendy 2009
menyatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
2.5.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dijadikan sebagai proxy tingkat ketidakpastian saham. Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal oleh masyarakat,
sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Tingkat ketidakpastian
yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak Ardiansyah, 2004.
Pada umumnya skala atau ukuran perusahaan menjadi salah faktor oleh investor dalam memutuskan untuk menanamkan modalnya. Menurut penelitian Zirman
dan Darlis 2011 menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing.Sedangkan menurut Elston Yang 2010 ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
2.5.5 Return On Asset ROA
ROA merupakan suatu salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak EBIT dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets ROA
yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya
apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan
mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan
tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Menurut Ghozali dan Mansur 2002, ROA menjadi
salah satu pertimbangan investor dalam melakukan investasi terhadap saham- saham di lantai bursa. Penelitian yang telah dilakukan Zirman dan Darlis 2011
dan Prastica 2012 menyatakan bahwa ROA berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Nilai ROA dapat diukur dengan rumus,
2.5.6 Financial Leverage