penawaran saham perdana di pasar perdana. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh mekanisme permintaaan dan penawaran yang terjadi di pasar.
2.3 Initial Public Offering IPO
Perusahaan yang akan melakukan go public, akan melakukan penawaran umum penjualan saham pertama kalinya di pasar perdana, kegiatan ini sering
disebut IPO Initial Public Offering. Initial Public Offering atau penawaran umum perdana merupakan suatu syarat bagi emiten yang pertama kali menjual
sahamnya di Bursa Efek. Setelah saham perusahaan dijual pada pasar perdana barulah kemudian perusahaan dapat memperjualbelikan sahamnya di pasar
sekunder Tandelilin, 2010. Proses Initial Public Offering IPO dilaksanakan berdasarkan UU pasar
modal dan peraturan pelaksanaannya. Dalam pelaksanaannya Initial Public Offering IPO, tidak hanya melakukan penawaran saham kepada pemodal oleh
penjamin emisi underwriter di pasar perdana, tapi juga melakukan kegiatan penjatahan saham, yaitu pengalokasian saham yang telah dipesan oleh para
investor sesuai dengan jumlah saham yang tersedia dan pencatatan saham saat saham mulai diperdagangkan di bursa.
Untuk dapat menujual sahamnya di pasar modal, perusahaan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan RI, sebagai
mana tercantum
dalam Keputusan
Menteri Keuangan
RI nomor
859KMK.011989 tentang emisi efek di bursa dan peraturan tentang pelaksanaan emisi dan perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan BAPEPAM
No.011PM1987. Persyaratan untuk perusahaan yang akan melakukan go public, antara lain:
1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas 2. Bertempat kedudukan di Indonesia
3. Mempunyai modal yang disetor penuh Rp 200.000.000,00 4. Dua tahun memperoleh keuntungan
5. Laporan keuangan dua tahun terakhir harus diperiksa oleh akuntan publik dengan unqualified opinion.
6. Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi ketentuan; dua tahun pertama harus tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir tergolong
sehat. Pada saat penawaran saham perdana, harga saham yang ditawarkan
merupakan hasil dari kesepakatan antara emiten dengan underwriter. Meskipun dalam melakukan penentuan harga emiten bersama-sama dengan underwriter,
keduanya sebenarnya memiliki kepentingan yang berbeda satu sama lain Ghozali dan Mansur 2002. Emiten menginginkan harga yang tinggi untuk saham yang
akan dijual di pasar perdana, dengan begitu emiten akan mendapat tambahan dana yang besar dan maksimal. Sedangkan underwritersendiri menginginkan harga
saham yang redah pada penawaran saham perdana untuk meminimalkan resiko yang menjadi tanggung jawabnya apabila teradapat saham yang tidak terjual
dalam pasar perdana. Di Indonesia menganut satu tipe penjaminan yang dilakukan oleh underwriter yaitu tipe penjaminan full commitment, dimana underwriter
akan bertanggung jawab dengan cara membeli terhadap saham yang tidak terjual
dalam pasar perdana. Tipe penjaminan yang seperti ini memiliki resiko yang tinggi. Sehingga untuk menghindari resiko tidak terjualnya saham di pasar
perdana maka underwriter akan melakukan negoisasi dengan emiten agar menetapkan harga yang tidak terlalu tinggi, bahkan harga saham yang ditetapkan
cenderung underpriced. Disamping itu pada saat melakukan penentuan harga, terjadi asimetri informasi dimana underwriter memiliki informasi yang lebih baik
dibandingkan dengan emiten.
2.4 Underpricing