Dalam alat pembuktian Hubungan Penipuan Dalam KUHP Dengan Money Laundering

Dalam Bab II tentang tindak pidana pencucian uang pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010, yang merupakan tindap pidana pencucian uang adalah hanya ketentuan sebagaimana dimaksud oleh pasal 3, pasal 4, pasal 5 saja. 137 Khusus untuk ketentuan yang terdapat dalam pasal 3 dan pasal 4 memang dalam perumusan ketentuannya dengan tegas telah diberikan kualifikasi sebagai tindak pidana pencucian uang, sedang kualifikasi sebagai tindak pidana pencucian uang untuk ketentuan yang terdapat dalam pasal 5 ditegaskan dalam pasal 6. Dengan demikian yang dimaksud dengan tindak pidana pencucian uang oleh pasal 1 angka 1 adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana pencucian . sebagaimana yang dimaksud oleh masing-masing pasal 3, pasal 4 dan pasal 5. Pasal 4 merupakan tindak pidana pencucian aktif dan pasal 5 tindak pidana pencucian pasif. 138

b. Dalam alat pembuktian

Alat-Alat bukti yang digunakan dalam Tindak Pidana Pencucian Uang money laundring terdapat dalam Pasal 73 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010 menyatakan : 139 “Alat bukti yang sah dalam pembukitan Tindak Pidana Pencucian Uang ialah : a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana; danatau b. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau alat yang serupa optik dan dokumen.” 137 Op-Cit, R. Wiyono, hal. 22 138 Ibid 139 Lihat pasal 73 Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 Universitas Sumatera Utara Alat-alat pembuktian yang ditentukan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang jauh lebih banyak dan lebih beragam jika dibandingkan dengan apa yang ditentukan dalam KUHAP mengingat cara-cara yang digunakan pelaku untuk melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan cara-cara yang canggih. Akan tetapi alat bukti yang ditentukan KUHAP tersebut merupakan bagian dari alat-alat bukti yang terdapat dalam Tindak Pidana Pencucian Uang. Dalam pasal 74, Penyidikkan tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain menurut undang-undang. Pasal 75, dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal, penyidik menggabungkan penyidikkan tindak pidana asal dengan penyidikkan tindak pidana pencucian uang dan memberitahukannya ke PPATK. Universitas Sumatera Utara BAB III PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA OLEH HAKIM TERHADAP KASUS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN KEJAHATAN ASAL PENIPUAN DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 1329KPID2012 Secara etimologi penegakan berasal dari kata tegak yang berarti berdiri, menegakkan berarti mendirikan, mempertahankan, mewujudkan melaksanakan, sedangkan penegakan berarti proses, cara atau perbuatan menegakkan. 140 Hukum pidana terbagi atas hukum pidana materil dan formil. Hukum pidana materil adalah hukum yang berisi aturan tentang jenis perbuatan yang dapat dipidana, subjek hukum yang dapat dipidana dan jenis hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap pelaku pidana. Hukum pidana formil adalah hukum yang berisi aturan yang berkaiatan dangan tata cara melaksanakan hukum pidana itu sendiri dalam tataran prakteknya. 141 Soerjono Soekanto mengatakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang ada dalam kaidah-kaidah pandangan- pandangan nilai yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai yang pada akhirnya menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. 142 Penegakan hukum adalah proses mewujudkan keinginan- keinginan hukum menjadi kenyataan. 143 140 Departemen Pendidikan nasional, Op. Cit, hal. 141 Keinginan-keinginan hukum itu tertuang dalam bentuk konkritnya yang dapat berupa pasal-pasal perundang-undangan. Substansi hukum itu adalah isi dari hukum itu sendiri yang merupakan aturan 141 Satochid Kartanegara, Hukum pidana: Kumpulan Kuliah, Balai Lektur Mahasiswa: bagian satu, tanpa tahun, hal.1 142 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Jakarta: Binacipta, 1983, hal. 13 143 Satjipto Rahardjo, Op.Cit, hal. 24 Universitas Sumatera Utara sebagaimana seharusnya das sollen ternyata kemudian dilanggar, maka pada saat itu juga terwujudlah kenyataan alamiah yang merupakan peristiwa konkrit yang diatur dan disebut das sein. Penegakan hukum secara sederhana adalah sebuah konkretisasi atau kenyataan aturan hukum dalam kehidupan bermasyarakat oleh seluruh masyarakat itu sendiri. Hukum itu berisi kenyataan normatif yaitu apa yang seyogianya dilakukan das sollen dan bukan berisi kenyataan alamiah atau peristiwa konkrit das sein. 144 Hans Kelsen menyatakan bahwa sejauh perkataan norma menunjukkan sebuah preskipsi atau perintah bahwa sesuatu seharusnya ada atau terjadi, maka ekspresi verbal dari padanya adalah sebuah pernyataan keharusan ougth-sollent yang disuruhkan oleh tindakan kemauan. 145 Tindak pidana sebagaimana dimaksud oleh pasal 3 Undang-undang nomor 8 Tahun 2010 sudah diberikan kualifikasi sebagai tindak pidana pencucian uang. Selanjutnya dengan dipergunakannya frasa “menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain Kenyataan normatif das sollen ini disebut juga law in book hukum tertulis atau ius constitutum karena sedang diberlakukan dan ketika terjadi pelanggaran atas das sollen dimaksud, saat itu juga maka norma itu harus dioperasikan sehingga berada dala kondisi ius operatum atau hukum dalam keadaan dilaksanakan, diterapkan atau ditegakkan. 144 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,Yogyakarta: Liberty Tahun .1999, Hal. 16 145 Hans Kelsen, alih bahasa oleh B. Arief Sidharta, Hukum dan Logika, Bandung: Alumni, 2006, hal.5. Universitas Sumatera Utara yang merupakan kalimat aktif dalam perumusan pasal 3, dalam kepustakaan tindak pidana pencucian uang temasuk atau disebutt tindak pidana pencucian uang aktif. 146 Kewajiban dalam penegakan hukum dapat dilihat dalam arti sempit dan luas, dimana arti sempit berarti hanya dilakukan oleh para penegak hukum nyang terdiri dari polisi, jaksa, hakim dan advokat, 147 sedangkan dalam arti luas dapat dilakukan oleh elemen masyarakat tanpa terkecuali. Menurut P.A.F. Lamintang dalam bukunya bahwa setiap polisi adalah penyelidik. 148 Penyelidikan adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang untuk melakukan penyelidikan. Sebagaimana kewajiban penyelidikan dalam pasal 5 KUHP yaitu: 149 1. Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4: a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang: 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. 2. Mencari keterangan dan barang bukti. 3. Menyuruh berhjenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengena diri. 4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab, melakukan tindakan. b. Atas perintah penyelidikan dapat melakukan tindakan berupa: 1. Penangkapan, larangan meninggal tempat, penggeledahan dan penyitaan. 2. Pemeriksaan dan penyitaan surat. 3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. 146 Pasal 3 undang-undang nomor 8 tahun 2010 147 Ketentuan Advokat sebagai penegak hukum telah lama diakui oleh mahkamah agung sesuai dengan surat keputusan Mahkamah Agung No. 129151970 yang menetapkan kedudukan advokat adalah sejajar dengan alat negara penegak hukum lainnya. Penegasan advokat sebagai penegak hukum lebih dikuatkan lagi dalam undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang advokat yang pada pasal 5 disebutkan “advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebasa dan mandiri ayng dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan. 148 P.A.F. Lamintang, Pembahasan KUHP Menurut Ilmu Hukum Pidana dan Yurispundensi, Jakarta; Sinar grafika, 2010, hal. 47 149 Lihat pasal 5 Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Kitap Undang-undang Hukum Acara Pidana. Universitas Sumatera Utara 4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyelidik. 2. Penyelidikan membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana tersebut pada ayat 1 huruf a dan huruf b kepada penyelidik. Selanjutnya kewajiban penyidik menurutu pasal 7 KUHAP adalah sebagaimana berikut: 150 1. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang: a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian. c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. h. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. i. Mengadakan penghentian penyidikan. j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab. Setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik selesai, selanjutnya berdasarkan ketentuan pasal 8 ayat 3 butir b pasal 110 ayat 1 KUHAP, memerintahkan penyidik wajib menyerahkan berkas perkara dan barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum, untuk dilakukan dakwaan dan penuntutan kepengadilan. Khusus penegakan hukum yang dilakukan oleh hakim, dalam 150 Lihat Pasal 7 undang-undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Universitas Sumatera Utara kepustakaan dikenal dengan penegakan hukum oleh hakim judex factie dan judex juris. 151

A. Duduk Perkara dan Kasus Posisi

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING).

0 1 6

A. Tindak Pidana Penipuan Dalam Hukum Pidana Indonesia a. Pengertian dan unsur –unsur tindak pidana - Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Money Laundering dengan Kejahatan Asal Penipuan (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1329K/PID/2012)

0 0 40

Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Money Laundering dengan Kejahatan Asal Penipuan (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1329K/PID/2012)

0 0 38

PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU MONEY LAUNDERING DENGAN KEJAHATAN ASAL PENIPUAN (ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 1329KPID2012.)

0 0 13