Young Ma, 1 satu lembar bon faktur pembelian dispenser merk Miyako tertanggal 25 oktober 2010 berikut kartu garansinya,
B. Analisis Kasus 1. Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam
Register Nomor. 1286Pid.B2011PN-LP.
Berdasarkan alat-alat bukti yang terungkap dipersidangan yaitu dari keterangan saksi korban, saksi ahli serta keterangan terdakwa, hakim judex factie
hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam menyatakan terdakwa bersalah, hakim Pengadilan Tinggi Medan menyatakan terdakwa bebas sedangakan judex jurix
hakim Mahkamah Agung menyatakan bahwa perbuatan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana Penipuan dan Tindak
Pidana Pencegahan dan Pembrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No. 8 Tahun 2010 Pasal 3.
1. Analisis di Tinjau dari Konsep Pembuktian
Pembuktian pada dasarnya mengarah kepada Pertimbangan hukum dari pengadilan Negeri Lubuk Pakam. Pengadilan Negeri Lubuk Pakam telah
menyatakan dalam pertimbangan hukumnya yang mengacu kepada pembuktian sebagaimana diatur dalam pasal 184 KUHAP ayat 1 yaitu: keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Selanjutnya pasal 183 menyebutkan “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
Universitas Sumatera Utara
yang bersalah melakukannya
181
1 Unsur subjektif :
. Berdasarkan teori pembuktian sebagaimana disebutkan diatas terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan sebagaimana yang
dimaksud Pasal 378 KUHP jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dimana perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur dari pasal 378 KUHP, yaitu:
a. Dengan maksud atau met het oogmerk
b. Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
c. secara melawan hukum atau wederrechtelijk
2 unsur-unsur objektif :
a. Barangsiapa
b. Menggerakkan orang lain agar orang lain tersebut :
1 Menyerahkan suatu benda
2 Mengadakan suatu perikatan utang
3 Meniadakan suatu piutang
c. Dengan memakai :
1 Sebuah nama palsu
2 Kedudukan palsu
3 Tipu muslihat
4 Rangkaian kata-kata bohong
Berdasarkan ajaran teori penting terkait dengan pembuktian
182
5. Teori Pembuktian menurut Undang-Undang secara positif Positief Wettelijke
Bewijs Theori adalah
sebagai berikut:
Teori ini mengajarkan bahwa membuktikan sesuatu didasarkan semata– mata alat-alat pembuktian yang telah ditentukan oleh undang-undang tanpa
membuka ruang pada keyakinan hakim. Alat bukti yangg telah ditentukan olehh undang–undang dalam teori ini bersifat mengikat dan menentukan secara absolut
serta independen dalam membuktikan kebenaran sesuatu.
181
M. Hamdan, Alasan Penghapusan Pidana Teori dan Praktek, Bandung, PT.Rafika Aditama, 2012, hal. 44
182
Beberapa literatur buku saling mempertukarkan istialh teori pembuktian atau sistem pembuktian. Andi Hamzah misalnya dalam bukunya Pengantar Acara hukum pidana Indonesia
memperguanakan kata-kata sistem atau teori pembuktian
Universitas Sumatera Utara
6. Teori Pembuktian menurut Undang-undang secara negatif negatif Wettelijke
Bewijs theori Sistem pembuktian undang-undang secara negatif ini adalah sebuah sistem
pembuktian yang mengajarkan bahwa pembuktian harus didasarkan atas alat-alat bukti yang telah ditentukan dalam undang-undang diikuti oleh keyakinan hakim.
Jadi alat buktilah yang harus terlebih dahulu ada didepan baru memunculkan keyakinan hakim bukan sebaliknya dibelakang. Keyakinan hakim yang
dimaksud disini adalah kayakinan yang timbul berdasarkan alat-alat bukti yang ada, jadi keyakinan itu haruslah berkorelasi dengan alat-alat bukti. Sistem
pembuktian ini dengan demikian merupakan gabungan antara sistem pembuktian menurut undang-undang secara positif dengan sistem pembuktian keyakinan
hakim conviction in time. Sistem pembuktian yang dianut dalam hukum acara pidana indonesia
berdasarkan ketentuan KUHAP adalah sistem pembuktian berdasarkan undang- undang negatif, hal ini dapat diketahui dari rumusan Pasal 183 KUHAP yang
berbunyi: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terhadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Senada dengan itu Undang-undang Nomor 4
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman pada pasal 6 ayat 2 dinyatakan:”Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan
karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan
Universitas Sumatera Utara
bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.
Berkaitan dengan teori pembuktian yang disebutkan diatas, jika dilihat berdasarkan studi putusan Pengadilan
Negeri Lubuk Pakam No. 1286Pid.B2011PN.LP, bahwa hakim memutus perkara dengan menggunakan
teori pembuktian menurut Undang-Undang secara positif Positief Wettelijke Bewijs Theori dan Teori Pembuktian menurut Undang-undang secara negatif
negatif Wettelijke Bewijs theori. Akibat perbuatan terdakwa tersebut melakukan suatu penipuan telah
mengakibat kerugian terhadap saksi korban sebesar ± Rp. 7.000.000.000,- tujuh miliyar rupiah, dan Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pembrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP. Unsur pasal 3 yaitu :
“Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke
luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul harta kekayaan dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling
banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah”. Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ini, juga dirinci jenis-jenis tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan sebagai hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 atau pasal 4 undang-undang dimaksud, yang rinciannya hampir sama dengan rincian yang terdapat dalam pasal
Universitas Sumatera Utara
2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003, dengan penambahan tindak pidana kepabeanan dan tindak pidana cukai, serta perubahan tindak pidana
kelautan dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 menjadi tindak pidana kelautan dan perikanan, sementara tindak pidana penyelundupan
barang yang semula terdapat dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003, tidak terdapat lagi dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tersebut. Jenis-jenis tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan yang disebut
sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 mau pun dalam pasal 2 ayat 1 Undang-
Undang Nomor. 8 Tahun 2010 itu, dikenal dengan sebutan : “tindak pidana asal” predicate crime. Pencucian uang adalah tindak pidana ikutan underlying crime
dari tindak pidana asal predicate crime. Tindak pidana asal akan menjadi dasar apakah suatu transaksi dapat dijerat dengan undang-undang tindak pidana
pencucian uang. a.
Perbuatan Melawan Hukum Hoffman menerangkan bahwa untuk adanya suatu perbuatan melawan
hukum harus dipenuhi empat unsur yaitu: 1
Er moet enn daad zijn verricht harus ada yang melakukan perbuatan 2
Die daad moet onrechtmatig zijn perbuatan itu harus melawan hukum
3 Die daad moet aan enn ander schade heb bentoege bracht perbuatan
itu harus menimbulkan kerugian bagi orang lain 4
De daad moet aan cshuld zijn te weten kesalahan itu karna yang ditimpakan kepadanya.
183
183
S.R Sianturi, Asas-asas Pidana Indonesia dan Penerapannya, Jakarta: Alumni Ahaem Petehaem, 1996, hal. 244
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan Hoffman, Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa syarat-syarat yang harus ada untuk menentukan suatu perbuatan itu sebagai
perbuatan melewan hukum adalah sebagai berikut: 1
Harus ada perbuatan, yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat positif maupun negatif artinya setiap tingkah laku berbuat atau
tidak berbuat. 2
Perbuatan itu harus melawan hukum. 3
Ada kerugian 4
Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian;
5 Ada kesalahan
Berkaitan dengan perbuatan melawan hukum, jika dilihat berdasarkan studi putusan PengadilanNegeri Lubuk Pakam No. 1286Pid.B2011PN.LP.
Perbuatan Terdakwa Lenni Damayanti Br Manalu telah memenuhi syarat dan mengikuti prosedur yang disyaratkan oleh Pasal 378 KUHP jo Pasal 64 ayat 1
KUHP. b.
Teori Kesalahan Dalam teori kesalahan dipidananya seseorang tidaklah cukup hanya
dengan melakukan perbuatan melawan hukum, tetapi harus ada juga kesahalan atau bersalah. subjective guilt. Kesalahan terdiri dari beberap unsur yaitu:
184
1 Adanya kemampuan bertanggungjawab pada sipembuat Schuldfahigkeit
atau Zurehnungsfahigkeit: artinya keadaan jiwa sipembuat harus normal. 2
Hubungan batin antara sipembuat dengan perbuatannya berupa kesengajaan dolus atau kealpaan culpa: ini disebut bentuk-bentuk
kesengajaan. 3
Tidak ada alasan yang menghapuskan kesalahan atau tindak ada alasan pemaaf.
184
Sudarto, Op,Cit. Hal. 91
Universitas Sumatera Utara
Pengertian kesalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari berbagai perspektif seperti filsafat agama dan hukum pidana. Dalam kesalahan
selalu ditemukan ketercelaan tertentu yang umumnya diungkapkan dalam kata salah atau lalai. Kesalahan secara umum tidak memperhatikan mengapa sepelaku
melakukan perbuatannya, akan tetapi lebih memperhatikan perbuatan yang dilakukan atau akibat yang ditimbulkan dari pelaku. Sedangkan menurut S.R.
Sianturi, Kesalahan secara umum diartikan sebagai berikut:
185
1 Mengatakan yang tidak benar
2 Menyatakan ketercelaan
3 Melakukan suatu perbuatan, tetapi tidak denga suatu kehendak mengenai
kelanjutan perbuatannya atau akibat. Misal; seorang yang melempari buah dipohon tapi kemudian terkena kaca jendala rumah. Untuk itu ia
mengatakan itu adalah salah saya.
4 Melakukan suatu tindakan perbuatan terlarang sesuai dengan
kehendaknya atau akibatnya itu diikutinya, misal; sengaja mencuri, sengaja membunuh.
Berdasarkan uraian diatas, dihubungkan dengan studi putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No. 1286Pid.BPN.LP, bahwa elemen kesalahan dapat
dilihat dari perbuatan tindak pidana terdakwa Lenni Damayanti Br Manalu yaitu melakukan penipuan terhadap saksi korban Henry Dumanter Tampubolon, dimana
perbuatan terdakwa telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh undang-undang dan akibat perbuatannya merugikan orang lain. Perbuatan
terdakwa telah melakukan kesalahan dengan kesengajaan. Melihat pada sifatnya, pengertian kesengajaan seperti ini disebut kleurlose
begrip yaitu suatu kesengajaan yang tidak mempunyai sifat tertentu. Artinya suatu kesengajaan yang tidak mempunyai sifat tertentu. Artinya untuk membuktikan
185
Sianturi, Op,Cit. Hal.160-161
Universitas Sumatera Utara
seseorang melakukan tindak pidana cukuplah dengan membuktikan adanya hubungan yang erat antara kejiwaan pelaku dengan tindakannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kesengajaan salah satu bentuk kesalahan pidana memiliki unsur yaitu:
186
1 Berupa tindakan dilarang.
2 Adanya akibat yang menjadi pokok alasan diadakannya larangan tersebut.
3 Bahwa tindakan tersebut melanggar.
Elemen kesengajaan yang dilakukan terdakwa Lenni Damayanti Br Manalu, yaitu dengan sengaja melakukan tindak pidana penipuan terhadap saksi
Korban Henry Dumanter Tampubolon merupakan perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Kemampuan bertanggungjawab
Kemampuan bertanggungjawab toerekeningsvatbaarheid KUHP tidak memberikan perumusan dan hanya ditemukan dalam Memorie van Toelichting
Mvt secara negatif yang menyebutkan mengenai pengertian kemampuan bertanggungjawab, yaitu tidak ada kemampuan bertanggungjawab pada
sipembuat. Mvt hanya melihat dua hal orang dapat menerima adanya ontoerekeningsvatbaarheid tidak ada kemampuan bertanggungjawab yaitu:
1 Dalam hal pembuat tidak diberi kemerdekaan memilih antara berbuat atau
tidak berbuat apa yang oleh undang-undang dilarang atau diperintah, dengan kata lain dalam hal perbuatan yang dipaksa.
186
Utrecht, Lok,Cit. Hal. 307-308
Universitas Sumatera Utara
2 Dalam suatu keadaan tertentu sehingga ia tidak dapat menginsyafkan
bahwa perbuatannya dengan hukum dan ia tidak mengerti akibat perbuatannya itu, misalnya gila.
187
Arti kemampuan bertanggungjawab sangat bergantung kepada ilmu pengetahuan, mengingat sulitnya sedemikian, yang membenarkan adanya
penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum maupun dari orangnya. Kemampuan bertanggungjawab itu didasarkan pada suatu keadaan dan
kemampuan jiwa verdelijke vermopgens orang tersebut.
188
1 Ia mampu mengetahui dan menyadari bahwa perbuatannya bertentangan
denga hukum. Seseorang mampu
bertanggungjawab jika jiwanya sehat, yaitu apabila:
2 Ia dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tersebut.
189
Dihubungkan dengan studi Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No. 1286Pid.B2011PN.LP. komponen bertanggungjawab dapat dilihat dari diri
terdakwa Lenni Damayanti Br Manalu berusia 29 tahun memiliki jiwa batin yang sehat dan tidak terdapat kondisi-kondisi yang memaafkan, yang oleh orang
lain dapat maklumi kenapa ia melakukan tindak pidana tersebut. Dengan kata lain tiada alasan yang meniadakan pemidanaan terhadap pelaku, yang dikenal denagan
sebagai dasar pengahapus pidana meliputi alasan pemaaf atau pembenar. Oleh karena itu, perbuatan terdakwa Lenny Damayanti Br Manalu dapat diberikan
pemidanaan atas perbuatan yang dilakukannya. 2.
Analisis Pertimbangan Hakim
187
E. Utrecht, Hukum Pidana II, Jakarta: Penerbit Universita, 1960, hal. 292
188
Ibid, hal. 244-245
189
Sudarto, Hukum Pidana I Jakarta: Rineka Cipta, hal. 95
Universitas Sumatera Utara
Dalam memberikan pertimbangan hakim untuk memutuskan suatu perkara diharapkan hakim tidak menilai dari satu pihak saja sehingga dengan demikian
ada hal-hal yang patut dalam penjatuhan putusan hakim, apakah pertimbangan hakim tersebut memberatkan ataupun meringankan pidana, yang melandasi
pemikiran hakim yang logis, sehingga hakim pada putusannya. Dalam penjatuhan pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana, pada
dasarnya harus mempertimbangkan segala aspek tujuan, yaitu sebagai berikut: 1
Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari ancaman suatu kejahatan yang dilakukan oleh pelakunya.
2 Sebagai upaya represif agar penjatuhan pidana membuat pelakunya jera
dan tidak akan melakukan tindak pidana dikemudian hari. 3
Sebagai preventif agar masyarakat luas tidak melakukan tindak pidana sebagaimana yang dilakukan oleh pelakunya.
4 Mempersiapkan mental masyarakat dalam menyikapi suatu kejahatan dan
pelaku kejahatan tersebut, sehingga pada saatnya nanti pelaku tindak pidana dapat diterima dalam pergaulam masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan hakim pengadilan Negeri Lubuk Pakam dalam putusan perkara No.1286Pid.B2011PN.LP menjatuhkan putusan yaitu
menyatakan terdakwa Lenni Damayanti Br Manalu terbukti telah melanggar pasal 378 KUHP jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP dan Pasal 3 UU No 8 Tahun 2011 jo.
Pasal 64 ayat 1 KUHP Tentang “Pencegahan dan Pembrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.” Sehubungan dengan putusan di atas, penelitian beranggapan
bahwa penjatuhan sanksi yang dilakukan oleh hakim adalah tepat, dan telah
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan fakta-fakta persidangan. Berdasarkan fakta persidangan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “penipuan yang
dilakukan secara berlanjut.
2. Analisis Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Medan Regiter Nomor: 50PID2012PT.MDN.