3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dipergunakan teknik penelitian kepustakaan library research dalam menganalisa putusan No. 1286
PID.B2011PN,LP, dan menggunakan pendekatan perundang-undangan statute approach. Pendekatan tersebut, melakukan pengkajian peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.
67
4. Analisis Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah studi dokumen.
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia, analisa maksudnya adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya; telaah
terhadap suatu masalah.
68
Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yakni dengan cara pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin dan
pasal-pasal didalam undang-undang yang relevan dengan permasalahan. Data tersebut diklasifikasikan lalu disistemasikan sesuai dengan permasalahan yang
dibahas untuk mempermudah proses analisa dan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data.
67
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2005, hal. 241.
68
H. Nur Azman, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Penabur Ilmu, 2001, hal. 18
Universitas Sumatera Utara
orang lain.
69
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dipergunakan teknik penelitian kepustakaan library research dalam menganalisa putusan No. 1286
PID.B2011PN,LP, dan menggunakan pendekatan perundang-undangan statute approach. Pendekatan tersebut, melakukan pengkajian peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.
70
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah studi dokumen.
69
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bnadung. PT. Remaja Rosdakarya, 2005 hal.248
70
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2005, hal. 241.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PENIPUAN SEBAGAI
KEJAHATAN ASAL MENURUT UNDANG–UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Pada umumnya tindak pidana penipuan sudah diatur dalam Pasal 378 sampai dengan Pasal 394 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP.
Sebagaimana dirumuskan Pasal 378 KUHP, penipuan berarti perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum
dengan memakai nama palsu, martabat palsu, tipu muslihat atau kebohongan yang dapat menyebabkan orang lain dengan mudah menyerahkan barang, uang atau
kekayaannya. Dalam tindak pidana pencucian uang diatur dalam pasal 2 yang dimana hasil tindak pidana itu diklasifikasikan dalam 25 dua puluh lima
kelompok kejahatan predicat crime dimana pada huruf r mengatur tentang penipuan.
A. Tindak Pidana Penipuan Dalam Hukum Pidana Indonesia a. Pengertian dan unsur –unsur tindak pidana
Pembentukan undang–undang kita telah menggunakan perkataan “Strafbaarfeit” untuk menyebutkan apa yang kiat sebagai “tindak Pidana”di
dalam KUHP tanpa memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya dimaksud dengan perkataan “Strafbaarfeit”tersebut.
Pengertian tindak pidana belum ada kesatuan pendapat diantara para sarjana, dalam garis besarnya perbedaab pendapat tersebut terbagi dalam dua
aliran atau dua pandangan monistis dan pandangan dualistis. Menurut Moeljatno, pandangan monistis adalah bahwa para sarjana melihat keseluruhan tumpukan
Universitas Sumatera Utara
syarat untuk adanya pidana itu kesemuanya itu merupakan sifat dari perbuatan, sedangkan pandangan dualistis adalah membedakan dengan tegas dapat
dipidananya perbuatan dan dipidana orangnya, dan sejalan ini dipisahkan, maka pengertian perbuatan pidana tidak meliputi pertanggungjawaban pidana.
71
Berdasarkan pengertian dan pemisahan pandangan tersebut berikut ini akan disebutkan pendapat para sarjana berdasarkan pandangan mereka masing–
masing sehingga jelas letak perbedaannya. 1. Aliran Monistis
Menurut Simon, Strafbaarfeit adalah kelakuan yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan
yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. Van Hamel mengatakan bahwa Strafbaarfeit adalah kelakuan yang dirumuskan dalam
Undang-undang, yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.
Tindak pidana menurut E. Mezger adalah keseluruhan syarat untuk adanya pidana. Menurut Karni, Delik itu mengandung perbuatan yang mengandung
perlawanan hak, yang dilakukan dengan salah dosa, oleh orang yang sempurna akal budinya dan kepada siapa perbuatan patut dipertanggungjawabkan. Dan
menurut definisi pendek Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana berarti perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana.
71
Sudarto, Hukum Pidana, Jilid. I A-B, Purwokerto : Fakultas Hukum Unsoed. Tahun. 1991, Hal. 25
Universitas Sumatera Utara
Jadi jelas sekali dari definisi-definisi tersebut diatas tidak adanya “pemisahan antara Criminal Act dan Criminal Responsibility”.
72
2. Aliran Dualistis
Pompe berpendapat bahwa menurut hukum positif, Strafbaarfeit adalah tidak lain dari pada feit, yang diancam pidana dalam ketentuan undang-undang,
selanjutnya menurut beliau bahwa menurut teori Strafbaarfeit itu adalah perbuatan yang bersifat melawan hukum dilakukan dengan kesalahan dan diancam pidana.
Menurut Moeljatno, perbuatan pidana sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut. “Pandangan golongan
dualistis ini mengadakan pemisahan antara dilarangnya suatu perbuatan dengan sanksi ancaman pidana dan dapat dipertanggungjawabkannya si pembuat”.
73
Penggolongan pandangan para sarjana tersebut diatas juga merupakan penggolongan terhadap unsur-unsur tindak pidana yang terbagi menjadi dua yaitu:
1. Aliran Monistis
Menurut pendapat D. Simons, unsur-unsur Strafbaarfeit adalah: a.
Perbuatan manusia b.
Diancam dengan pidana c.
Melawan hukum d.
Dilakukan dengan kesalahan e.
Oleh orang yang mampu bertanggung jawab Selanjutnya Simon menyebutkan adalah unsur objektif dan unsur
subjektif. Yang disebut sebagai unsur objektif adalah :
72
Ibid, hal 26
73
Ibid, hal 27-28
Universitas Sumatera Utara
a. Perbuatan orang
b. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu
c. Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan itu
“seperti dalam Pasal 281 KUHP sifat “Openbaar” atau “dimuka umum”.
Segi subjektif dari Strafbaarfeit adalah : a.
Orangnya mampu bertanggung jawab b.
Adalah kesalahan dolus atau culpa perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan.”
Menurut Van Hamel, “unsur-unsur Strafbaarfeit adalah : a.
Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang b.
Bersifat melawan hukum c.
Dilakukan dengan kesalahan d.
Patut dipidana.”
74
Menurut E. Mezger, “unsur-unsur tindak pidana adalah : a.
Perbuatan dalam arti yang luar dari manusia b.
Sifat melawan hukum c.
Dapat dipertanggungjawabkan kepada seseorang d.
Diancam dengan pidana.”
75
2. Aliran Dualistis
Menurut H.B. Vos, Strafbaarfeit hanya dirumuskan : 1.
Kelakuan manusia
74
Ibid, hal 26
75
Ibid
Universitas Sumatera Utara
2. Diancam pidana dalam undang-undang
Kemudian menurut Moeljatno, perbuatan pidana memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Perbuatan manusia
2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang syarat formil
3. Bersifat melawan hukum syarat materil
Syarat formil tersebut harus ada, hal ini disebabkan karena : Adanya asas legalitas yang tersimpul dalam pasal 1 KUHP, syarat materil
itu harus ada pula, karena perbuatan itu harus pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tak boleh atau tak patut dilakukan, oleh
karena bertentangan dengan atau menghambat tercapainya tata dalam pergaulan masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat itu.
Selanjutnya Moeljatno berpendapat : “Bahwa kesalahan dan kemampuan bertanggungjawab dari si pembuat
tidak orang yang berbuat.”
76
Jadi untuk memungkinkan adanya pemidanaan secara wajar, apabila diikuti pendirian Moeljatno, maka tidak cukup apabila seseorang itu telah.
Melakukan perbuatan pidana belaka atau disamping itu pada orang tersebut harus ada kesalahan dan bertanggung jawab. Jika seseorang melakukan tindak pidana
kejahatan dan harus masuk ke dalam persidangan. Hukum Acara Pidana akan memberi keterangan seperti: rangkaian peraturan hukum yang menentukan
bagaimana cara-cara mengajukan ke depan pengadilan, perkara-perkara
76
Ibid, hal. 27
Universitas Sumatera Utara
kepidanaan dan bagimana cara menjatuhkan hukuman oleh hakim, jika ada orang yang disangka melanggar aturan hukum pidana yang telah ditetapkan sebelum
perbuatan melanggar hukum itu terjadi, dengan lain perkataan: Hukum Acara Pidana ialah hukum yang mengatur tata cara bagaimana alat-alat negara
Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan harus bertindak jika terjadi pelanggaran. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan sesuatu tindak
pidana berhak dianggap tidak bersalah sampai dapat dibuktikan menurut aturan- aturan hukum yang berlaku, dan si tersangka dalam sidang itu diberikan segala
jaminan hukum yang telah ditentukan dan yang telah diperlukan untuk pembelaan. Lapangan kepidanaan meliputi hal pengusutan, penuntutan, penyelidikan,
penahanan, pemasyarakatan dan lain-lain. Perkara pidana ialah perkara tentang pelanggaran atau kejahatan terhadap suatu kepentingan, umum, perbuatan mana di
ancam dengan hukuman yang bersifat suatu penderitaan.
b.
Pengertian Penipuan dalam KUHP
Berdasarkan teori dalam hukum pidana mengenai penipuan, terdapat 2 dua sudut pandang yang harus diperhatikan, yakni menurut pengertian Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan menurut pengertian yuridis, penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Disebutkan bahwa tipu berarti kecoh, daya cara, perbuatan, atau perkataan yang tidak jujur bohong, palsu, dan sebagainya dengan maksud untuk
menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. Penipuan berarti proses,
Universitas Sumatera Utara
perbuatan, cara menipu, perkara menipu mengecoh
77
2. Menurut Pengertian Yuridis
. Dengan demikian, berarti yang terlibat dalam penipuan adalah 2 dua pihak, yaitu orang yang menipu
disebut dengan penipu dan orang yang tertipu. Jadi, penipuan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau membuat, perkataan seseorang yang tidak jujur atau
bohong dengan maksud untuk menyesatkan atau mengakali orang lain untuk kepentingan dirinya atau kelompok.
Pengertian tindak pidana penipuan adalah dengan melihat dari segi hukum sampai saat ini belum ada, kecuali yang dirumuskan dalam KUHP. Rumusan
penipuan dalam KUHP bukanlah suatu defenisi melainkan hanyalah untuk menetapkan unsur-unsur suatu perbuatan sehingga dapat dikatakan sebagai
penipuan dan pelakunya dapat dipidana. Penipuan menurut Pasal 378 KUHP yang dirumuskan sebagai berikut :
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau orang lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan
pidana penjara paling lama empat Tahun.”
78
Pidana bagi tindak pidana penipuan adalah pidana penjara maksimum empat tahun tanpa alternatif denda.Jadi, delik penipuan dipandang lebih berat
daripada delik penggelapan karena pada delik penggelapan ada alternatif denda. Oleh karena itu, penuntut umum yang menyusun dakwaan primair dan subsidair
kedua pasal ini harus mencantumkan tindak pidana penipuan pada dakwaan
77
Kamus Besar bahasa Indonesia
78
Kitap Undang – undang hukum Pidana pasal 378
Universitas Sumatera Utara
primair, sedangkan dakwaan subsidair adalah penggelapan.Menurut Cleiren bahwa tindak pidana penipuan adalah tindak pidana dengan adanya akibat
gevolgsdelicten dan tindak pidana berbuat gedragsdelictenatau delik komisi.
79
1. Unsur – unsur Tindak Pidana Penipuan
Dalam KUHP tentang Penipuan terdapat dalam BAB XXV Buku II, pada bab tersebut, termuat berbagai bentuk penipuan yang dirumuskan dalam 20 pasal,
masing-masing pasal mempunyai nama khusus. Keseluruhan pasal pada BAB XXV ini dikenal dengan sebutan bedrog atau perbuatan orang. Bentuk pokok dari
bedrog atau perbuatan orang adalah Pasal 378 KUHP tentang Penipuan. Rumusan unsur – unsur penipuan itu adalah sebagai berikut:
80
a. Unsur-unsur Objektif
1. Perbuatan : menggerakkan
2. Yang digerakkan : orang
3. Perbuatan itu ditunjukkan pada:
a. Orang lain menyerahkan benda, b.Orang lain memberikan hutang, dan
c. Orang lain menghapuskan piutang 4. Cara melakukan perbuatan itu menggerakkan dengan:
a. Nama Palsu b. Memakai tipu muslihat
c. Memakai martabat palsu dan, d. Memakai rangkaian kebohongan.
b. Unsur-unsur subjektif
1. a. Maksud dengan menguntungkan diri sendiri
b. Maksud dengan menguntugkan orang lain 2.
maksud dengan melawan hukum Berikut adalah penjelasan dari unsur-unsur tindak pidana penipuan :
1. Unsur –unsur objektif
1 Perbuatan menggerakkan Bewegen
79
Andi hamzah, 2010, Delik-Delik Tertentu Speciale Delicten di dalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 112
80
Adam Cazhawi 2003 Op-Cit, hal. 116
Universitas Sumatera Utara
Kata bewegen selain diterjemahkan dalam arti menggerakkan, ada juga sebagian ahli menggunakan istilah membujuk, atau menggerakkan hati.
“Menggerakkan” dalam pasal 378 KUHP ini berbeda dengan pengertian dengan pengertian “menggerakkan” atau uitlokking dalam konteks pasal 55 ayat 1
KUHP “ menggerakkan dengan upaya – upaya memberi atau menjanjikan sesuatu atau, menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, ancaman atau penyesatan atau
dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan.
81
Mengapa menggerakkan pada penipuan ini arus dengan cara –cara yang palsu dan bersifat membohongi, memberikan kata –kata yang tidak benar?
Karena jika menggerakkan dilakukan dengan cara yang sesungguhnya atau cara yang sebenarnya dan tidak palsu, maka tidak mungkin kehendak orang lain
korban akan menjadai terpengaruh, yang pada akhirnya atau selanjutnya akan memberikan atau menyerahkan benda, memberikan hutang maupun
mengahapuskan piutang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penipuan hanya KUHP sendiri tidak
memberikan keterangan apapun tentang istilah bewegen itu. Menggerakkan dapat didefenisikan sebagai perbuatan mempengaruhi atau menanamkan pengaruh pada
orang lain. Objek yang dipengaruhi adalah kehendak seseorang. Perbuatan menggerakkan adalah berupa perbuatan yang abstrak dan akan terlihat bentuknya
secara konkret apabila dihubungkan dengan cara melakukannya. Cara melakukannya inilah sesungguhnya yangg lebih berbentuk yang bisa dilakukan
dengan perbuatan-perbuatan yang benar dan yang tidak benar.
81
Tongat, Hukum Pidana Materiil. Penerbit: UMM Press, tahun 2003. Hal. 72
Universitas Sumatera Utara
mungkin bisa dicapai dengan melalui perbuatan menggerakkan yang menggunakan cara–cara yang tidak benar demikian.
82
Sehubungan dengan hal ini ada arrest HR 10-12-1928 yang yang menyatakan bahwa : untuk selesainya kejahatan penipuan diperlukan adanya
perbuatan orang lain selain penipu. Terdapat suatu permulaan jika perbuatan itu tidak memerlukan perbuata lain lagi dari petindak”. Suatu permulaan pelaksanaan
yang dimaksudkan HR itu adalah tentunya telah terjadi suatu percobaan penipuan. Perihal sebagaimana dalam putusan HR tersebut ditegaskan kembali dalam
putusan lainnya 27-3-1939 yang menyatakan bahwa “ada percobaan penipuan apabila pelaku dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan
hukum, memakai nama palsu, martabat palsu ataupun rangkaian kebohongan” Adanya perbuatan orang lain sebagaimana yang dimaksudkan HR tersebut
diatas adalah berupa akibat dari perbuatan menggerakkan akibat mana adalah merupakan syarat untuk selesainya terwujudnya penipuan. Dilihat dari sudut iini,
maka sesungguhnya penipuan ini adalah berupa tindak pidana materil. Akan tetapi apabila dilihat bahwa dalam perumusan penipuan dapat juga dikategorikan
kedalam tindak pidana formil. Sesungguhnya penipuan lebih condong kearah pidana materil daripada
tindak pidana formil, dengan alasan bahwa terwujudnya perbuatan yang dilarang menggerakkan bukan menjadi syarat untuk selesai terwujudnya penipuan secara
sempurna, melainkan pada terwujudnya akibat perbuatan yakni berupa oranag lain menyerahkan benda, memberi hutang dan menghapuskan piutang.
82
Lamintang dan Simorangkir ” Delik –delik khusus Kejahatan yang ditujukan terhadap Hak Milik dan lain-lain yang timbul dari hak milik Tahun. 1979, hal. 211
Universitas Sumatera Utara
2 Yang digerakkan adalah orang
Seseorang yang menyerahkan benda, orang yang memberi hutang dan orang yang menghapuskan piutang sebagai korban penipuan orang yang
digerakkan orang sendiri, tetapi hal itu merupakan suatu keharusan. Karena dalam rumusan pasal 378 KUHP tidak sedikitpun menunjukkan bahwa orang yang
memberikan benda barang tidak perlu harus diberikan diserahkan kepada terdakwa sendiri, sedang yang menyerahkan itupun tidak perlu harus orang yang
dibujuk sendiri, bisa dilakukan oleh orang lain.
83
3 a. Menyerahkan Benda Pengertian benda dalam penipuan mempunyai arti yang sama dengan
benda dalam pencurian dan penggelapan, yakni sebagai benda yang berwujud dan bergerak. Dalam tindak penipuan ini ‘menyerahkan suatu benda” tindaklah harus
dilakukan sendiri secara langsung oleh orang yang menipu. Dalam hal ini penyerahan juga dapat dilakukan oleh orang yang tertipu itu kepada orang
suruhan dari orang yang menipu. Hanya dalam hal ini oleh karena unsur kesengajaan, maka ini berarti
unsur penyerahan haruslah merupakan akibat langsung dari adanya daya upaya yang dilakukan oleh sipenipu. Dengan demikian antar perbuatan penyerahan yang
dilakukan oleh orang yang terkena tipu dengan daya upaya dilakukan oleh orang yang terkena tipu dengan daya upaya yang dilakukan oleh si penipu harus ada
hubungan kausal.
84
83
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, serta komentar-komentarnya, Politeia Bogor, Tahun. 1995 Hal. 260
84
Tongat, Hukum Pidana Materil, Penerbit: Um Press, Malang Tahun 2003. Hal. 73
Universitas Sumatera Utara
Pada pencurian, pemerasan, pengancaman dan kejahatan terhadap harta benda lainnnya. Dimana secara tegas disebutnya unsur milik orang lain bagi
benda objek kejahatan. Berbeda dengan penipuan di mana tidak menyebutkan secara tegas adanya unsur demikian. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa pada
penipuan benda yang diserahkan dapat terjadi pada benda miliknya sendiri asalkan didalam hal ini terkandung maksud untuk memperkaya diri sendiri atau
oran lain. Apakah mungkin maksud itu ada dalam peristiwa orang lain menyerahkan
benda milik sipenipu sendiri?. Dalam prakteknya mungkin saja peristiwa demikian terjadi. Misalnya
85
1. bila si penipu tidak mengetahui bahwa benda itu miliknya
sendiri, ia mengira milik orang lain. :
2. Si penipu mengetahui benda itu miliknya sendiri, tetapi di dalam
kekuasaan orang lain karena misalnya digunakan sebagai jaminan hutang dan digadaikan.
Pendapat tersebut diatas , penipuan bisa terjadi pada kedua contoh tersebut, akan tetapi pandangan akan berbeda, apabila dilihat dari sudut lain, yaitu
bahwa unsur maksud sebagai salah satu bentuk kesengajaan dalam rumusan penipuan ditempatkan dimuka baik unsur menguntungkan maupun unsur benda.
Dengan demikian sebelum petindak bertindak menggerakkan orang, ia harus sadar bahwa agar menguntungkan itu dapat dicapai harus dengan orang yang
menyerahkan benda bukan miliknya. Jadi disini kesenganjaan petindak yang ditujukan untuk maksud menguntungkan diri itu sekaligus pula ditujukan bahwa
85
Adami Chazawi. Op-Cit. Hal. 121
Universitas Sumatera Utara
dengan demikian benda itu milik orang lain adalah tidak logis menambah kekayaan dengan orang lain menyerahkan benda milik sendiri.
Dikatakan bahwa penipuan terjadi bukan oleh sebab telah terjadi perbuatan menggerakkan, melainkan pada telah terjadai perbuatan menyerahkan benda oleh
oranag lain. Menyerahkan benda baru dianggap terjadiselesai apabila dari perbuatan itu telah sepenuhnya berpindahnya kekuasaan atas benda itu ke dalam
kekuasaan orang yang menerima. Dalam hal ini berarti telah putusnya hubungan kekuasaan menguasai antara orang yang menyerahkan dengan benda yang
diserahkan. Dengan berpidahnya kekuasaan atas benda terhadap kekuasaan petindak atau orang lain atas kehendak petindak bila mana ia penerima telah dapat
melakukan segala sesuatu perbuatan terhadap benda itu secara langsung tanpa ia harus melakukan perbuatan lain terlebih dahulu.
86
3 b. Memberi hutang dan mengahapuskan piutang Perkataan hutang disini tidak sama artinya dengan hutang piutang,
melainkan diartikan sebagai suatu perjanjian atau perikatan. Hoge Raad menyatakan dalam satu artikelnya mengatakan bahwa hutang adalah suatu
perikatan, misalnya menyetor sejumlah uang jaminan. Memberi hutang tidak dapat diartikan sebagai memberi pinjaman uang
belaka, melainkan diberi pengertian yang lebih luas sebagai membuat sesuatu perikatan hukum yang membawa akibat timbulnya kewajiban bagi orang lain
untuk menyerahkanmembayar sejumlah uang tertentu. Misalnya dalam suatu jual
86
Ibid. Hal. 121
Universitas Sumatera Utara
beli timbul suatu kewajiban pembeli untuk membayar, menyerahkan sejumlah uang tertentu yakni harga benda itu kepada penjual.
4. Cara melakukan perbuatan itu menggerakkan dengan: Alat pembujuk atau penggerak yang dipergunakan dalam perbuatan
membujuk atau menggerakkan orang agar menyerahkan sesuatu barang terdiri dari empat jenis cara yaitu:
a. Nama palsu Valse Naam
Penggunaan nama yang bukan nama sendiri, tetapi nama orang lain bahkan pengguna nama lain yang tidak dimiliki oleh siapapun juga
termasuk didalam penggunaan nama palsu. Dalam nama ini termasuk juga nama tambahan dengan syarat yang tidak harus dikenal oleh orang
lain.
b. Memakai tipu muslihat Dragen List
Tipu muslihat merupakan perbuatan membohongi tanpa kata-kata.
87
Ketidakbenaran yang tidak terdapat pada tipu muslihat maupun rangkaian kebohongan harus telah ada pada saat melakukan tipu
muslihat dan lain-lain. Karena itu tidak mungkin terjadi penipuan dalam hal sipeminjam tidak membayar hutangnya. Tipu muslihat juga
merupakan perbuatan –perbuatan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga perbuatan itu menimbulkan kepercayaan atau keyakinan
kebenaran atas sesuatu kepada orang lain.
c. Memakai martabat palsu dan,
Martabat palsu dimaksudkan adalah menyebutkan dirinya dalam suatu keadaan yang tidak benar dan yang mengakibatkna si korban percaya
kepadanya, dan berdasarkan kepercayaan itu ia menyerahkan sesuatu barang atau memberi hutang atau menghapus piutang. Termasuk dalam
pengertian memakai “martabat palsu” misalnya adalah menyebutkan dirinya seseorang pejabat tertentu atau seorang kuasa dari orang lain,
atau seorang ahli waris dan seorang wafat yang meninggalkan harta warisan.”
88
d. Memakai rangkaian kebohongan
Disyratkan bahwa harus terdapat beberapa kata bohong yang diucapkan, suatu kata bohong saja dianggap tidak cukup sebagai alat penggerak
87
Wiryono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Refika Aditama, Jakarta, tahun 1967, hal. 42
88
Ibid, hal. 73
Universitas Sumatera Utara
ataupun alat bujuk. Rangkaian kata-kata bohong yang diucapkan secara tersusun, hingga merupakan suatu cerita yang dapat diterima sebagai
sesuatu yang logis dan benar. Jadi, kata-kata itu tersusun hingga kata- kata yang satu membenarkan atau memperkuat kata yang lain.
Keempat alat pembujuk atau penggerak ini dapat dipergunakan secara alternatif maupun secara komulatif.
89
Unsur objektif membujuk atau menggerakkan orang agar menyerahkan, sebenarnya lebih tepat dipergunakan istilah menggerakkan dari pada istilah
membujuk, untuk melepaskan setiap hubungan dengan penyerahan levering dalam pengertian hukum perdata. Dalam perbuatan menggerakkan orang untuk
menyerahkan harus disyaratkan adanya hubungan kasual antara alat penggerak itu dan penyerahan barang dan sebagainya. Penyerahan sesuatu barang yang telah
terjadi sebagai akibat penggunaan alat penggerak atau pembujuk itu belum cukup terbukti tanpa mengemukakan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan karena
dipergunakan alat-alat penggerak pembujuk itu. Alat itu pertama-tama harus menimbulkan dorongan di dalam jiwa seseorang untuk menyerahkan sesuatu
barang. Psychee dari korban karena penggunaan alat penggerak atau pembujuk tergerak sedemikian rupa, hingga orang itu melakukan penyerahan barang itu.
Tanpa penggunaan alat atau cara itu korban tidak akan tergerak psycheenya dan penyerahan sesuatu tidak akan terjadi.
Penggunaan cara-cara atau alat-alat penggerak itu menciptakan suatu situasi yang tepat untuk menyesatkan seseorang yang normal, hingga orang itu
terpedaya karenanya.
89
Ibid, hal. 27
Universitas Sumatera Utara
Jadi apabila orang yang dibujuk atau digerakkan mengetahui atau memahami, bahwa alat-alat penggerak atau pembujuk itu tidak
benar atau bertentangan dengan kebenaran, maka psycheenya tidak bergerak dan karenanya ia tidak benar atau bertentangan dengan
kebenaran, maka psycheenya tidak tergerak dan karenanya ia tidak tersesat atau terpedaya, hingga dengan demikian tidak terdapat
perbuatan penggerakkan atau membujuk dengan alat-alat penggerak atau pembujuk, meskipun orang lain menyerahkan barangnya.
90
Kata-kata “untuk mengadakan suatu perikatan utang” di dalam rumusan tindak pidana penipuan, oleh beberapa orang penerjemah WVS telah diartikan
secara tidak sama, yakni ada yang telah menerjemahkan dengan kata-kata “supaya memberi utang” dan ada pula yang telah menerjemahkan dengan kata-kata
“supaya membuat utang”. Kata-kata “perikatan utang” dalam rumusan Pasal 378 KUHP itu
mempunyai arti yang sifatnya umum menurut tata bahasa, dan bukan mempunyai arti menurut BW. Perikatan utang seperti itu dapat dibuat dalam berbagai
perjanjian kredit di depan notaris, akan tetapi juga dapat dibuat dalam berbagai bentuk tulisan, misalnya dalam bentuk kwitansi yang harus ditandatangani oleh
orang yang ditipu seolah-olah orang tersebut mempunyai utang sebesar uang yang dinyatakan diatas kertas segel tersebut.
2. Unsur–unsur subjektif
a. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
Unsur subjektif dengan maksud adalah kesengajaan dolus. Apabila dalam perumusan delik dolus maka akan muncul sejumlah pertanyaan
yang berkenan dengan ruang lingkup makna dan jangkauannya, hal
90
Ibid, hal. 42
Universitas Sumatera Utara
tersebut disebabkan karena dalam undang-undang pengertian tidak didefenisikan. Memorie van toelchiting yang memberikan ragam
pengertian juga faktor-faktor lain daari delik yang berpengaruh terhadap konsep ini. Berkenan dengan ruang lingkupnya, MvT mengajarkan pada
kita bahwa cara penempatannya dalam ketentuan pidana akan menentukan relasi pengertian delik terhadap unsur-unsur lainnya; apa yang mengikuti
kata ini, akan dipengaruhi olehnya,sebagai semacam kesepakatan antara pembuat undang-undang dengan pelaksana undang-undang. Dengan cara
ini dolus dapat dikaitkan pada perbuatantindakan dan unsur-unsur lain dari delik.
91
a Kesengajaan sebagai maksud untuk mencapai suatu tujuan opzet als oogmerk yaitu apabila seseorang pada waktu ia melakukan suatu
tindakan untuk menimbulkan suatu akibat yang terlarang, menyadari bahwa akibat tersebut pasti akan timbul ataupun mungkin dapat timbul
karena tindakan yang akan sedang ia lakukan, sedangkan timbulnya akibat tersebut memang beoogd atau memang ia kehendaki, maka
Dalam kasus pencucian uang perbuatan seseorang dalam melakukan penempatan, pentransferan, penitipan dan sebagainya selain
harus betul-betul dikehendaki dan diinsyafi oleh pelaku, juga meliputu hal- hal yang mengarah atau berdekatan dengan kehendak atau keinsyafan itu.
Ada tiga corak kesengajaan yaitu:
91
Jan Remmelink, Hukum Pidana, Jakarta: PT, Gramedia Pustaka Utama, 2003 hal. 107
Universitas Sumatera Utara
apabila kemudian benar bahwa akibat tersebut telah timbul karena perbuatannya.
92
b Kesengajaan dengan kesadaran tentang kepastian opzet bij zekerheids- bewustzijn yaitu apabila suatu kesengajaan yang dilandasi oleh
kesadaran akan kepastian. Apabila bayangan tentang akibat atau hal-hal yang turut serta mempengaruhi terjadinya akibat yang tidak langsung
dikehendaki tetapi juga tidak dapat dielakkan, maka orang itu melakukan sengaja dengan kepastian terjadi opzet bij zekerheids-
bewustzijn.
93
c Kesengajaan sebagai sadar kemungkinan opzet bij mogelijkheids- bewustzijn ataupun disebut juga dengan dolus eventualis yaitu apabila
seorang pelaku itu melakukan tindakannya untuk menimbulkan suatu akibat yang dilarang oleh undang-undang, ia mungkin mempunyai
kesadaran tentang kemungkinan timbulnya suatu akibat lain selain daripada akibat timbulnya yang memang ia kehendaki. Apabila adanya
kesadaran tentang kemungkinan timbulnya akibat lain itu tidak membuat dirinya membatalkan niatnya, dan kemudian ternyata bahwa
akibat semacam itu benar-benar terjadi maka akibat terhadap seperti itu sipelaku dikatakan mempunyai suatu Opzet bij mogelijkheids
bewustzijn.
94
Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan jalan melawan hukum. Syarat dari melawan hukum harus selalu dihubungkan dengan alat –alat
92
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana DiIndonesia, Op.Cit, Hal. 312
93
Ibid, Hal. 313
94
Soewarsono dan Reda Manthovani, Op-cit, Hal. 51
Universitas Sumatera Utara
penggerak atau pembujuk yang dipergunakan. Sebagaimana diketahui arti melawan hukum menurut Sudarto ada tiga pendapat yakni:
a Bertentangan dengan hukum Simons
b Bertentangan dengan hak subjektif recht dan orang lain noyon
c Tanpa kewenangan atau tanpa hak, hal ini tidak perlu bertentangan
dengan hukum hoge road.
95
b. Dengan melawan hukum
Pengertian melawan hukum menurut sifatnya, juga dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Melawan hukum yang bersifat formil yaitu suatu perbuatan itu
bersifat melawan hukum apabila perbuatan diancam pidana dan dirumuskan sebagai delik dala suatu undang-undang, sedangkan
sifat hukumnya perbuatan itu harus hanya berdasarkan suatu ketentuan undang –undang. Hukum pidana formil hukum yang
berisi aturan yang berkaitan dengan tata cara melaksanakan hukum pidana itu sendiri dalam tataran prakteknya.
96
2. Melawan hukum yang bersifat materil yaitu suatu perbuatan itu
melawan hukum atau tidak, tidak hanya terdapat dalam undang– undang yang tertulis saja, akan tetapi harus dilihat berlakunya
asas–asas hukum yang tidak tertulis. Sifat melawan hukumnya perbuatan yang nyata–nyata masuk dalam rumusan dalik itu dapat
hapus berdasarkan ketentuan undang–undang dan juga berdasarkan aturan–aturan yang tidak tertulis.
Jadi menurut ajaran ini melawan hukum sama dengan melawan hukum atau
bertentangan dengan undang –undang hukum tertulis.
97
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 003PUUU-IV2006 , tanggal 25 Juli 2006 Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa inti pemikiran
dari sociological jurisprudence, yang oleh Paton digunakan terminologi functional sociological jurisprudence, adalah bahwa hukum yang baik adalah
95
Sudarto. Op-cit, hal. 51
96
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana: Kumpulan Kuliah, Balai Lektur Mahasiswa: Bagian satu, tanpa tahun, hal. 1
97
Ibid, hal. 47-48
Universitas Sumatera Utara
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. “Sesuai” dalam pengertian ini ialah bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat the living law. Terlihat betapa sociological jurisprudence mengetengahkan pentingnya living law ini. Hukum adalah pengalaman yang
diatur dan dikembangkan oleh akal yang diumumkan dengan wibawa oleh badan- badan yang membuat undang-undang dalam masyarakat yang berorganisasi
politik dan dibantu oleh kekuasaan masyarakat. Hukum positif akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat tadi. Yang dimaksud dengan ‘secara melawan hukum’ mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti
materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang- undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena
tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.”
Selanjutnya mengenai dimensi sifat melawan hukum wederrechtelijkeheid dalam Ilmu Hukum dikenal dua macam yaitu sifat
melawan hukum materiil materiel wederrechtelijkeheid dan sifat melawan hukum formil formale wederrechtelijkeheid. Sifat melawan hukum materiil
materiel wederrechtelijkeheid merupakan sifat melawan hukum yang luas yaitu melawan hukum itu sebagai suatu unsur yang tidak hanya melawan hukum yang
tertulis saja, tetapi juga hukum yang tidak tertulis dasar-dasar hukum pada umumnya. Jadi walaupun Undang-Undang tidak menyebutkannya maka
melawan hukum adalah tetap merupakan unsur dari tiap tindak pidana. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
sifat melawan hukum formal formale wederrechtelijkeheid adalah merupakan unsur dari hukum positif yang tertulis saja sehingga ia baru merupakan unsur dari
tindak pidana apabila dengan tegas disebutkan dalam rumusan tindak pidana.
98
Sifat melawan hukum materiil terdiri dari sifat melawan hukum materiil dalam fungsi positif dan sifat melawan hukum dalam fungsi negatif. Pengertian sifat
melawan hukum secara materiil dalam arti positif akan merupakan pelanggaran asas legalitas, pada Pasal 1 ayat 1 KUHP, artinya ajaran sifat melawan hukum
dalam fungsi positif yaitu meskipun suatu perbuatan secara materiil merupakan perbuatan melawan hukum apabila tidak ada aturan tertulis dalam perundang-
undangan pidana, perbuatan tersebut tidak dapat dipidana.
99
Ajaran sifat melawan hukum materiil hanya diterima dalam fungsinya yang negatif, dalam arti bahwa
suatu perbuatan dapat hilang sifatnya sebagai melawan hukum, apabila secara materiil perbuatan itu tidak bertentangan dengan hukum.
100
Sedangkan menurut Moch. Anwar: Melawan hukum berarti bertentangan dengan kepatutan yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat. Suatu keuntungan bersifat tidak wajar atau tidak patut menurut pergaulan masyarakat dapat
terjadi, apabila keuntungan ini diperoleh karena penggunaan alat- alat penggerak atau pembujuk, sebab pada keuntungan ini masih
melekat kekurangpatutan dari alat-alat penggerak atau pembujuk yang dipergunakan untuk memperoleh keuntungan itu. Jadi ada
hubungan kausal antara penggunaan alat-alat penggerak atau
98
M. Sudrajad Basar 1998:5 dalam Guse Prayudi , “Sifat Melawan Hukum
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi” Majalah Varia
Peradilan,
Tahun XXII, No. 254 Januari 2007, IKAHI , Jakarta , 2007, hal. 25.
99
Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Hukum Pidana, Kantor Pengacara Konsultan Hukum “ Prof. Oemar Seno Adji rekan”, Jakarta, 2002, hal. 18
100
Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran sifat Melawan Hukum Materiil dalam Hukum Pidana Indonesia, PT Alumni, Bandung, 2002, hlm 26
Universitas Sumatera Utara
pembujuk dari keuntungan yang diperoleh dengan alat-alat penggerak atau pembujuk. Meskipun keuntungan itu mungkin
bersifat wajar, namun apabila diperoleh dengan alat-alat penggerak atau pembujuk tersebut diatas, tetap keuntungan itu
akan bersifat melawan hukum.
101
Adapun arti menguntungkan adalah setiap perbaikkan posisi atau nasib
kehidupan yang diperoleh atau yang akan dicapai oleh pelaku. Pada umumnya perbaikkan ini terletak didalam bidang harta kekayaan
seseorang, tetapi menguntungkan tidak terbatas kepada memperoleh setiap keuntungan yang dihubungkan dengan perbuatan penipuan itu atau yang
berhubungan dengan akibat perbuatan penipuan, tetapi lebih luas bahkan memperoleh pemberian barang yang dikehendaki dan yang oleh orang lain
dianggap tidak bernilai termasuk juga pengertian menguntungkan.
102
c. Jenis-jenis tindak pidana penipuan
Tindak pidana penipuan yang diatur dalam buku II bab XXV pasal 378 -379 KUHP. Pasal-pasal tersebut menjelaskan tentang jenis-jenis
tindak pidana dalam KUHP yaitu : 1.
Pasal 378 KUHP mengenai tindak pidana penipuan dalam bentuk pokok.
2. Pasal 379 KUHP mengenai tindak pidana penipuan ringan. Kejahatan
ini merupakan bentuk geprivileggeerd delict atau suatu penipuan dengan unsur-unsur yang meringankan.
101
Anwar,Op.Cit, hal. 43
102
Ibid
Universitas Sumatera Utara
3. Pasal 379 a KUHP merupakan bentuk pokok yang disebut penarikan
botol flessentrekkerij yang mengatur tentang tindak pidana kebiasaan membeli barang tanpa membayar lunas harganya, dan menjadikan itu
menjadi hal yang biasa. 4.
Pasal 380 ayat 1-2 KUHP yaitu tindak pidana pemalsuan nama dan tanda atas sesuatu karya ciptaan orang. Pasal ini di buat bukan untuk
melindungi hak cipta seseorang melainkan untuk melindungi konsumen terhadap perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu oleh
orang-orang tertentu. 5.
Pasal 381 KUHP mengenai penipuan pada pertanggungan atau perasuransian.
6. Pasal 382 KUHP mengatur tindak pidana yang menimbulkan
kerusakan pada benda yang dipertanggungkan. 7.
Pasal 383 KUHP mengatur tindak pidana penipuan dalam hal jual beli.
B. Penipuan Sebagai Kejahatan Asal Dalam Money Laundering
Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional merupakan hal baru dibanyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu besarnya
dampak negatif yang ditimbulkanya terhadap perekonomian suatu negara, sehingga negara-negara di dunia dan organisasi internasional merasa tergugah dan
termotivasi untuk menaruh perhatian yang lebih serius terhadap pencegahan dan pembrantasan kejahatan pencucian uang. Hal ini tidak lain karena kejahatan
pencucian uang money laundering baik secara langsung maupun tidak langsung
Universitas Sumatera Utara
dapat memengaruhi sistem perekonomian, dan pengaruh tersebutmerupaka dampak negatif bagi perekonomian itu sendiri. Didalam money laundering ini
diketahui bahwa banyaknya dana-dana potensial yang dapat dimamfaatkan secara optimal karena pelaku monoy laundering
sering melakukan “steril investment”misalnya dalam bentuk investasi di bidang pada negara-negara yang
mereka anggap walaupun dengan melakukan hal itu hasil yang diperoleh jauh lebih rendah. Untuk lebih jelas tentang pengertian money laundring berikut ini
dibahas secara lebih rinci.
a. Pengertian money laundering
Pendapat yang berkembang menyatakan bahwa money laundering merupakan suatu cara atau proses untuk mengubah uang yang berasal dari sumber
ilegal haram sehingga menjadi halal.
103
Undang-undang RI No. 25 Tahun 2002 menyebutkan bahwa pencucian uang adalah perbuatan menempatkan,
menstransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta yang sah.
104
103
Juni Sjafrien jahja, Melawan Money Laundering, mencegah dan membrantasan tindak Pidana pencucian Uang. jakarta visimedia, tahun 2012, hal. 5
Dalam undang-undang RI nomor 8 tahun 2010 menyebutkan bahwa pencucian uang adalah segala
perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini, dengan hasil tindak pidana berupa harta kekayaan yang
104
Undang-undang RI Nomor. 2002
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari tindak pidana asal sebagai mana disebutkan dalam pasal 2 ayat 1.
105
“Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana: a. korupsi; b. penyuapan; c. narkotika; d.
psikotropika; e. penyelundupan tenaga kerja; f. penyelundupan migran; g. di bidang perbankan; h. di bidang pasar modal; i. di
bidang perasuransian; j. kepabeanan; k. cukai; l. perdagangan orang; m. perdagangan senjata gelap; n. terorisme; o. penculikan;
p. pencurian; q. penggelapan; r. penipuan; s. pemalsuan uang; t. perjudian; u. prostitusi; v. di bidang perpajakan; w. di bidang
kehutanan; x. di bidang lingkungan hidup; y. di bidang kelautan dan perikanan; atau z. tindak pidana lain yang diancam dengan
pidana penjara 4 empat tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.2
Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan danatau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk
kegiatan terorisme, organisasi terorisme, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf n.”
Dalam Black,s Law Dictionary, istilah money laundering diartikan sebagai berikut.
Term used to describe investment or other transfer of money flowing of money flowing from racketeering, drug transaction, and other illegal sources into
legitimate channels so that it,s original sources can be traced. Money laundering is a federal crime; 18 USCA 1956.
106
Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang membedakan dua kelompok tindak pidana yaitu: tindak pidana pencucian sebagaimana diatur dalam
pasal 3 sampai pasal 7 UU TPPU dan tindak pidana lain yang berkaitan dengan
105
Pasal 2 UU RI No. 8 Tahun 2010” Tentang Pencegahan dan Pembrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
106
Henry Campbell Black, M.A, Black,s Law Dictionary, St. Paul, Minn, West Publishing Co. Sixth Edition,hal. 884
Universitas Sumatera Utara
tindak pidana pencucian uang diatur dalam pasal 8 sampai pasal 12. Hal-hal yang termasuk dalam tindak pidana pencucian uang adalah sebagai berikut :
107
1. Setiap orang yang dengan sengaja :
a Menempatkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana kedalam penyedia jasa keuangan, baik atas nama sendiri atau nama pihak lain.
b Mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana dari suatu penyedia jasa keuangan ke penyedia jasa keuangan yang lain, baik atas nama sendiri maupun
atas nama orang lain.
c Membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya sendiri maupun atas nama pihak
lain.
d Menghibahkan atau menyumbangkan harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain.
e Menitipkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakanhasil tindak pidana, baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak yang lain.
f Membawa keluar negeri harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidanan;atau g
Menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
dengan mata uang atau surat berharga lainnya, dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara
paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan
paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 lima belas miliyar rupiah”
2. Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan
jahat untuk melakukan tindak pidana pencucian uang. 3.
Setiap orang yang menerima dan menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, harta kekayaan,
yang diketahuinya atau patut diduganya berasal dari tindak pidana. 4.
Setiap orang di luar wilayah negara RI yang memberikan bantuan,kesepakatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak
pidana pencucian uang.
107
Bismar Nasution, Rejim Anti Money Laundering Di Indonesia BooksTerrace dan Librari Pusat Informasi Hukum Indonesia, Tahun 2008 hal. 29
Universitas Sumatera Utara
Atas perbuatan tersebut dipidana karena kejahatan dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan denda
paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 lima belas miliyar rupiah”
b. Penyebab marak dan dampak pencucian uang
Paling sedik ada sembilan faktor penyebab maraknya tindak pidana pencucian uang disuatu negara yaitu:
108
1. Globalisasi sistem keuangan
2. Kemajuan dibidang teknologi
3. Ketentuan rahasia bank yang sangat ketat
4. Penggunaan nama samaran atau anonim
5. Penggunaan electrnic money e- money
6. Praktik pencucian uang secara Layering
7. Berlakunya ketentuan hukum terkait kerahasian hubungan antara
layering dan akuntan dengan kliennya masing-masing 8.
Pemerintah di suatu negara kurang bersungguh-sungguh untuk membrantas praktik pencucian uang yang dilakukan sistem
perbankan 9.
Tidak dikriminalisasinya perbuatan pencucian uang disuatu negara. Dampak negatif pencucian uang yang mungkin terjadi adalah sebagai
berikut:
109
1. Menghambat sektor swasta yang sah
2. Mengahambat integritas pasar-pasar keuangan
3. Hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi.
4. Timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi.
5. Hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak
6. Resiko pemerintah dalam melaksanakan privatisasi.
7. Merusak reputasi negara.
8. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi.
108
Juni Sjafrien jahja, Melawan Money Laundering, mengenal, mencegah dan membrantas Tindak Pidana Pencucian Uang. visi media, Jakarta 2012 hal. 70
109
Ibid, hal. 70
Universitas Sumatera Utara
c. Unsur-unsur Tindak Pidana Money Laundering
110
Berdasarkan pengertian money laundering yang terdapat di dalam Black,s Law Distionary
111
1. Adanya uang dana yang merupakan hasil yang ilegal.
di atas, secara umum yang menjadi unsur-unsur tindak pidana pencucian uang sebagai berikut:
2. Uang haram dirty money tersebut diproses dengan cara-cara tertentu
melalui kelembagaan yang legal sah. 3.
Dengan maksud menghilangkan jejak, sehingga sumber asal uang tersebut tidak dapat atau sulit diketahui dan dilacak.
Selanjutnya penjelasan dalam UU No. 8 Tahun 2010 pasal 3 unsur-unsur tindak pidana pencucian uang adalah sebagai berikut:
a Unsur Subjektif: yang diketahui atau patut diduga
Unsur objektif berupa “yang diketahui” dalam pasal 3 menunjukkan adanya kesalahan yang berupa “sengaja” atau dolus, sedangkan unsur subjektif
berupa “patut diduganya” dalam pasal 3 menunjukkan adanya bentuk kesalahan yang berupa “tidak disengaja atau alpa. Memorie van Tulicting disebutukan
bahwa “sengaja” opzettelijk adalah sama dengan dikehendaki dan diketahui” willens en wettens.
112
Satochid kartanegara
113
110
Juni Sjafrien Jahja, Melawan Money Laundering, Mengenal, Mencegah dan Membrantas Tindak Pidana Pencucian Unang Jakarta, Visimedia 2012, hal.7
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan willems en wettens” adalah seseorang yang melakukan sesuatu
perbuatan dengan sengaja , harus menghendaki willem perbuatan itu harus menginsafi, mengerti wetten akan akibat dari perbuatan itu.
111
Ibid
112
E. Utrecht, Hukum Pidana I. Pusaka Tirta Mas. Surabaya. Tahun 1987, hal. 301
113
Satochid kartanegara, Hukum Pidana, Bagian satu. Balai Lektur mahasiswa. Hal. 291
Universitas Sumatera Utara
Sedang yang dimaksud dengan “tidak sengaja” atau alpa oleh van HAMEL
114
1. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh
hukum. dikemukakan bahwa kealpaan itu mengandung dua syarat yaitu:
2. Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum.
b Unsur objektif
1. Menempatkan
Menempatkan dalam pasal 3 ayat 1 huruf a, Sutan Remy Sjahdeini
115
2. Mentransfer
menjelaskan bahwa “kata “menempatkan” pada huruf a tersebut merupakan terjemaha dari kata bahasa inggris” to place”. Ketentuan ini lebih atau
terutama terkait terkait dengan atau ditujukan kepada perbuatan menempatkan uang tunai pada bank. Sepanjang yang menyangkut bank,
pengertian menempatkan disini sama dengan menyimpan atau “to deposit” uang tunai sesuai dengan ketentuan UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan sebagaimana telah diubah dan ditambahkan dengan undang- undang No. 10 Tahun 1998, dana yang telah ditempatkan atau disimpan
pada bank disebut “simpanan”.
Mentransfer adalah istilah perbankan dan selalu terkait dengan dana atau found. Untuk dapat mentransfer dana itu harus terlebih dahulu berada
sebagai simpanan di bank yang akan mentransfer melakukan transfer
114
Mulyatno, Asas-asas Hukum Pidana
115
Sutan Remy Sjahdeini, Seluk beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme, Pustaka Utama Grafitri, Jakarta, mei 2004 Hal.187
Universitas Sumatera Utara
dana tersebut. Artinya telah disimpan dalam suatu rekening account pada bank tersebut.
116
3. Mengalihkan
Kata mengalihkan berasal dari kata alih yang artinya adalah pindah, ganti, tukar atau ubah.
117
4. Membelanjakan
Membelanjakan
118
5. Membayarkan
adalah rangka membeli barang atau jasa, yang padananya dalam bahasa inggris adalah to spend. Oleh karena untuk
membeli barang atau jasa harus dengan uang, maka dengan mengikuti pendapat dari Sutan Remy Sjahdeini seperti tersebut diatas, yang dimaksud
dengan membelanjakan atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 ayat 1, dalam pasal 3 adalah membelikan barang atau jasa dengan harta kekayaan yang berupa uang yang diketahui atau patut diduga merupakan
hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1.
Membayarkan dalam huruf c UU No. 25 Tahun 2003 mengandung arti menggunakan harta kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana tersebut
bukan hanya dalam rangka pembayaran harga barang dan jasa, tetapi juga dalam rangka membayarkan atau melunasi kewajiban misalnya kewajiban
melunasi utang.
116
Ibid, hal. 188
117
Pusat bahasa departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar bahasa Indonesia Balai Pustaka,Jakarta, Tahun, 2003, edisi III, hal. 30
118
Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembayaran Terorisme, PT. Pusaka Utama Grafitri, Jakarta, Mei Tahun 2004, Hal. 189
Universitas Sumatera Utara
6. Menghibahkan
Menghibahkan dalam huruf d UU No. 15 Tahun 2002jo, UU No. 25 Tahun 2003 mengandung pengertian memberikan harta kekayaan secara Cuma-
Cuma atau tanpa syarat. 7.
Menitipkan Pasal 1694 KUH Perdata menyebutkan bahwa penitipan adalah terjadi
apabila seseorang menerima sesuatu barang dari orang lain, dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya daka wujud
asalnya.
119
8. Membawa ke luar negeri
Membawa adalah membawa hasil tindak pidana secara fisik.
120
9. Mengubah bentuk
Mengubah adalah menjadikan darai semula atau menukar bentuk warna dan rupa
121
10. Menukarkan dengan mata uang atau surat berharga, atau
Menukarkan adalah memberikan sesuatu suapaya diganti dengan lain.
122
11. Perbuatan lain
Perbuatan lain dalam pasal 3 adalah perbuatan selain perbuatan yang berupa “menempatkan, mentransfer, menitipkan, membawa keluar negeri,
mengubah bentuk, atau menukarkan dengan uang atau surat berharga”. 12.
Menyembunyikan
119
Pasal 1694 KUH Perdata
120
Ibid
121
Ibid, hal. 1234
122
Universitas Sumatera Utara
Menyembunyikan dalam pasal 3 adalah menyimpan menutup dan sebagainya supaya jangan tidak terlihat atau sengaja tidak
memperlihatkan.
123
13. Menyamarkan.
Menyamarkan dalam pasal 3 adalah menjadikan menyebabkan dan sebagainya samar atau mengelirukan, menyesatkan.
124
d. Tahap-tahap Pencucian Uang
Modus Operandi yang dilakukan dalam kejahatan pencucian uang secara umum sebagai berikut.
125
1. Penempatan Placement
Tahap pertama dari pencucian uang adalah menempatkan atau mendepositokan uang haram ke dalam sistem keuangan financial sistem disuatu
negara. Sedangkan Jeffri Robinson menyebutkan dengan istilah immersion, yang artinya konsolidasi dan penempatan.
126
Penempatan dilakukan dengan cara memecah jumlah uang tunai yang sangat besar ke dalam jumlah-jumlah yang kecil dan kemudian
mendepositokannya langsung kedalam suatu rekening di bank. Cara ini pula dilakukan dengan membeli instrumen-instrumen moneter monetary instruments
123
Op, Cit. Hal. 1217
124
Ibid, hal. 987
125
UU RI No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Ikhtisar ketentuan pencegahan dan pembrantasan Tindak pidana pencucian Uang dan pendanaan
terorisme yang diterbitkan oleh PPATK, april 2010,hal Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, Edisi Ke III, hal. 1217.
12
126
Philips Darwin, Money Laundering Cara Memahami dengan Tepat dan Benar Soal Pencucian Uang Sinar Ilmu tahun 2012, hal.42
Universitas Sumatera Utara
seperti cek cheques, money orders, dan lain-lain dan kemudian menagih dengan cara mendepositokan uang tersebut di rekening dilokasi lain.
Singkatnya, penempatan diartikan sebagai upaya untuk menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu aktivitas kejahatan. Dalm hal ini uang bergerak secara
fisik melalui penyeludupan dari satu negara kenegara lain, penggabungan dengan uang tunai yang berasal dari hasil kegiatan yang sah, ataupun penempatan uang
giral kedalam sistem perbankan deposito bank, cek, via real estate,saham-saham, konversi kemata uang lainnya atau transfer ke dalam valuta asing.
127
2. Transfer Layering
Besarnya jumlah uang haram yang ditempatkan di suatu bank akan sangat menarik perhatian otoritas moneter disuatu negara. Para penegak hukum di negara
tersebut segera menyelidiki asau-usul uang tersebut. Itulah sebabnya para pelaku pencucian uang melakukan proses layering atau heavy soaping. Transfer yakni
upaya untuk mentransfer harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana dirty money yang telah berhasil ditempatkan pada penyedia jasa keuangan terutama
bank sebagai hasil upaya penempatan placemnet ke penyedia jasa keuangan yang lain.
128
3. Integration penyatuan atau integrasi
Dengan dilakukan layering akan menjadi sulit bagi penegak hukum untuk dapat mengetahui asal-usul harta kekayaan tersebut.
Istilah lainnya adalah repatriation and integration, atau spin dry. Pada tahap ini uang yangtelah dicuci dibawa kembali kedalam sirkulasi dalam bentuk
127
N.T.H. Siahaan, Money Laundering; Pencucian Uang dengan Kejahatan Perbankan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002. Hal. 23.
128
R. Wiyono” Pembahasan Undang-Undang Pencegahan dan Pembrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Sinar Grafika, Jakarta, 2014. Hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
pendapatan yang bersih, bahkan merupakan objek pajak taxable. Begitu uang tersebut berhasil di upayakan sebagai uang halal melalui layering, maka tahap
selanjutnya adalah menggunakan uang yang telah yang telah menjadi uang halal clean money untuk kegiatan bisnis atau kegiatan operasional kejahatan yang
dilakukan penjahat atau organisasi kejahatan yang mengendalikannya. Menurut R Wiyono, integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang berasal dari
tindak pidana yang telah berhasil masuk kedalam sistem keuangan melalui penempatan atau transfer sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang
halal.
129
e. Pencegahan tindak pidana pencucian uang
Bank adalah satu tempat yang rawan praktik pencucian uang. Alasannya, tahapan-tahapan kejahatan ini umumnya dilakukan melalui transaksi perbankan.
Di Indonesia sendiri sebelumnya tidak ada ketentuan baku tentang data-data nasabah sehingga uang yang dimasukkan ke dalam bank sangat mungkin
merupakan hasil dari tindak pidana pencucian uang. Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam industri perbankan melakukan berbagai upaya untuk mencegah
terjadinya pencucian uang yang masuk melalui perbankan. Bank Indonesia menerbitkan ketentuan terkait dengan kegiatan ini pada tahun 2001.
130
Ketentuan inilah yang disempurnakan pada tahun 2009 dengan mengadopsi rekomendasi sesuai standart internasional yang lebih konfrehensif
dari komendasi FATF untuk mencegah dan membrantasan pencucian uang Yaitu
penerapan prinsip mengenal nasabah know your costumer principles.
129
Ibid, hal. 5.
130
Op.cit, Philips darwin. Hal 96
Universitas Sumatera Utara
danatau pendanaan terorisme. Rekomendasi yang dikenal dengan rekomendasi 40+9 FATF ini juga dipergunakan oleh masyarakat dunia internasional dalam
menilai kepatuhan suatu negara terhadap standart internasional tersebut. Selain itu pencegahan yang lebih optimal juga dilakukan oleh bank
Indonesia yang senantiasa aktif berkesinambungan berkordinasi dengan lembaga terkait antara lain PPATK, KPK Komisi Pembrantasan Korupsi, Bapepam LK
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Universitas. Selanjutnya industri non-bank yang memungkinkan untuk menjadi tempat
pencucian uang, dilakukan pendataan transaksi atau nasabah yang hampir sama dengan industri perbankan, melalui ketentuan Know Your Custumer sejak tahun
2002, dan ketentuan Fit and Proper. Mengenai data, pemerintah bertindak dengan membuat keseragaman sistem administrasi kependudukan di indonesia
melalui program KTP Nasional. Hal ini bisa mencegah seseorang memiliki lebih dari satu identitas yang bisa mempersulit pendeteksian kegiatan pencucian
uang.
131
Sebagaimana disebutkan dalam Bab VI pasal 39 PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan memiliki tugas dan wewenag antara lain:
132
a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh.
b. Memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang. c. Melaporkan hasil anilisis transaksi keuangan yang berindikasi tindak
pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan Kejaksaan. d. Meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan PJK.
131
http:www.anneahira.compencucian-uang .htm, diakses pada hari jumad, 06 juni 2014, jam 5 WIB
132
http:hkmperbankan.blogspot.com diakses pada hari sabtu, jam : 6.30 tanggal 12 april 2014
Universitas Sumatera Utara
e. Melakukan audit terhadap PJK mengenai kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam UU-TPPU dan terhadap pedoman pelaporan
mengenai transaksi keuangan. f. Memberikan pengecualian kewajiban pelaporan mengenai transaksi
keuangan yang dilakukan secara tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 huruf b.
Mengenai fungsi dari PPATK dalam rangka melaksanakan tugasnya dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Pencegahan dan pembrantasan tindak pidana pencucian uang
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 41; b.
Pengelolaan data informasi yang diperoleh dari PPATK dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 42;
c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor, dijabarkan lebih lanjut
dalam pasal 43; d.
Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasikan tindak pidana pencucian uang danatau tindak
pidana lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1.
C. Hubungan Penipuan Dalam KUHP Dengan Money Laundering
Tindak pidana pencucian uang adalah kejahatan yang bersifat ganda dan lanjutan follow up cryme. Sedangkan kejahatan utamanya atau kejahatan asalnya
disebut sebagai predicate offense, core crime, atau unlawful actifity, yaitu kejahatan asal yang menghasilkan uang untuk kemudian diproses melalui
pencucian.
133
133
Op.cit, Philips darwin. Hal 41
Hubungan tindak pidana penipuan dalam KUHPidana dengan tindak pidana penipuan dalam money laundering sebagai kejahatan asal terdapat bab
XXV tentang penipuan pasal 378 ayat 1 KUHP dan pasal 2 huruf “r” Undang-
Universitas Sumatera Utara
undang nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pembrantasan Tindak Pidana Pencucian uang. Jadi hubungan tindak pidana sebagai kejahatan asal
predicat crime dalam KUHP dengan money laundering sangat erat, berikut penjelasan dalam bentuk pasal dan pembuktian.
a. Dalam penjelasan pasal
Pasal 2 ayat 1 huruf r undang-undang no 8 tahun 2010 : tindak pidana penipuan maksudnya adalah semua tindak pidana yang termasuk dalam Bab XXV
tentang penipuan dari buku kedua KUHP. Dengan demikian meskipun yang mendapat atau diberi kualifikasi “penipuan” adalah hanya ketentuan pidana yang
terdapat dalam pasal 378 KUHP
134
, tetapi yang dimaksud dengan “penipuan” dalam pasal 2 ayat 1 huruf r juga misalnya pidana yang terdapat dalam pasal 379
KUHP “Perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 378, jika barang yang diserahkan itu bukan ternak dan harga daripada barang, hutang atau piutang itu tidak lebih
dari dua puluh lima rupiah diancam sebagai penipuan ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima
puluh rupiah”.
135
Permasalahan tindak pidana penipuan dalam penulisan ini sebagaimana dalam pasal 2 ayat 1 Undang-undang no 8 tahun 2010 berkaitan erat dengan
pasal 380 KUHP ayat 1 “barangsiapa menaruh suatu nama atau tanda secara palsu di atas atau di dalam suatu kesusastraan, keilmuan, kesenian atau kerajinan,
atau memalsu nama atau tanda yang asli, dengan maksud supaya orang mengira
134
Op.cit, R. Wiyono. Hal 50
135
Pasal 379 ,Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Universitas Sumatera Utara
bahwa itu benar-benar buah hasil orang yang nama atau tandanya di taruh olehnya di atas atau didalamnya tadi”
Namun terdapat perbedaan antara ketentuan yang terdapat dalam pasal 2 ayat 1 dengan yang terdapat dalam pasal 2 ayat 2 mengenai kriteria apakah
suatu harta kekayaan itu merupakan atau merupakan objek dari pencucian uang. Pasal 2 ayat 1 menentukan bahwa perolehan harta kekayaan adalah merupakan
kriteria objek dari pencucian uang, yaitu jika harta kekayaan tersebut di peroleh dari tindak pidana sebagaimana dimaksud oleh huruf “a” sampain dengan huruf
“z” dari pasal 2 ayat 1, sedang pasal 2 ayat 2 tidak menentukan demikian, tetapi menentukan bahwa penggunaan harta kekayaan adalah merupakan kriteria
objek dari pencucian uang, yaitu jika harta kekayaan tersebut “diketahui atau patut diduga akan digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
terorisme, organisasi terorisme atau terorisme perorangan.
136
Dengan ditentukannya dalam pasal 2 ayat 2 bahwa harta kekayaan yang dimaksud dengan dipersamakan dengan harta kekayaan yang diperoleh sebagai
hasil tindak pidana terorisme, maka dapat diketahui bahwa mengenai perolehan bukan dari tindak pidana, apalagi bukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
oleh pasal 2 ayat 1 huruf a sampai z, asal harta kekayaan tersebut diketahui atau patut diduga danatau akan digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk
kegiatan terorisme, organisasi terorisme, atau terorisme perseorangan, harta kekayaan itu merupakan objek dari pencucian uang.
136
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
Dalam Bab II tentang tindak pidana pencucian uang pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010, yang merupakan tindap pidana pencucian uang adalah
hanya ketentuan sebagaimana dimaksud oleh pasal 3, pasal 4, pasal 5 saja.
137
Khusus untuk ketentuan yang terdapat dalam pasal 3 dan pasal 4 memang dalam perumusan ketentuannya dengan tegas telah diberikan kualifikasi sebagai tindak
pidana pencucian uang, sedang kualifikasi sebagai tindak pidana pencucian uang untuk ketentuan yang terdapat dalam pasal 5 ditegaskan dalam pasal 6. Dengan
demikian yang dimaksud dengan tindak pidana pencucian uang oleh pasal 1 angka 1 adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana pencucian .
sebagaimana yang dimaksud oleh masing-masing pasal 3, pasal 4 dan pasal 5. Pasal 4 merupakan tindak pidana pencucian aktif dan pasal 5 tindak pidana
pencucian pasif.
138
b. Dalam alat pembuktian
Alat-Alat bukti yang digunakan dalam Tindak Pidana Pencucian Uang money laundring terdapat dalam Pasal 73 Undang-Undang Tindak Pidana
Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010 menyatakan :
139
“Alat bukti yang sah dalam pembukitan Tindak Pidana Pencucian Uang ialah : a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana; danatau
b. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau alat yang serupa
optik dan dokumen.”
137
Op-Cit, R. Wiyono, hal. 22
138
Ibid
139
Lihat pasal 73 Undang-undang Nomor 8 tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
Alat-alat pembuktian yang ditentukan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang jauh lebih banyak dan lebih beragam jika dibandingkan dengan
apa yang ditentukan dalam KUHAP mengingat cara-cara yang digunakan pelaku untuk melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan cara-cara yang canggih.
Akan tetapi alat bukti yang ditentukan KUHAP tersebut merupakan bagian dari alat-alat bukti yang terdapat dalam Tindak Pidana Pencucian Uang.
Dalam pasal 74, Penyidikkan tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain menurut undang-undang. Pasal 75, dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya
tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal, penyidik menggabungkan penyidikkan tindak pidana asal dengan penyidikkan tindak pidana pencucian uang
dan memberitahukannya ke PPATK.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA OLEH HAKIM TERHADAP
KASUS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN KEJAHATAN ASAL PENIPUAN DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR:
1329KPID2012 Secara etimologi penegakan berasal dari kata tegak yang berarti berdiri,
menegakkan berarti mendirikan, mempertahankan, mewujudkan melaksanakan, sedangkan penegakan berarti proses, cara atau perbuatan menegakkan.
140
Hukum pidana terbagi atas hukum pidana materil dan formil. Hukum pidana materil
adalah hukum yang berisi aturan tentang jenis perbuatan yang dapat dipidana, subjek hukum yang dapat dipidana dan jenis hukuman yang dapat dijatuhkan
terhadap pelaku pidana. Hukum pidana formil adalah hukum yang berisi aturan yang berkaiatan dangan tata cara melaksanakan hukum pidana itu sendiri dalam
tataran prakteknya.
141
Soerjono Soekanto mengatakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang ada dalam kaidah-kaidah pandangan-
pandangan nilai yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai yang pada akhirnya menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.
142
Penegakan hukum adalah proses mewujudkan keinginan- keinginan hukum menjadi kenyataan.
143
140
Departemen Pendidikan nasional, Op. Cit, hal. 141
Keinginan-keinginan hukum itu tertuang dalam bentuk konkritnya yang dapat berupa pasal-pasal perundang-undangan.
Substansi hukum itu adalah isi dari hukum itu sendiri yang merupakan aturan
141
Satochid Kartanegara, Hukum pidana: Kumpulan Kuliah, Balai Lektur Mahasiswa: bagian satu, tanpa tahun, hal.1
142
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Jakarta: Binacipta, 1983, hal. 13
143
Satjipto Rahardjo, Op.Cit, hal. 24
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana seharusnya das sollen ternyata kemudian dilanggar, maka pada saat itu juga terwujudlah kenyataan alamiah yang merupakan peristiwa konkrit
yang diatur dan disebut das sein. Penegakan hukum secara sederhana adalah sebuah konkretisasi atau kenyataan aturan hukum dalam kehidupan bermasyarakat
oleh seluruh masyarakat itu sendiri. Hukum itu berisi kenyataan normatif yaitu apa yang seyogianya dilakukan
das sollen dan bukan berisi kenyataan alamiah atau peristiwa konkrit das sein.
144
Hans Kelsen menyatakan bahwa sejauh perkataan norma menunjukkan sebuah preskipsi atau perintah bahwa sesuatu seharusnya ada atau terjadi, maka
ekspresi verbal dari padanya adalah sebuah pernyataan keharusan ougth-sollent yang disuruhkan oleh tindakan kemauan.
145
Tindak pidana sebagaimana dimaksud oleh pasal 3 Undang-undang nomor 8 Tahun 2010 sudah diberikan kualifikasi sebagai tindak pidana pencucian uang.
Selanjutnya dengan dipergunakannya frasa “menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain
Kenyataan normatif das sollen ini disebut juga law in book hukum tertulis atau ius constitutum karena sedang
diberlakukan dan ketika terjadi pelanggaran atas das sollen dimaksud, saat itu juga maka norma itu harus dioperasikan sehingga berada dala kondisi ius
operatum atau hukum dalam keadaan dilaksanakan, diterapkan atau ditegakkan.
144
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,Yogyakarta: Liberty Tahun .1999, Hal. 16
145
Hans Kelsen, alih bahasa oleh B. Arief Sidharta, Hukum dan Logika, Bandung: Alumni, 2006, hal.5.
Universitas Sumatera Utara
yang merupakan kalimat aktif dalam perumusan pasal 3, dalam kepustakaan tindak pidana pencucian uang temasuk atau disebutt tindak pidana pencucian uang
aktif.
146
Kewajiban dalam penegakan hukum dapat dilihat dalam arti sempit dan luas, dimana arti sempit berarti hanya dilakukan oleh para penegak hukum nyang
terdiri dari polisi, jaksa, hakim dan advokat,
147
sedangkan dalam arti luas dapat dilakukan oleh elemen masyarakat tanpa terkecuali. Menurut P.A.F. Lamintang
dalam bukunya bahwa setiap polisi adalah penyelidik.
148
Penyelidikan adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang untuk
melakukan penyelidikan. Sebagaimana kewajiban penyelidikan dalam pasal 5 KUHP yaitu:
149
1. Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4:
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana. 2.
Mencari keterangan dan barang bukti. 3.
Menyuruh berhjenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengena diri.
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggungjawab, melakukan tindakan. b.
Atas perintah penyelidikan dapat melakukan tindakan berupa: 1.
Penangkapan, larangan meninggal tempat, penggeledahan dan penyitaan.
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat.
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
146
Pasal 3 undang-undang nomor 8 tahun 2010
147
Ketentuan Advokat sebagai penegak hukum telah lama diakui oleh mahkamah agung sesuai dengan surat keputusan Mahkamah Agung No. 129151970 yang menetapkan kedudukan
advokat adalah sejajar dengan alat negara penegak hukum lainnya. Penegasan advokat sebagai penegak hukum lebih dikuatkan lagi dalam undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang advokat
yang pada pasal 5 disebutkan “advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebasa dan mandiri ayng dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan.
148
P.A.F. Lamintang, Pembahasan KUHP Menurut Ilmu Hukum Pidana dan Yurispundensi, Jakarta; Sinar grafika, 2010, hal. 47
149
Lihat pasal 5 Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Kitap Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Universitas Sumatera Utara
4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyelidik.
2. Penyelidikan membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
tindakan sebagaimana tersebut pada ayat 1 huruf a dan huruf b kepada penyelidik.
Selanjutnya kewajiban penyidik menurutu pasal 7 KUHAP adalah sebagaimana berikut:
150
1. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf a
karena kewajibannya mempunyai wewenang: a.
Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian.
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka. d.
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi. h.
Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
i. Mengadakan penghentian penyidikan.
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggungjawab.
Setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik selesai, selanjutnya berdasarkan ketentuan pasal 8 ayat 3 butir b pasal 110 ayat 1 KUHAP,
memerintahkan penyidik wajib menyerahkan berkas perkara dan barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum, untuk dilakukan dakwaan dan penuntutan
kepengadilan. Khusus penegakan hukum yang dilakukan oleh hakim, dalam
150
Lihat Pasal 7 undang-undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Universitas Sumatera Utara
kepustakaan dikenal dengan penegakan hukum oleh hakim judex factie dan judex juris.
151
A. Duduk Perkara dan Kasus Posisi
1. Kronologis
Adapun posisi kasus yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah, berawal dari seorang perempuan yang bernama Lenni Damayanti Br
Manalu, umur 29 Tahun, alamat, Jl. Menteng VII Gang Sepakat No. 02 Medan, Agama Kristen, pekerjaan karyawan Deli Indah Hotel, pendidikan Sarjana
Ekonomi telah melakukan penipuan terhadap Henry Dumanter Tampubolon pada hari dan tanggal yang sudah tidak di ingat lagi dari tahun 2005 sampai dengan hari
selasa tanggal 26 April 2011 sekitar pukul 17.30 WIB, atau setidaknya pada suatu waktu antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 bertempat di hotel Deli Indah
Jalan Raya Medan Perbaungan nomor 100, kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang, atau Negeri Lubuk Pakam
Terdakwa Lenny Damayanti Br. Manalu pada hari dan tanggal yang sudah tidak diingat lagi dari tahun 2005 sampai dengan pada hari selasa tanggal 26 April
2011 sekitar pukul 17.30 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 bertempat di Hotel Deli Indah jalan Raya
Medan Perbaungan nomor 100 Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang
151
Judex facti adalah istilah hkum yang berarti peradilan yang memeriksa fakta-fakta yang berkaitan dengan perkara yang sedang diadili. Judex Factie adalah kewenangan pengadilan
tingkatv pertama dan pengadilan tingkat banding. Badan peradilan terbagi menjadi 4 lingkungan yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara. Maka
untuk peradilan umum judex factienya adalah pengadilan negeri dan pengadailan tinggi untuk pengadilan agama judex factienya adalah pengadilan militer dan pengadilan tinggi militer,
sedangkan untuk pengadilan tata usaha negara judex factienya adalah pengadilan tata usaha negara dan pengadilan tata usaha negara. Keseluruhan badan peradilan tersebut di atas judex Jurisnya
adalah Mahkamah Agung sebagai peradilan yang berwenang menilai penerapan hukum,
Universitas Sumatera Utara
atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, “telah melakukan beberapa perbuatan
yang saling berhubungan sehingga dengan demikian harus dipandang sebagai satu perbuatan yangg diteruskan voortgezette handeling yaitu dengan maksud hendak
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu,keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat maupun
dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang,
perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara-cara adalah sebagai berikut: Sekitar tahun 2005 terdakwa telah memperoleh Nomor Sim Card
081362413917 milik saksi korban Henry Dumanter Tampubolon dan dalam waktu-waktu tertentu terdakwa sering menghubunginya dengan Nomor Sim Card
081272016754 yang pada akhirnya terjadilah komunikasi antara terdakwa dan korban dan dalam percakapan tersebut terdakwa mengaku bernama Dokter Silvi
Lorenza. Suatu waktu terdakwa dan korban bersepakat untuk berkenalan langsung dan bertemu disebuah Joglo yang terletak di jalan H.M. Joni Medan.
Saat waktu yang telah ditentukan terdakwa dan korban tidak dapat bertemu secara langsung dengan alasan karena mempunyai kesibukan masing-masing, dan pada
saati itu terdakwa mengatakan kepada saksi sudah menitipkan fotonya kepada seorang pegawai Joglo yang ciri-ciri badannya gemuk gendut. Mendengar
demikian saksi langsung menemui pegawai joglo tersebut dan pegawai itu mengaku bernama Lenny Damayanti Br Manalu. Saksi korban langsung meminta
foto yang telah dititipkan tadi dan membawanya langsung pulang dan
Universitas Sumatera Utara
memberikan imbalan kepada terdakwa sebesar Rp. 10.000, sepuluh ribu rupiah. Sekitar pukul 18.00 WIB terdakwa yang mengaku sebagai Dr Silvi Laurenza
menghubungi saksi melalui handphone dan berpura-pura terdengar dalam keadaan menangis dan menerangkan bahwa ia telah dijambret di Bandara Polonia Medan
dan meminta kepada saksi untuk dipinjamkan uang sebesar Rp. 600.000,- enam ratus ribu rupiah dan uang tersebut supaya dititipkan saja kepada terdakwa.
Mendengar demikian saksi merasa iba dan akhirnya menyerahkan uang Rp.600.000,-enam ratus ribu rupiah kepada terdakwa.
Sejak saat itu terdakwa dan saksi korban terus berkomunikasi dan beberapa kali saksi minta hendak bertemu dengan terdakwa, terdakwa selalu
menolak dan menghindar dengan berbagai alasan-alasannya. Sehingga pada suatu waktu terdakwa menceritakan bahwa ibunya hendak menjodohkannya dengan
seorang laki-laki pilihan ibunya dan menurutnya lagi bahwa ianya menolak perjodohan tersebut karena sudah berpacaran dengan dengan saksi korban,
sehingga ibunya marah dan menarik semua buku tabungan dan perhiasannya, sehingga tidak mempunyai uang lagi dan memohon kepada saksi untuk
mengirimkannya uang dengan menitipkannya kepada terdakwa, percakapan itu terjadi melalui handphone maka saksi menyerahkan uang sebesar Rp.2.000.000,-
dua juta rupiah kepada terdakwa di Joglo jalan H.M. Joni Medan. Sekitar dua bulan kemudian terdakwa menghubungi saksi dan mengatakan kepada saksi
bahwa ianya beserta keluarga sedang berlibur di Bali, dan ibunya telah menyekapnya dan kepala telah dipukuli dengan menggunkan kayu broti dan
kepala juga telah dibenturkan kedinding dengan tujuan agar perjodohannya yang
Universitas Sumatera Utara
di inginkan ibunya terlaksana dan memutuskan hubungan pacaran dengan saksi, namun terdakwa tetap menolak perjodohan itu yang akibatnya bapak korban
marah dan meminta cerai sehingga bapaknya shock dan kambuh penyakit jantungnya, sehingga terdakwa meminta uang kepada saksi untuk dikirimkan
secara bervariasi antara Rp. 2. 000.000,- sampai dengan Rp.10.000.000,- dan uangnya tersebut supaya diserahkan kepada tedakwa.
Kemudian pada tanggal 26 Maret 2006 sekitar pukul 22.00 WIB terdakwa yang mengaku dirinya prempuan yang bernama dokter Silvi Laurenza meminta
kepada saksi untuk menerima terdakwa bekerja di Hotel Deli Indah yang terletak dijalan raya Medan Perbaungan Nomor 100 Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten
Deli Serdang milik saksi Henry Dumanter Tampubolon atau keluarga dan saksi menurutinya dan mempekerjakan terdakwa sebagai staf pimpinan Hotel dengan
syarat tidak digaji dan kehadirannya cukup dua kali sebulan dengan tugas sekedar hanya membantu saksi.
Sebelum dan sesudah terdakwa bekerja di Hotel Deli Indah, dan setiap terdakwa yang mengaku dirinya sebagai dokter Silvi Laurenza meminta bantuan
kepada saksi dengan berbagai alasan-alasan lainnya, saksi selalu memenuhi pula permintaan sejumlah uang tersebut, dan seluruhnya selalu diserahkan kepada
terdakwa. Adapun rincian uang yang telah diminta melalui percakapan di handphone
oleh terdakwa yang mengaku dirinya prempuan bernama dokter Silvi Laurenza dan beberapa orang yang mengaku dirinya masih keluarga tedakwa, dan yang
telah yang diserahkan oleh saksi melalui atau kepada terdakwa yang tercatat dan
Universitas Sumatera Utara
atau masih di ingat oleh saksi adalah sejumlah ± Rp. 7. 000.000.000,- tujuh miliyar rupiah.
2. Dakwaan