Kualitas perairan di lokasi fishing ground Pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil tangkapan lemuru

5.4.3 Kualitas perairan di lokasi fishing ground

Uji kualitas perairan dilokasi fishing ground yang dilakukan pada periode Mei – Oktober 2011 Gambar 20. Setelah disesuaikan dengan standar baku mutu kualitas perairan sesuai peruntukannya menurut SK Menteri Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003 Tabel 2, maka kadar pH masih berada pada nilai baku mutu, sedangkan untuk salinitas untuk kedua sisi yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Jembrana mengalami peningkatan di atas baku mutu. Gambar 20 Kualitas perairan di lokasi fishing ground periode Mei-Oktober 2011 Kandungan Nitrat, di wilayah perairan dekat paparan Jawa yaitu Kabupaten Banyuwangi berada di atas baku mutu yaitu sebesar 0,0938 mgl, sedangkan menurut baku mutu adalah 0,008 mgl, hal yang sama juga terjadi untuk Kabupaten Jembrana yaitu sebesar 0,079 mgl. Kandungan Fosfat rata-rata adalah 0.009 mgl dan masih dibawah baku mutu yaitu 0.015 mgl. Parameter pH yang diuji menunjukan bahwa di lokasi fishing ground kadar pH masih normal 7,95-8,41. Nilai pH sangat mempengaruhi proses bio-kimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Hasil uji kualitas perairan dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.4.4 Pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil tangkapan lemuru

Uji secara regresi dengan menggunakan program pengolah data, membuktikan bahwa hasil tangkapan lemuru periode tahun 2005 –2010 dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi yaitu sebaran klorofil-a Tabel 15. Faktor klimatologi yang berpengaruh adalah angin. Hasil yang tertera pada Tabel 15 menunjukkan bahwa, setiap kenaikan satu satuan klorofil-a dapat meningkatkan hasil tangkapan sebanyak 17.338,792 ton ikan lemuru. Selanjutnya setiap peningkatan satu satuan kecepatan angin dapat menurunkan hasil tangkapan sebesar 11.521,697 ton ikan. Tabel 15 Uji regresi pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil tangkapan lemuru di Selat Bali tahun 2005 – 2010 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF Constant 67579.015 14052.150 4.809 .000 Angin -11521.697 2869.60830 -.807 -4.015 ,001 .665 1.504 Klorofil-a 17338.792 8234.647 .423 2.106 .047 .665 1.504 Berdasarkan uji secara regresi, pengaruh faktor lingkungan perairan terhadap hasil tangkapan lemuru, maka dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: Y = 67579,015 – 11521,697 angin + 17338,792 klorofil-a Fluktuasi hasil tangkapan lemuru di Selat Bali dipengaruhi oleh sebaran klorofil-a yang terdapat di lokasi fishing ground. Gambar 21 menunjukkan bahwa pada triwulan IV untuk tahun 2006 dan triwulan I tahun 2007 merupakan hasil tangkapan lemuru tertinggi yang diperoleh yaitu 58.338,349 ton dan 57.340,079 ton. Jika dilihat untuk triwulan IV tahun 2006 konsentrasi sebaran klorofil-a Gambar 14 juga mengalami peningkatan yaitu 1,19 mgm3. Artinya, dengan meningkatnya sebaran klorofil-a di wilayah perairan Selat Bali memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan lemuru. - 10,000.000 20,000.000 30,000.000 40,000.000 50,000.000 60,000.000 70,000.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 H a si l ta ng k a pa n t on Tahun Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Gambar 21 Fluktuasi hasil tangkapan lemuru berdasarkan triwulan selama periode 2005-2010 Hal yang berbeda terjadi pada triwulan I tahun 2007, bahwa konsentrasi klorofil-a kecil 0,35 mgm3 akan tetapi hasil tangkapan tinggi, inilah fenomena alam yang tidak dapat diprediksi oleh manusia. Jika dilihat pengaruh angin terhadap hasil tangkapan Gambar 18, kecepatan angin pada triwulan IV tahun 2006 adalah 4,00 knot, dan untuk triwulan I tahun 2007 kecepatan angin adalah 5,33 knot. Artinya, dengan kecepatan angin yang rendah memungkinkan nelayan untuk melaut. Hasil perhitungan analisis ini merupakan parameter untuk analisis model keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali bab 9.

5.5 Pembahasan