Pada tahun 2010, suhu permukaan laut relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
–tahun sebelumnya, bahkan hampir di setiap periode triwulan Gambar 16. Jika dilihat lebih rinci, dapat dijabarkan disini bahwa, peningkatan suhu
permukaan laut dari tahun 2005 – 2010 seiring dengan terjadinya penurunan
sebaran klorofil-a. Untuk membuktikan hal tersebut, dilakukan uji statistik dengan uji korelasi pearson. Hasil uji menunjukkan ada kecenderungan sebaran
klorofil-a berkorelasi sangat kuat dengan suhu permukaan laut Tabel 13. Tabel 13
Korelasi klorofil-a dan suhu permukaan laut triwulanan dalam 2005- 2010
Klorofil-a SPL
Klorofil-a Pearson correlation
1 -.876
Sig. 2-tailed .
.000 N
24 24
SPL Pearson correlation
-.876 1
Sig. 2-tailed .000
. N
24 24
Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Secara visual, suhu permukaan laut di Selat Bali tahun 2010 berdasarkan hasil pemotretan dengan satelit citra aqua modis, dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.4.2 Trend curah hujan, kecepatan angin dan kekuatan arus
Rata-rata curah hujan triwulanan selama periode 2005 – 2010 di Selat Bali
berfluktuasi. Curah hujan tertinggi terjadi pada triwulan I tahun 2007 dengan rata-rata 254,33 mm, dan paling rendah terjadi pada triwulan III tahun 2008
dengan rata-rata 17,67 mm. Tinggi rendahnya curah hujan yang terjadi di perairan Selat berpengaruh kepada kondisi cuaca yang tidak memungkinkan
nelayan untuk turun ke laut. Hal ini berkaitan dengan kesulitan dalam melakukan penurunan jaring, karena biasanya jika hujan turun cukup deras diikuti oleh angin
yang cukup kencang, sehingga arus permukaan juga meningkat. Kondisi demikian membuat nelayan enggan untuk turun kelaut. Trend curah hujan yang
terjadi di Selat Bali selama kurun waktu 2005-2010 dapat dilihat pada Gambar 17.
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00 9.00
2005 2006
2007 2008
2009 2010
K e
ce pa
ta n
a ng
in k
not
Tahun
Triwulan I Triwulan II
Triwulan III Triwulan IV
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
300.00
2005 2006
2007 2008
2009 2010
C ur
a h
hu ja
n m
m
Tahun
Triwulan I Triwulan II
Triwulan III Triwulan IV
Gambar 17 Trend curah hujan tahun 2005
– 2010 di Selat Bali
Sumber: BMKG Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011
Angin, merupakan kecepatan angin yang terjadi di Selat Bali periode 2005 – 2010. Trend kecepatan angin yang terjadi selama periode tersebut di atas dapat
dilihat pada Gambar 18. Rata-rata tahunan kecepatan angin tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, atau bisa dikatakan kecepatan angin cenderung
stabil. Arah angin yang terjadi sepanjang tahun 2005 – 2006, terutama
berpengaruh terhadap alur pelayaran kapal di Selat Bali. Secara visual kecepatan dan arah angin dapat dilihat pada lampiran 5.
Gambar 18 Kecepatan angin yang terjadi di Selat Bali periode tahun 2005 - 2010
Sumber: BMK Maritim Surabaya 2011
Kekuatan arus maksimum di Selat Bali periode tahun 2005 – 2010, terjadi
pada triwulan III tahun 2010 yaitu 14,71 cms, sedangkan kekuatan arus minimumterendah terjadi pada triwulan I tahun 2010 yaitu 5,01 cms. Apabila
kita lihat secara keseluruhan, rata-rata kekuatan arus dari tahun 2005 – 2010
cenderung meningkat. Kekuatan arus yang terjadi di Selat Bali, selama periode 2005
– 2010 dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19 Kekuatan arus air di Selat Bali periode 2005 – 2010
Sumber: BMK Maritim Surabaya 2011
Korelasi faktor klimatologi angin, hujan, dan arus setelah dilakukan uji secara statistik Tabel 14 menunjukkan bahwa, angin ada kecenderungan
berkorelasi kuat dengan hujan -0,533 dan memiliki kecenderungan berkorelasi positif dengan arus 0,472.
Tabel 14 Korelasi faktor angin, hujan, dan arus periode 2005-2010
Angin Hujan
Arus Angin
Pearson Correlation 1
-.533 .472
Sig. 2-tailed .
.007 .020
N 24
24 24
Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
5.4.3 Kualitas perairan di lokasi fishing ground