membandingkan dengan pengelolaan dari berbagai kondisi, karena perikanan yang bersifat open access, mengestimasi tingkat eksploitasi optimal dan tingkat
kelestarian multispesies sumberdaya perikanan pelagis dengan menggunakan model bioekonomi multispesies. de Kok dan Wind 1996 melakukan penelitian
dengan pendekatan sistem dinamik untuk perikanan pantai yaitu di selatan Sulawesi Barat. Penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi terhadap
penelitian yang dilakukan oleh de Kok dan Wind, dan mencoba menerapkannya di perairan Selat Bali dalam rangka pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru.
Penelitian ini lebih mengarah kepada interaksi secara biologi, ekologi, teknologi, sosial dan ekonomi dalam sebuah hubungan dinamik. Interaksi secara biologi
yaitu antar sesama ikan pelagis yang ada di perairan Selat Bali, secara ekologi yaitu faktor oseanografi dan klimatologi, dan secara ekonomi memberikan
keuntungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan lemuru di pesisir Selat Bali sosial. Secara teknologi melakukan standarisasi terhadap
alat tangkap yang beragam dalam pemanfaatan sumberdaya lemuru. Kabaruan utama dalam penelitian ini adalah menyusun model keberlanjutan pengelolaan
perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali dengan pendekatan system dynamic.
1.8 Kerangka Pikir Penelitian
Selat Bali, merupakan salah satu kawasan perairan Indonesia yang memiliki sumberdaya ikan yang potensial, khususnya lemuru Sardinella lemuru Bleeker
1853. Selat Bali merupakan daerah perairan yang relatif sempit sekitar 960 mil
2
, dan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 merupakan ikan hasil tangkapan utama. Total pemanfaatan lemuru di Selat Bali pada tahun 2010,
berdasarkan data statistik perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, Bali dan statistik perikanan tangkap Indonesia adalah sebesar 65.720,90
ton. Alat tangkap yang digunakan untuk penangkapan ikan lemuru lebih dominan menggunakan pukat cincin purse seine, dan alat tangkap lainnya seperti payang,
gill net, bagan dan pukat pantai. Kegiatan penangkapan ikan lemuru sangat intensif dilakukan oleh nelayan, untuk memenuhi permintaan pasar.
1. Permasalahan perikanan
lemuru sangat
komplek biologi, teknologi, Ekonomi dan sosial dan selalu
mengalami perubahan secara dinamis 2. Pendekatan secara statis belum mampu menyelesaikan
permasalahan tersebut
Mulai
Solusi
Perlu terobosan baru dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan
dengan pola kedinamisan
Penyusunan model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru secara komprehensif di Selat Bali dengan mempertimbangkan aspek biologi,
teknologi, ekonomi, dan sosial dengan pendekatan sistem dinamik
Selesai Rekomendasi
Pemanfaatan sumberdaya lemuru di Selat Bali sangat tinggi, hal ini terlihat dari jumlah produksi yang terus meningkat. Jika pemanfaatan sumberdaya lemuru
terus dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya, maka dapat dipastikan terjadi over fishing yang ditandai dengan terjadinya penurunan
produksi dan ukuran ikan yang tertangkap. Berkenaan dengan permasalahan tersebut di atas, agar pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru dapat dilakukan
secara berkelanjutan, perlu dilakukan kajian secara komprehensif yang meliputi aspek sumberdaya ikan SDI, jenis alat tangkap dan teknologi penangkapan,
faktor oseanografi dan klimatologi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan, sosial dan ekonomi nelayan serta peran kelembagaan yang ada. Dengan
demikian keberlanjutan pengelolaan sumberdaya secara lestari dapat terwujud. Pengelolaan secara komprehensif yang akan dikaji disini berkaitan dengan
interaksi secara dinamik antara ikan target penangkapan dan lingkungan perairan sebagai habitatnya. Skema kerangka pikir penelitian ini secara sistematis dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian model keberlanjutan pengelolaan
perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker di Selat Bali
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap