Pemurnian Minyak Goreng Daya Serap Arang Aktif terhadap Formalin

8. Pemurnian Minyak Goreng

Pada Lampiran 4 tercantum hasil analisis minyak goreng bekas pakai yang dimurnikan dengan produk arang aktif. Hasil penelitian meliputi warna minyak yang dinyatakan dalam persen transmitans, asam lemak bebas Free Fatty AcidFFA dan peroksida. Warna minyak goreng sebelum diberi perlakuan arang aktif sebesar 38,6 dan sesudah diberi perlakuan arang aktif A1B1S1, transmitannya menjadi 114,4 – 114,6 a dan 127,0 – 127,2 b. Rendahnya transmitan minyak goreng bekas sebelum diberikan arang aktif memberi pengertian bahwa warna minyak semakin keruh, dan hal ini terjadi karena adanya kerusakan pada karotenoid Ketaren, 1986. Penggunaan produk arang aktif untuk menyerap warna keruh dari minyak bekas pakai menunjukkan hasil yang baik yaitu warna minyak kembali menjadi warna asli. Penggunaan arang aktif sebagai adsorben dapat memberikan peningkatan transmitan sebesar 75,8 – 76 a dan 88,4 – 88,6 b. Gambaran ini menunjukkan bahwa arang aktif dapat menyerap warna keruh pada minyak goreng bekas karena permukaan pori arang aktif menjadi bertambah luas setelah diaktifasi. Gambar 26. Hasil Penyaringan Minyak Goreng Bekas Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis Ketaren, 1986. Proses oksidasi pada minyak goreng dipercepat oleh pemanasan pada suhu tinggi dan karena adanya kontak minyak dengan udara. Sedangkan proses hidrolisis dipercepat karena adanya kontak dengan air. Reaksi pembentukan asam lemak bebas adalah sebagai berikut : H 2 C – O – CO 2 – R H 2 C – OH O HC – O – CO 2 – R + 3H 2 O HCOH + 3R – C - OH H 2 C – O – CO 2 – R H 2 C – OH Trigliserida Gliserol FFA Gambar 27. Reaksi hidrolisis trigliserida Dalam syarat mutu minyak goreng ditetapkan bahwa kadar asam lemak bebas maksimum adalah 0,3 Anonim, 1977. Kadar asam lemak bebas yang lebih tinggi akan mengakibatkan rasaflavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Pada Lampiran 4 terlihat bahwa kemampuan arang aktif untuk menyerap asam lemak bebas cukup tinggi. Apabila dibandingkan dengan syarat mutu, asam lemak bebas minyak sebelum diberi perlakuan arang aktif sebesar 0,33 dan setelah diberi perlakuan arang aktif, nilai asam lemak bebasnya turun menjadi 0,30– 0,31 a dan 0,31 b atau turun sebesar 0,02 – 0,03 dari nilai semula. Nilai ini masih lebih tinggi terhadap syarat mutu asam lemak bebas minyak yakni sebesar maksimum 0,30 . Hal ini menunjukkan bahwa selama dalam penggorengan dan penyimpanan telah terjadi proses hidrolisis dari minyak goreng bekas tersebut karena adanya kandungan air atau uap air dalam minyak dan arang aktif hasil penelitian dapat menyerap hasil samping dari proses hidrolisis tersebut. Bilangan peroksida merupakan indikator dalam menentukan derajat kerusakan minyak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Oksidasi spontan lemak tidak jenuh didasarkan pada serangan oksigen pada ikatan rangkap seperti tercantum pada Gambar 28 Ketaren, 1986. RCH = CH.R 1 + O = C R.CH.CH.R 1 O – O Peroksida RCOOH + R 1 .COOH Gambar 28. Reaksi pembentukan peroksida Peroksida merupakan salah satu faktor yang mempercepat proses oksidasi sehingga mempercepat pula proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak diinginkan. Jika peroksida terdapat dalam jumlah besar maka minyak goreng tersebut akan sangat beracun dan tidak dapat dimakan Ketaren, 1986. Pada Lampiran 4 tecantum bilangan peroksida minyak goreng bekas yang belum diberi arang aktif sebesar 41 meq1000gr. Adapun minyak goreng bekas yang sudah diberi perlakuan arang aktif nilainya turun menjadi 40,00 – 40,15 a dan 40,30 – 40,35 meq1000gr. Turunnya bilangan peroksida ini menunjukkan bahwa arang aktif tempurung biji jambu mede selain dapat menyerap senyawa seperti aldehid, keton juga dapat menyerap aroma yang tidak disukai akibat proses oksidasi maupun hidrolisis, selain itu menggambarkan bahwa pori-pori arang aktif yang terbentuk mempunyai diameter yang lebih besar dari ukuran partikel dari kedua senyawa tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Tempurung biji jambu mede Anacardium occidentale dapat ditingkatkan daya gunanya melalui pengolahan menjadi arang aktif. Bahan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai alternatif bahan baku arang aktif karena arang yang dihasilkan memiliki kandungan karbon terikat yaitu sebesar 73,65 – 81,70 . Arang aktif tempurung biji jambu mede Anacardium occidentale yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki karakterisasi antara lain adalah rendemen 34,30 – 70,67 , kadar air 3,50 – 10,88 , kadar zat terbang 8,73 – 19,52 , kadar abu 5,61 – 9,46 , kadar karbon terikat 73,27 – 83,56 , daya serap terhadap iodium 472,85 – 839,52 mgg, daya serap terhadap Benzene 12,27 – 18,02 , daya serap terhadap Metanol 9,98 – 17,87 , daya serap terhadap Chloroform 18,12 – 22,70 , daya serap terhadap Karbon Tetrachlorida 8,79 – 19,46 , daya serap terhadap Formalin 19,08 – 29,91 . Keseluruhan karakteristik arang aktif yang dibuat memiliki nilai yang sebagian besar memenuhi standar arang aktif berbentuk serbuk menurut SNI 06-3730-95. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa faktor perendaman dengan H 3 PO 4 , faktor lamanya waktu steam, dan interaksi antara keduanya sangat berpengaruh nyata terhadap daya serap yang dihasilkan masing-masing sampel. Sampel yang terbaik adalah sampel yang memiliki daya serap terhadap iodium yang tertinggi yaitu sampel yang diaktifasi dengan H 3 PO 4 5 pada suhu 850 o C dan steam selama 1 jam A1B1S1. Arang aktif yang dihasilkan kurang efektif bila digunakan untuk menyerap gas tetapi cukup efektif bila digunakan untuk menyerap zat warna pada larutan. Arang aktif dengan hasil perlakuan terbaik kemudian diaplikasikan untuk pemurnian minyak goreng bekas dengan konsentrasi 2 dari berat minyak yang akan dimurnikan 100 ml yang hasilnya adalah adanya