Pengertian Kultur Deskripsi Teori

11 tidak pernah sama sekali menyentuh aspek kultur sekolah. Tugas sekolah selama ini adalah mendidik anak dengan menyampaikan pengetahuan, sikap, keterampilan yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dengan metode dan teknik kontrol yang berlaku di sekolah tersebut. Dalam pelaksanaan kurikulum maupun ekstra kurikulum berkembanglah sejumlah pola khas yang menjadikan pembeda dengan kelompok-kelompok lain di masyarakat. Norma dalam hal ini adalah bentuk perilaku yang diharapkan dari anggota, di dalam sekolah adalah bentuk perilaku dari siswa terhadap guru mereka. Walaupun unsur-unsur kebudayaan dimiliki oleh setiap sekolah, namun setiap sekolah tidak akan memiliki kebudayaan yang sama persis dengan sekolah lainnya. Selanjutnya menurut Wahjosumidjo 2011: 136 terdapat beberapa definisi sekolah, antara lain: a. Sekolah sebagai birokrasi, dimana birokrasi merupakan salah satu bentuk dari organisasi. Sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat kelompok-kelompok manusia yang masing-masing baik secara individual maupun kelompok melakukan hubungan kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok- kelompok yang dimaksud tersebut antara lain adalah sumber daya manusia yang terdiri dari: Kepala sekolah, guru-guru, tenaga administrasi staf, kelompok peserta didik atau siswa, dan orang tua. Tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan pendidikan seperti yang telah dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, TAP MPRGBHN, Undang-Undang Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan di dalam beberapa Peraturan Pemerintah, serta terdapat pula dalam Surat Keputusan Menteri. 12 b. Sekolah sebagai sistem sosial, adalah organisasi yang dinamis dan yang mampu berkomunikasi secara aktif. Sebagai sistem sosial, di dalam sekolah melibatkan dua orang atau lebih yang saling berkomunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa hal yang menarik tentang sekolah sebagai sistem sosial adalah dimensi-dimensi yang terdapat di dalam sekolah tersebut, semangat, dan konflik yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri. c. Sekolah sebagai sistem terbuka, karena di dalam sekolah berkumpul manusia yang saling berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan begitu sekolah terbuka untuk memperoleh input dan selanjutnya di transformasikan sebagai produksi. d. Informalitas dalam kehidupan sekolah, selain menjadi organisasi formal birokrasi, sebagai sistem sosial dan sistem terbuka, sekolah juga memiliki kehidupan informalitas di dalamnya. Guru-guru, tenaga administrasi, para siswa, di dalam pergaulan mereka satu dengan yang lainnya membangun suatu hubungan-hubungan pribadi. Mereka saling berusaha untuk menerima norma tingkah laku tertentu serta pola-pola berpikir yang biasa dilakukan. Mereka berkumpul dalam sebuah kelompok informal tetapi tetap dalam kerangka formal sekolah. e. Sekolah sebagai agen perubahan, dapat didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan perubahan dalam pola perilaku seseorang atau sistem sosial. Dengan begitu sekolah sebagai agen perubahan harus senantiasa siap untuk berperan aktif dalam melaksanakan fungsinya dalam situasi kerja, karena perubahan itu sendiri diperlukan sebagai alat 13 dalam rangka pemecahan permasalahan yang memiliki tujuan untuk kondisi dan keadaan yang lebih baik lagi. f. Sekolah sebagai wawasan Wiyatamandala. Secara konseptual, wawasan wiyatamandala merupakan suatu paham, pandangan, atau tinjauan, yang menempatkan sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan, dalam pengertian tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar, masyarakat belajar, tempat proses pembudayaan manusia yang bebas dari pengaruh yang sifatnya buruk, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Wawasan wiyatamandala itu sendiri mengandung lima unsur pokok yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga wawasan wiyatamandala merupakan satu totalitas, satu kesatuan yang utuh, atau bisa disebut satu sistem. Oleh karena itu pelaksanaan wawasan wiyatamandala pada hakikatnya merupakan kegiatan bagaimana kelima unsur yang ada mendukung fungsi dan tujuan pendidikan. Kelima unsur pokok tersebut antara lain adalah: a. sekolah sebagai lingkungan pendidikan, b. peranan kepala sekolah, c. hubungan antara guru dengan orangtua siswa, d. sikap warga sekolah terhadap martabat dan citra guru, serta e. hubungan antara sekolah dengan masyarakat. Roemintoyo 2013: 132 menyampaikan bahwa sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat terhadap mutu sekolah, diantaranya: proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah. Dalam menjalankan tugas serta fungsinya, kepala