Pengertian Sekolah Deskripsi Teori

13 dalam rangka pemecahan permasalahan yang memiliki tujuan untuk kondisi dan keadaan yang lebih baik lagi. f. Sekolah sebagai wawasan Wiyatamandala. Secara konseptual, wawasan wiyatamandala merupakan suatu paham, pandangan, atau tinjauan, yang menempatkan sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan, dalam pengertian tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar, masyarakat belajar, tempat proses pembudayaan manusia yang bebas dari pengaruh yang sifatnya buruk, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Wawasan wiyatamandala itu sendiri mengandung lima unsur pokok yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga wawasan wiyatamandala merupakan satu totalitas, satu kesatuan yang utuh, atau bisa disebut satu sistem. Oleh karena itu pelaksanaan wawasan wiyatamandala pada hakikatnya merupakan kegiatan bagaimana kelima unsur yang ada mendukung fungsi dan tujuan pendidikan. Kelima unsur pokok tersebut antara lain adalah: a. sekolah sebagai lingkungan pendidikan, b. peranan kepala sekolah, c. hubungan antara guru dengan orangtua siswa, d. sikap warga sekolah terhadap martabat dan citra guru, serta e. hubungan antara sekolah dengan masyarakat. Roemintoyo 2013: 132 menyampaikan bahwa sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat terhadap mutu sekolah, diantaranya: proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah. Dalam menjalankan tugas serta fungsinya, kepala 14 sekolah harus memahami kultur atau budaya sekolah yang terdapat di sekolah yang dipimpinnya. Kultur sekolah ini sangat erat kaitannya dengan misi yang dimiliki oleh kepala sekolah tentang masa depan sekolah yang dipimpin olehnya. Kepala sekolah yang memiliki visi untuk menghadapi tantangan sekolah di masa depan akan lebih sukses dalam upayanya membangun sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki budaya kerja atau disiplin kerja yang baik pula. Berdasarkan berbagai pengertian sekolah yang telah disampaikan, dapat dipahami bahwa sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian generasi penerus bangsa. Di sekolah berlangsung proses penanaman nilai-nilai dan moral yang dibutuhkan siswa untuk bekal masa depan dalam menghadapi tantangan zaman. Berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah pada dasarnya memiliki tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah menjadi cita-cita bangsa dari generasi ke generasi. Oleh karena itulah keberadaan sekolah menjadi sangat penting mengingat segala kegiatan yang dilaksanakan di sekolah memiliki tujuan yang luhur untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diciptakan.

3. Pengertian Kultur Sekolah

Definisi kultur sekolah telah banyak diungkapkan oleh para ahli, sehingga terdapat sejumlah pengertian tentang kultur sekolah, antara lain yang dikemukakan oleh Deal dan Kennedy dalam Yunia Nur Aini 2013: 12 bahwa kultur sekolah merupakan keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai suatu warga masyarakat. Apabila definisi tersebut diterapkan di sekolah, maka sekolah akan memiliki sejumlah 15 kultur dengan satu kultur dominan dan sejumlah kultur yang lain sebagai pendukung. Dalam Kemdiknas 2011: 68 kultur atau budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah dimana warga masyarakat sekolah saling berinteraksi. Interaksi yang berlangsung tersebut meliputi antara peserta didik berinteraksi dengan sesama peserta didik, kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, konselor dengan siswa dan sesamanya. Interaksi yang terjadi terikat dengan berbagai aturan, norma, moral, serta etika bersama yang berlaku di sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, tanggung jawab, serta rasa memiliki merupakan sebagian dari nilai-nilai yang dikembangkan didalam budaya sekolah. Kultur atau budaya sekolah merupakan sistem di belakang layar yang menunjukkan kebiasaan, norma, keyakinan, serta nilai yang sudah dibangun dalam waktu yang cukup lama oleh semua warga sekolah. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah kehidupan di sekolah berlangsung yang terikat dengan adanya nilai dan norma yang ada di sekolah tersebut sehingga menjadi pembeda dengan sekolah lain. Selanjutnya kultur sekolah menurut Diana Febriana 2008: 16 yaitu “Suatu sistem jaringan artifak, pola asumsi dasar, nilai-nilai, norma-norma, ritual, mitos, kepercayaan, keyakinan, persepsi, kebiasaan dan tingkah laku yang dipegang teguh dan dianut serta dikembangkan secara terus menerus dalam suatu lingkungan sekolah untuk meningkatkan kerjasama dan menghadapi berbagai permasalahan serta tantangan yang muncul. Kultur sekolah diharapkan akan memperbaiki kinerja sekolah, jika kualifikasi kultur tersebut sehat, solid, kuat, positif, profesional yang berarti kultur 16 sekolah menjadi komitmen luas sekolah, menjadi jati diri sekolah, menjadi kepribadian sekolah dan didukung oleh stakeholder-nya .” Menurut Harun dan Mansur 2008: 31 kultur sekolah didefinisikan sebagai pola transmisi historis tentang arti dan norma, nilai, kepercayaan, seremonial, ritual, tradisi, pemahaman, mitos yang dirasakan oleh anggota komunitas sekolah. Sedangkan arti nilai dimaknakan sebagai apa yang orang pikirkan dan bagaimana mereka bertindak. Menurut Hedley Beare dalam Srinatun 2011: 64 unsur-unsur budaya sekolah terdiri dari dua kategori, yaitu unsur kasat mata dan unsur yang tidak kasat mata. Unsur kasat mata memiliki makna jika mencerminkan apa yang tidak kasat mata. Unsur yang tidak kasat mata itu adalah filsafat atau pandangan dasar sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna kehidupan atau sesuatu yang di anggap penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah dan harus dinyatakan secara konseptual dalam suatu rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang lebih konkrit yang akan dicapai oleh sekolah. Selanjutnya unsur kasat mata dapat di aktualisasikan secara konseptual yang meliputi: a. visi, misi, tujuan, dan sasaran, b. kurikulum, c. bahasa komunikasi, d. narasi sekolah, e. narasi tokoh-tokoh, f. struktur organisasi, g. ritual, 17 h. upacara, i. prosedur belajar mengajar, j. peraturan sistem ganjaran hukuman, k. layanan psikologi sosial, dan l. pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang materiil dapat berupa fasilitas serta peralatan, artifak, tanda kenangan, dan pakaian seragam. Selanjutnya menurut Vembriarto dalam Ariefa Efianingrum 2009: 17 kebudayaan sekolah memiliki unsur-unsur peting, diantaranya adalah: a. Letak, lingkungan, serta prasarana fisik sekolah, b. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan, c. Pribadi-pribadi atau warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru non teaching spesialist, dan tenaga administrasi, d. Nilai-nilai moral, sistem peraturan, serta iklim kehidupan sekolah. Setiap sekolah memiliki kebudayaannya sendiri yang bersifat unik. Setiap sekolah memiliki aturan tata tertib, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, mars hymne sekolah, pakaian seragam dan lambang lain yang memberikan ciri khas terhadap sekolah yang bersangkutan. Menurut Mardapi dalam Farida Hanum 2008: 7 analisis kultur sekolah harus dilihat sebagai satu bagian dari kesatuan sekolah yang utuh. Artinya sesuatu yang ada di dalam kultur sekolah hanya dapat dilihat dan dijelaskan dalam kaitannya dengan aspek lain seperti: