Gambaran Kultur Sekolah di SMP Negeri 1 Sleman
104 satunya dengan adanya program tumitlangkung atau yang sering disebut dengan
tujuh menit untuk kebersihan lingkungan. Selain itu sekolah juga menyediakan tempat sampah di berbagai sudut sekolah serta dengan adanya Jumat bersih dan
regu piket di setiap kelas. Kebersihan di lingkungan sekolah di SMP Negeri 1 Sleman sudah cukup bersih, baik itu di ruang kelas maupun di ruang perkantoran
dan di kawasan lapangan sekolah. Budaya berprestasi di SMP Negeri 1 Sleman ditanamkan dalam kegiatan
belajar mengajar setiap hari. Dalam satu minggu sekolah mengadakan kegiatan sarapan pagi. Sarapan pagi disini adalah siswa diberikan soal-soal evaluasi mata
pelajaran sebagai pengganti Ulangan Sabtu Bersama USB. Dengan adanya program sarapan pagi ini guru dapat mengetahui di bagian manakah siswa belum
paham atau belum menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Selain adanya program sarapan pagi, pemberian reward and punishment juga berlaku untuk
memberikan motivasi kepada siswa agar senantiasa berprestasi. Pembimbingan untuk siswa yang berkemampuan dalam suatu bidang untuk mengikuti lomba juga
dilaksanakan agar siswa tersebut mampu untuk berkompetisi dengan siswa dari sekolah lain. Berdasarkan hasil observasi terdapat banyak piala dan piagam yang
tersusun di lemari kaca yang terdapat di lobi sekolah. Piala tersebut menjadi salah satu bukti bahwa SMP Negeri 1 Sleman telah cukup banyak meraih prestasi.
Prestasi-prestasi yang telah diraih oleh warga sekolah tersebut selanjutnya diberikan penghargaan oleh pihak sekolah. Sekolah memberikan penghargaan
kepada siswa yang berprestasi baik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Penghargaan tersebut biasanya berupa ucapan selamat, pemberian hadiah, piala
105 piagam, uang bimbingan belajar, serta point penghargaan bagi siswa yang
beprestasi. Budaya religius dalam lingkungan SMP Negeri 1 Sleman berdasarkan
hasil penelitian sudah sangat baik. Hal ini tercermin dengan adanya sholat berjamaah yang rutin dilakukan baik oleh siswa maupun guru dan staf karyawan
di lingkungan SMP Negeri 1 Sleman. Budaya religius di sekolah ini ditanamkan melalui berbagai kegiatan keagamaan diantara yaitu adanya sholat dhuha dan
zhuhur berjamaah, tadarus bersama bagi siswa yang beragama muslim dan pendalaman Iman untuk siswa yang non muslim. Selain kegiatan tersebut sekolah
juga mengadakan pengajian yang biasanya rutin dilakukan dan itupun bergantian antar kelas dalam satu periode waktunya.
Kedisiplinan merupakan tanggung jawab seluruh warga sekolah SMP Negeri 1 Sleman. Penanaman budaya disiplin di sekolah ini tertuang dalam
adanya aturan tata tertib baik untuk guru maupun siswa. Selanjutnya budaya disiplin tersebut ditanamkan melalui kegiatan sehari-hari seperti masuk sekolah
tepat waktu, masuk kelas tepat waktu, tidak membawa handphone ke sekolah, menggunakan sepatu berwarna hitam, serta mengumpulkan tugas tepat waktu
sesuai dengan kesepakatan antara siswa dengan guru. Budaya disiplin tersebut juga ditanamkan melalui slogan-slogan yang terpasang di setiap sudut sekolah.
Hal ini dimaksudkan agar para siswa maupun guru dan staf karyawan termotivasi untuk senantiasa berperilaku disiplin dan mematuhi aturan yang ada. Sistem point
juga diterapkan sekolah sebagai penegas aturan yang telah ada. Sistem point ini berlaku untuk siswa dan mencakup beberapa aspek diantara adalah mengenai
106 keterlambatan, pakaian seragam, pengumpulan tugas, serta pelanggaran-
pelanggaran lain yang mungkin dilakukan oleh siswa dengan point maksimal 100 dengan sanksi dikeluarkan dari sekolah. Berdasarkan hasil penelitian, budaya
disiplin yang terdapat di SMP Negeri 1 Sleman sudah cukup baik. Meskipun terdapat beberapa pelanggaran kecil seperti terlambat masuk sekolah, atau
membawa handphone, sekolah senantiasa berusaha untuk mengatasi pelanggaran- pelanggaran kecil tersebut dengan adanya peraturan yang jelas dan tegas. Adanya
sanksi bagi siswa yang melanggar, pembinaan, serta himbauan yang rutin diberikan oleh pihak sekolah pada saat upacara bendera.
Dalam pelaksanaan program yang diterapkan oleh sekolah, kerjasama antar warga sekolah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kesuksesan
pelaksanaan program tersebut. Sekolah menanamkan budaya kerjasama dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Di dalam kurikulum 2013, kerjasama menjadi
salah satu aspek yang dinilai guru, oleh karena itu penanaman budaya kerjasama secara rutin diberikan karena hal tersebut juga telah tercantum di dalam kurikulum
2013. Selain itu, dengan adanya classmeeting maupun outbound yang diselenggarakan oleh sekolah juga dapat melatih budaya kerjasama siswa. Hal
mengenai budaya kerjasama yang paling terlihat pada saat peneliti melakukan penelitian adalah, sekumpulan siswa mengerjakan satu petak wilayah tembok
sekolah aula untuk digambari dengan motif batik kemudian diberi warna. Kegiatan ini cukup efektif untuk membuat siswa mampu bekerja sama, karena
dengan wilayah cukup luas dan anggota kelompok yang tidak banyak untuk
107 menyelesaikan tugas tersebut para siswa harus bekerja semua dan tidak hanya
mengandalkan satu atau dua orang saja didalam kelompok. Budaya untuk berperilaku sopan santun telah menjadi kebiasaan di sekolah
ini. Hal ini ditunjukkan dengan interaksi yang terjadi baik diantara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru, dan warga sekolah dengan tamu.
Sekolah menerapkan sistem 5S senyum, salam, sapa, sopan, santun di lingkungan sekolah, hal tersebut telah tercantum di dalam buku saku buku
peraturan sekolah. Pada saat pagi hari, di dekat pintu gerbang biasanya beberapa guru berdiri menunggu siswa yang berangkat untuk bersalaman. Selain itu, setiap
siswa bertemu guru maupun staf di lingkungan sekolah mereka langsung berjalan mendekat, mengucapkan salam kemudian bersalaman. Hal ini sudah menjadi
kebiasaan siswa setiap harinya. Interaksi yang terjalin sangat akrab namun tetap dalam batas kesopanan antara siswa dengan guru. Pada saat berpapasan dengan
tamu, siswa tersenyum kemudian mengangguk sebagai tanda memberikan salam. Pada saat upacara, kepala sekolah juga selalu menghimbau seluruh warga sekolah
agar menerapkan budaya sopan santun di sekolah. Terlebih lagi untuk guru dan karyawan agar dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik sehingga dapat
menjadi teladan bagi siswa. Budaya tanggung jawab ditanamkan oleh sekolah kepada siswa melalui
pemberian tugas. Hal tersebut juga telah menjadi bagian dari kurikulum 2013 bahwa nilai tanggung jawab menjadi salah satu aspek yang dinilai dari siswa.
Bagi siswa yang tidak menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya maka biasanya akan diberikan sanksi. Sanksi tersebut dapat berupa pengurangan nilai
108 untuk siswa yang tidak mengumpulkan tugas tepat waktu hingga pemberian
hukuman seperti mengerjakan tugas di luar kelas. Selain dengan ditanamkan melalui pemberian tugas, sekolah sedang berencana membagi area lingkungan
sekolah menjadi beberapa bagian untuk kemudian dibagi agar dapat dikelola oleh siswa. Hal ini selain sebagai program memperindah lingkungan sekolah yang ada,
dapat juga melatih seberasa besar rasa tanggung jawab siswa terhadap kawasan yang mereka miliki. Seperti yang telah terlaksana yaitu pembagian tembok
sekolah dan aula untuk dapat di hias dengan motif batik oleh sekelompok siswa. Selain melatih tanggung jawab, tugas tersebut juga melatih kerjasama siswa.
Untuk budaya tanggung jawab staf dan karyawan biasanya sekolah melakukan evaluasi terhadap program-program yang telah dibentuk.
SMP Negeri 1 Sleman memiliki perpustakaan yang cukup luas dengan buku koleksi yang cukup banyak dan fasilitas yang cukup memadai. Beberapa
tahun ini pengunjung perpustakaan mengalami peningkatan pengunjung sesuai dengan diperbaharuinya keadaan dan koleksi yang ada di perpustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian, siswa di SMP Negeri 1 Sleman telah memiliki minat baca yang sudah cukup tinggi. Minat baca ini tentunya bermanfaat untuk
menambah pengetahuan maupun untuk mengisi waktu luang siswa. Pihak sekolah bekerja sama dengan petugas perpustakaan untuk meningkatkan minat baca para
siswa. Sekolah memiliki program untuk mewajibkan siswa membaca 10-15 menit sebelum pelajaran di mulai pagi hari. Siswa boleh membawa novel ataupun
majalah, buku apa saja asalkan para siswa menggunakan waktu yang telah disediakan tersebut untuk membaca buku. Mayoritas siswa lebih suka membaca
109 novel ataupun komik. Hingga saat ini sudah cukup banyak siswa yang berkunjung
ke perpustakaan untuk sekedar membaca buku, browsing, ataupun meminjam dan mengembalikan buku.