12
BAB II LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting pada kehidupan manusia. Menurut Wiyani 2013: 105, melalui pendidikan seseorang dapat
meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri, dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas, dan kreatif. Sebelum muncul
lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan dijalankan secara spontan dan langsung dalam kehidupan sehari-hari yang diterapkan melalui keluarga. Sebagai
contoh, anak-anak nelayan secara langsung mempelajari kelautan dan perikanan dengan cara terjun langsung mengikuti orang dewasa dalam menangkap ikan.
Begitu pula anak-anak petani, mereka belajar menanam padi dari orang tuanya. Bersamaan dengan mempelajari pekerjaan yang dilakukan, mereka juga belajar
tentang nilai dan norma yang berhubungan dengan pekerjaannya. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, adab, atau ciri kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan virtues yang diyakini dan digunakan sebagai landasan berpikir, bersikap, dan bertindak Wiyani,
2013: 70. Karakter memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Seseorang dapat dikatakan
memiliki karakter tidak baik jika ada seseorang yang berperilaku curang, pemarah, suka berbohong, sedangkan orang berkarakter baik atau mulia dapat dicirikan
dengan perilaku suka menolong, jujur, bertanggung jawab, dan lain sebagainya.
13 Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berkualitas akhlaknya Salirawati,
2012: 32. Semua komponen perlu dilibatkan dalam sekolah termasuk komponen- komponen pendidikan seperti isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, dan etos kerja seluruh warga di lingkungan sekolah. Walaupun guru kelas sangat berperan terhadap kelas yang
diampunya, pendidikan karakter bukan berarti menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh guru kelas yang bersangkutan.
Pada lingkungan sekolah, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Materi pembelajaran dapat ditanamkan berbagai karakter yang
mencerminkan nilai dan norma masyarakat serta dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan karakter tidak hanya menekankan aspek kognitif anak
namun diimplementasikan melalui pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Wibowo Yudistira, 2014 :8 mengemukakan bahwa prinsip pembelajaran
yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah adalah mengusahakan agar peserta didik itu mengenal dan menerima nilai-nilai karakter
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Prinsip-prinsip seperti mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian
akan menciptakan peserta didik berpikir melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat.
14 Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana
yang salah. Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham kognitif tentang mana yang benar dan
salah, mampu merasakan afektif nilai yang baik dan biasa melakukannya psikomotor. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Lickona 2013: 74 yang
menyatakan bahwa pendidikan karakter menekankan tiga komponen seperti pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan tindakan moral.
Pendidikan karakter yang baik tidak hanya melibatkan aspek pengetahuan, namun juga merasakan dengan baik dan perilaku yang baik pula. Pendidikan karakter
menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan Kemendiknas, 2011: 6. Kebiasaan tersebut akan tertanam pada
seseorang dan menjadi karakternya. Pendidikan karakter menjadi sebuah istilah yang semakin hari semakin
mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Selain definisi di atas, Sternberg juga mendefinisikan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan
dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik good ccharacter berlandaskan kebajikan-kebajikan inti core virtues yang secara objektif baik bagi
individu maupun masyarakat Saptono, 2011: 23. Hal ini diperkuat dengan pendapat Ratna Megawangi yang menyatakan bahwa pendidikan karakter
merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya Kesuma, 2011: 5.
15 Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pendidikan karakter, maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu cara untuk membentuk kepribadian seseorang sehingga menjadi kebiasaan yang baik bagi
siswa. Kebiasaan tersebut dapat ditinjau melalui aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa.
2. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan terdiri dari dua kata, yaitu peduli dan lingkungan. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 1036, peduli berarti mengindahkan;
memperhatikan; menghiraukan. Lingkungan dapat diartikan sebagai daerah kawasan yang termasuk di dalamnya Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:
831. Peduli lingkungan berarti perhatian terhadap suatu daerah atau kawasan tertentu.
Peduli lingkungan merupakan salah satu nilai karakter suatu bangsa yang perlu dikembangkan. Kemendiknas 2010: 10 menyatakan bahwa peduli
lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Hal inilah yang menjadi pokok pentingnya kepedulian terhadap lingkungan perlu ditanamkan pada anak sejak dini.
Menurut Burharudin Yudistira, 2014 :10, kepedulian terhadap lingkungan adalah keadaan psikologis seseorang berupa perhatian, kesadaran dan tanggung
jawab terhadap kondisi pengelolaan lingkungan, baik lingkungan fisik, lingkungan biologis, maupun lingkungan sosial. Pengelolaan lingkungan tidak hanya sekedar
mengatur lingkungan sekitar, tetapi termasuk mengatur dan mengendalikan
16 berbagai kegiatan manusia . Hal ini diharapkan agar pengelolaan lingkungan dapat
berlangsung dan berdampak pada lingkungan sekitar. Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis
lingkungan yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang. Pendidikan yang disampaikan di lingkungan sekolah akan lebih efektif menyentuh dan melekat pada
diri peserta didik. Penanaman kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungannya di sekolah dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar
yang bermuatan pendidikan lingkungan hidup. Selain itu, sekolah juga dapat menciptakan lingkungan yang asri dan tentunya ditunjang dengan fasilitas sekolah.
Pendidikan lingkungan hidup di lingkungan sekolah merupakan modal dasar bagi pembentukan etika lingkungan pada lintas generasi Mulyana, 2009: 175.
Pendidikan lingkungan hidup diperlukan untuk mengelola sumber daya alam secara bijaksana. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan
generasi yang akan datang, maka diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau perilaku yang membuat sumber daya alam tetap dapat dimanfaatkan secara
lestari atau dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Naim 2012: 200 mengungkapkan bahwa peduli lingkungan menjadi nilai
yang penting untuk dikembangkan karena manusia berkarakter adalah manusia yang peduli terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Manusia perlu menyadari bahwa dirinya adalah bagian yang tidak dapat terlepas dari lingkungan sekitar dan mereka berkewajiban untuk melestarikan
lingkungannya. Jika mereka tidak menjaga lingkungan tetap asri, maka ancaman bencana karena kerusakan lingkungan dapat terjadi.
17 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter
peduli lingkungan perlu diterapkan untuk melestarikan lingkungan sekitar dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan di waktu mendatang. Selain itu,
pendidikan karakter peduli lingkungan diterapkan untuk mencapai tujuan pendidikan karakter.
3. Tujuan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Penyelenggaraan pendidikan karakter tentu memiliki tujuan yang ingin dicapainya. Pendidikan karakter yang ditanamkan melalui pendidikan di sekolah
diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pernyataan di atas sudah jelas bahwa adanya pendidikan karakter ini tidak lain adalah untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik dengan
karakter yang sesuai berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sternberg Saptono, 2011: 24 menyatakan bahwa setidaknya ada empat alasan
mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu menjadikan dirinya sebagai tempat terbaik dalam menerapkan pendidikan karakter. Keempat alasan tersebut
adalah sebagai berikut. a
Banyak keluarga yang tidak melaksanakan pendidikan karakter b
Sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapi juga anak yang baik
18 c
Kecerdasan anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan d
Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekedar tugas tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada perannya
sebagai seorang guru. Dari keempat alasan itulah mengapa sekolah perlu menerapkan pendidikan
karakter. Penerapan pendidikan karakter di sekolah tentunya memiliki tujuan yang baik. Menurut Kesuma 2011: 9 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan karakter
di sekolah adalah sebagai berikut. a
Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. Tujuan pertama pendidikan karakter ini berfungsi untuk memfasilitasi
penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik di sekolah maupun setelah lulus. Hal ini memiliki makna bahwa
pendidikan di sekolah bukan hanya berhubungan terhadap nilai, namun suatu proses agar siswa memahami dan merefleksikan pentingnya mewujudkan nilai-nilai dalam
perilaku sehari-hari. Lulusan dari sekolah juga akan memiliki perilaku khas sebagaimana nilai yang dijadikan rujukan dalam sekolah tersebut. Sebagai contoh,
jika sekolah menanamkan karakter peduli lingkungan, maka harapannya setelah lulus dari sekolah tersebut siswa memiliki karakter mencintai lingkungan dan
menjaga lingkungannya dengan baik. b
Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
19 Tujuan kedua pendidikan karakter ini dengan mengoreksi perilaku siswa yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki sasaran untuk
memperbaiki perilaku negatif anak untuk menjadi positif. Misalnya jika ada anak yang masih memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan maka sebagai
pendidik perlu memperbaiki karakter siswa dengan berbagai kegiatan yang menarik.
c Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab karakter bersama. Tujuan ketiga pendidikan karakter ini bermakna bahwa karakter di sekolah
perlu dihubungkan dengan proses pendidikan yang terjadi di keluarga. Penanaman pendidikan karakter tentu akan kurang maksimal jika hanya diterapkan di sekolah,
sedangkan orangtua di rumah tidak ikut serta dalam menanamkan karakter. Pendidikan karakter yang berhasil adalah pendidikan karakter yang diterapkan baik
di rumah maupun di sekolah. Anak akan memiliki sikap yang mencerminkan nilai dan norma kehidupan sehari-hari.
Narwanti 2011: 17 menjelaskan bahwa inti dari tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
Untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan yakni untuk menciptakan karakter anak
sesuai dengan nilai dan norma kehidupan sehari-hari yang tercermin dengan sikap
20 anak dalam mencintai lingkungan dan melindungi lingkungan sekitar dari
kerusakan. Jika anak mendapatkan pendidikan karakter sejak dini sesuai tahap perkembangan karakter, anak akan memiliki karakter yang baik sesuai nilai dan
norma kehidupan. 4.
Tahap-Tahap Perkembangan Karakter Peduli Lingkungan Lickona 2014: 72-87 menjabarkan bahwa karakter seseorang terbentuk dari
tiga bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Berikut penjelasan masing-masing bagian beserta komponen
pembentuknya. a.
Pengetahuan Moral 1
Kesadaran moral Anak-anak seringkali bertindak tanpa memikirkan apakah yang mereka
lakukan baik dan benar atau tidak. Mereka cenderung tidak mempertimbangkan lebih jauh apa yang akan mereka lakukan. Padahal anak seharusnya mengetahui
bahwa tanggungjawab moral pertama mereka yaitu menggunakan akal pikiran mereka untuk mempertimbangkan kapan suatu situasi membutuhkan penilaian
moral kemudian memikirkan dengan cermat apakah yang benar untuk tindakan tersebut. Anak-anak juga perlu mendapatkan informasi tentang tindakan yang baik
dan benar dalam menjaga lingkungan sehingga mereka memiliki pengetahuan. Maka dari itu diperlukan suatu upaya dalam memberikan informasi seperti melalui
pendidikan karakter peduli lingkungan dengan mengajarkan dan mendidik siswa cara memastikan tindakan-tindakan yang benar yang menunjukkan peduli
21 lingkungan terlebih dahulu sebelum membuat pertimbangan untuk tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh dirinya. 2
Pengetahuan nilai-nilai moral Mengetahui nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam
berbagai situasi. Pendidikan karakter peduli lingkungan membantu anak-anak dalam menerjemahkan nilai-nilai abstrak mengenai peduli lingkungan ke dalam
perilaku moral secara konkret yang kaitannya dengan aktivitas mereka. 3
Pengambilan perspektif Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang
orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang lain, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi dan merasa. Tujuan mendasar dari
pendidikan karakter seharusnya membantu siswa untuk merasakan dunia dari sudut pandang orang lain. Jika mengambil perspektif, anak akan merasakan repson orang
lain terhadap keadaan lingkungan sekitar seperti kepeduliannya terhadap lingkungan.
4 Penalaran moral
Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa kita harus bermoral. Penalaran moral dalam hal peduli lingkungan berarti
anak mampu memahami mengapa manusia perlu peduli terhadap keadaan lingkungan sekitar.
5 Pengambilan keputusan
Keterampilan mengambil keputusan berarti mampu memikirkan langkah yang mungkin diambil saat menghadapi permasalahan moral. Jika dikaitkan dengan
22 peduli lingkungan, seseorang yang mampu mengambil keputusan dapat
menganalisa apa saja pilihan yang ada. Misalnya anak perlu mencuci tangan sebelum makan atau tidak, apakah harus membuang sampah sembarangan atau di
tempat sampah, dan lain sebagainya. Selain itu, anak akan memikirkan konsekuensi yang akan terjadi dari pilihan yang ada. Misalnya jika ia membuang sampah
sembarangan, anak dapat mendeteksi apa yang akan terjadi. 6
Memahami diri sendiri Pemahaman terhadap diri sendiri sangat penting bagi pengembangan karakter
karena untuk menjadi orang yang berkarakter diperlukan kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Membangun pemahaman
diri berarti sadar terhadap kekuatan dan kelemahan karakter kita dan mengetahui cara untuk memperbaikinya.
b. Perasaan Moral
1 Hati nurani
Hati nurani memiliki dua sisi yaitu sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi kognitif menuntun kita dalam menentukan hal yang benar, sedangkan sisi
emosional menjadikan merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar. Banyak orang yang mengetahui hal yang benar tetapi merasa tidak berkewajiban
berbuat sesuai pengetahuannya. Seseorang yang memiliki hati nurani akan merasa bersalah konstruktif apabila tidak melakukan apa yang dikatakan wajib oleh
hatinya.
23 2
Penghargaan diri Seseorang yang memiliki penghargaan diri yang baik akan dapat menghargai
dirinya sendiri, sehingga menghormati dirinya sendiri pula. Penghargaan diri yang baik akan membuat seseorang tidak bergantung pada pendapat orang lain. Jika anak
memperlakukan kehidupan dan pribadi sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka termasuk menghargai seluruh jaringan kehidupan yang melarang kita menganiaya
hewan, bertindak peduli lingkungan dan ekosistem. 3
Empati Empati adalah kemampuan mengenali dan merasakan keadaan yang dialami
orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif. Tugas pendidik yaitu membangun empati yang digeneralisasikan yang mampu melihat
sampai ke balik perbedaan dan merespon pada sesama manusia. 4
Mencintai kebaikan Mencintai kebaikan berarti memiliki ketertarikan murni yang tidak dibuat-
buat untuk melakukan kebaikan. Seseorang yang berkarakter peduli lingkungan tidak hanya belajar membedakan antara yang baik dan buruk dalam bertindak
terhadap lingkungan, tetapi akan mencintai perbuatan peduli lingkungan dan membenci perbuatan tidak peduli lingkungan. Jika seseorang mencintai
lingkungan, dia akan merasakan senang dalam melakukan kegiatan peduli lingkungan.
5 Kontrol diri
Emosi dapat menghanyutkan akal, sehingga kontrol diri sangat penting. Kita memang tidak ingin bersikap etis setiap saat, namun adanya kontrol diri akan
24 membantu kita untuk bersikap etis di saat kita sedang tidak menginginkannya.
Terkadang seseorang merasa ingin membuang sampah sembarangan, membiarkan ruangan kotor, malas mencuci tangan, dan menebang pohon sembarangan. Namun
untuk mengendalikan hal-hal tersebut perlu kontrol diri yang kuat. 6
Kerendahan hati Kerendahan hati merupakan bagian dari pemahaman diri, suatu bentuk
keterbukaan hati yang tulus terhadap kebenaran untuk memperbaiki kesalahan kita. Kerendahan hati membantu kita mengatasi kesombongan dan melindungi dari
berbuat jahat. Perasaan rendah hati terhadap pencipta alam dan lingkungan diharapkan mampu meredam kesombongan individu dan melindungi seseorang
untuk bertindak merusak lingkungan. c.
Tindakan Moral 1
Kompetensi Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan
moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Seseorang yang memiliki kompetensi moral peduli lingkungan akan memiliki kemampuan melaksanakan tindakan peduli
lingkungan, misalnya melaksanakan merawat tanaman, piket kelas, kerja bakti, serta menghemat air dan sumber energi lainnya.
2 Kehendak
Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal. Selain itu, juga untuk melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh
dimensi moral. Kehendak dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban, bukan kesenangan dan merupakan inti keberanian moral. Seseorang yang memiliki
25 kehendak untuk peduli terhadap lingkungan akan melakukan tindakan peduli
lingkungan karena ia sadar dan merasa berkewajiban menjaga lingkungan. 3
Kebiasaan Kebiasaan merupakan faktor pembentuk moral. Seseorang yang sudah
terbiasa sering menentukan “pilihan yang benar” secara tidak sadar. Oleh karena itu, dalam implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan anak-anak
membutuhkan banyak kesempatan untuk membangun kebiasaan peduli lingkungan serta banyak berlatih untuk menjadi orang yang peduli lingkungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam perkembangan pendidikan karakter pendidikan lingkungan seseorang
terbentuk dari tiga bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.
5. Pengembangan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah
Kemendiknas 2010: 15 mengungkapkan bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah,
guru, tenaga pendidik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum sekolah. Pendapat serupa dikemukakan oleh Hasan
Sukemi, 2012: 356 yang menegaskan bahwa strategi implementasi pendidikan karakter dalam seting sekolah merupakan suatu kesatuan dari program manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum oleh setiap sekolah. Penanaman karakter
peduli lingkungan pada peserta didik dapat dilaksanakan melalui pengembangan sikap yang diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran. Kemendiknas 2010: 15
26 mengemukakan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa
dilaksanakan melalui: a.
Program Pengembangan Diri Pada program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendididikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari di sekolah melalui hal-hal berikut.
1 Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus- menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin sekolah merupakan implementasi
karakter peduli lingkungan. Kegiatan rutin sekolah bisa berupa kegiatan kebersihan diri sendiri seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci tangan dengan
sabun setelah buang air, menggosok gigi, memotong rambut dan kuku secara
berkala dan mencuci rambut dengan shampo.
2 Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga pendidik yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Kegiatan spontan yang dilakukan bisa berupa teguran
maupun nasehat. 3
Keteladanan Keteladanan adalah perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan tenaga
pendidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.
27 Keteladanan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dengan memberikan contoh
perilaku yang mencerminkan perilaku peduli lingkungan. Bentuk keteladanan yang dilakukan misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras,
bertutur kata sopan, serta merawat dan membersihkan lingkungan sekolah. 4
Pengkondisian Pengkondisian merupakan usaha sekolah untuk mendukung penanaman dan
pelaksanaan karakter peduli lingkungan. Pengkondisian yang dilakukan oleh sekolah diantaranya berupa penyediaan fasilitas kebersihan yang memadai,
penyediaan toilet yang bersih, tempat sampah yang diletakkan di tempat yang strategis dan dilengkapi dengan pemisahan jenis sampah, penyediaan tempat cuci
tangan, tempat pembuangan sampah, serta taman dan kolam sekolah sebagai cerminan dari sanitasi sekolah yang baik.
b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran
Kemendiknas 2010: 18 menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dalam pengintegrasian dalam
mata pelajaran, tidak terkecuali pendidikan karakter peduli lingkungan. Pengintegrasian pendidikan karakter peduli lingkungan dalam mata pelajaran dapat
dilakukan melalui hal-hal berikut ini. 1
Mengkaji Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD pada Standar Isi SI untuk menentukan nilai pendidikan karakter peduli
lingkungan sudah tercakup didalamnya. 2
Memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan yang
dikembangkan. 3
Mencatumkan nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter peduli lingkungan pada silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran RPP.
4 Mencantumkan kegiatan peduli lingkungan dalam mata pelajaran muatan
lokal sekolah.
28 5
Mengembangkan proses pembelajaran yang aktif, sehingga peserta didik dapat secara langsung mempraktikan nilai atau perilaku peduli lingkungan.
6 Menyelenggarakan lomba kebersihan lingkungan antar kelas pada event-
event tertentu. 7
Pemberian penghargaan kepada sisiwa yang peduli lingkungan. c.
Budaya Sekolah Kemendiknas 2010: 19 menyatakan bahwa budaya sekolah adalah suasana
kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah, guru, dan warga sekolah yang lain. Wibowo 2012: 93 juga mengutarakan
bahwa kultur atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku,
maupun simbol serta slogan khas identitas mereka. Budaya sekolah dapat membantu sekolah untuk menanamkan karakter peduli lingkungan melalui
pembiasaan-pembiasaan berperilaku peduli terhadap lingkungan. Marijan 2012: 257-258 menyebutkan bahwa sekolah hendaknya membangun budaya berkarakter
dengan strategi sebagai berikut. 1
Menyusun program praktik pendidikan karakter di sekolah sebagai perilaku yang dibiasakan.
2 Memberikan ruang dan kesempatan kepada warga sekolah untuk
mengekspresikan perilaku-perilaku yang berkarakter baik. 3
Guru tak henti-hentinya memberikan motivasi untuk mengembangkan karakter yang baik, motivasi mencintai karakter baik dan motivasi
melakukan aksi berkarakter baik. 4
Memperkuat kondisi sebagai wahana terlaksananya praktik pembiasaan bertindak sebagaimana karakter yang diharapkan dengan menerapkan
reward dan sanksi yang tegas. 5
Kepala sekolah, guru dan segenap tenaga kependidikan senantiasa memberikan tauladan sebagai kiblat peserta didik dalam bertindak pada rel
pendidikan karakter.
Berdasarkan landasan teori, budaya sekolah merupakan usaha sekolah untuk membudayakan berperilaku yang mencerminkan peduli lingkungan melalui
29 program-program yang disusun sekolah, memberi motivasi berupa pujian dan
hukuman, serta dengan memberi ruang dan fasilitas untuk mengimplementasikan nilai karakter peduli lingkungan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan pendidikan karakter peduli lingkungan di sekolah dapat diimplementasikan melalui program pengembangan diri,
pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. 6.
Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Pelaksanaan pendidikan karakter sebagai suatu program memerlukan
indikator sebagai tolok ukur keberhasilan. Kemendiknas telah menetapkan indikator untuk mengetahui bahwa suatu sekolah telah melaksanakan proses
pendidikan yang mengembangkan budaya dan karakter. Kedua indikator itu adalah indikator sekolah dan kelas serta indikator mata pelajaran. Indikator sekolah dan
kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai
lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa Kemendiknas, 2010: 23.
Indikator tersebut berkaitan dengan kegiatan sekolah yang telah diprogramkan dan kegiatan rutin sekolah disetiap hari. Indikator mata pelajaran
menggambarkan perilaku afektif siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran. Indikator tersebut dirumuskan dalam bentuk perilaku siswa di kelas dan dan
lingkungan sekolah yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika siswa melakukan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan siswa, jawaban yang
30 diberikan oleh siswa terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan siswa dalam
laporan dan pekerjaan rumah. Berdasarkan kedua indikator di atas, maka indikator dari Kemendiknas yang
berkaitan dalam penelitian ini adalah indikator sekolah dan kelas yang berhubungan dengan penerapan suatu program di sekolah. Adapun indikator sekolah untuk nilai
peduli lingkungan Kemendiknas, 2010: 29 adalah sebagai berikut: 1
pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah, 2
tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan, 3
menyediakan kamar mandi dan air bersih, 4
pembiasaan hemat energi, 5
membuat biopori di area sekolah, 6
membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik, 7
melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik, 8
penugasan pembuatan kompos dari sampah organik, 9
penanganan limbah hasil praktik, 10
menyediakan peralatan kebersihan, 11
membuat tandon penyimpanan air, dan 12
memrogramkan cinta bersih lingkungan. Sementara itu, indikator kelas untuk nilai peduli lingkungan Kemendiknas,
2010: 29 adalah sebagai berikut: 1
memelihara lingkungan kelas, 2
tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas, 3
pembiasaan hemat energi, dan 4
memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan.
Penanaman karakter peduli lingkungan yang dilakukan oleh sekolah perlu disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Setiap jenjang pendidikan tentunya
memiliki indikator yang berbeda dan disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar, perkembangan peserta didik
dibagi menjadi dua yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas 1, 2, dan 3, sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas 4, 5, dan 6. Adapun
31 indikator yang harus dicapai dalam penanaman pendidikan karakter peduli
lingkungan Daryanto dan Darmiatun, 2013 : 150 pada kelas rendah adalah sebagai berikut:
1 buang air besar dan kecil di wc,
2 membuang sampah di tempatnya,
3 membersihkan halaman sekolah,
4 tidak memetik bunga di taman sekolah,
5 tidak menginjak rumput di taman sekolah, dan
6 menjaga kebersihan rumah.
Indikator yang harus dicapai dalam penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan pada kelas tinggi adalah sebagai berikut:
1 membersihkan wc,
2 membersihkan tempat sampah,
3 membersihkan lingkungan sekolah,
4 memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman,
5 ikut memelihara taman di halaman sekolah, dan
6 ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan.
B. Kajian Tentang Implementasi Program Hidroponik