69 b.
Misi Sekolah Misi SD Negeri Gedongkiwo adalah sebagai berikut.
1 Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2 Meningkatkan profesionalisme dan keteladanan
3 Mengoptimalkan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan dan
memaksimalkan narasumber yang ada 4
Menciptakan lingkungan sekolah menjadi hijau bersih menyenangkan
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Adapun deskripsi hasil penelitian ini adalah penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan di SD Negeri Gedongkiwo yang dijabarkan melalui program
hidroponik pada tahap persiapan, persemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan, serta karakter peduli lingkungan yang ditanamkan
melalui program hidroponik. 1.
Tahap Persiapan Hidroponik a.
Perencanaan Penanaman Peduli Lingkungan pada program hidroponik Hasil penelitian mengenai perencanaan penanaman peduli lingkungan pada
program hidroponik dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil observasi mengenai papan Visi dan Misi sekolah yang berkaitan
dengan peduli lingkungan, peneliti menemukan papan Visi dan Misi yang dipajang di tembok ruang Kepala Sekolah, di depan ruang Kepala Sekolah, di tembok ruang
guru, di depan ruang guru, dan di tembok ruang kelas VI A. Papan visi dan misi sekolah diletakan di berbagai tempat yang stategis agar semua warga sekolah dan
70 pengunjung yang datang dapat membaca visi dan misi sekolah dengan jelas. Berikut
merupakan dokumentasi papan visi dan misi SD Negeri Gedongkiwo.
Gambar 3. Papan Visi dan Misi sekolah yang berada di depan
ruang Kepala Sekolah. Gambar 4. Papan Visi dan Misi
sekolah yang berada di depan ruang guru.
Pada dokumentasi berupa gambar di atas, terlihat jelas bahwa sekolah memiliki visi dan misi yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Dokumentasi
yang didapat oleh peneliti tidak hanya berupa dokumentasi gambar, namun peneliti juga menemukan dukumentasi sekolah berupa surat keputusan. Surat Keputusan
yang didapat oleh peneliti adalah Surat Keputusan tentang Perubahan Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah lampiran 15. Surat Keputusan ini telah mengalami perubahan
visi dari “Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo yang unggul dalam Imtaq dan Iptek
yang berwawasan lingkungan ” menjadi “Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo
yang unggul dalam Imtaq dan Iptek yang berwawasan lingkungan dan berbudaya ”.
Penambahan berbudaya ini menguatkan visi agar warga sekolah tidak hanya berwawasan lingkungan namun memiliki budaya lingkungan.
Adapun hasil observasi dan dokumentasi mengenai visi dan misi sekolah yang berkaitan dengan peduli lingkungan ini diperkuat dengan hasil wawancara
dari beberapa sumber. Menurut Dj selaku admin sekolah, sekolah memiliki visi dan
71 misi yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Namun sayangnya admin sekolah
tidak hafal dengan bunyi visi dan misi dari SD Negeri Gedongkiwo. Pendapat mengenai visi dan misi sekolah tersebut diperkuat dengan hasil wawancara Mz
siswa kelas V B yang mengungkapkan bahwa siswa tahu visi dan misi sekolah mengenai peduli lingkungan yaitu unggul dalam Imtek dan Iptek dalam wawasan
lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, SD Negeri Gedongkiwo memiliki visi dan misi sekolah yang berkaitan dengan peduli lingkungan.
Kemudian peneliti juga melakukan wawancara mengenai alasan pemilihan program hidroponik dalam rangka pendidikan karakter peduli lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan admin sekolah, program hidroponik dipilih oleh SD Negeri Gedongkiwo karena sekolah ditunjuk oleh Disperindagkoptan
untuk menjadi pelopor sekolah hidroponik. Selain itu sekolah merupakan sekolah berbasis adiwiyata dan sudah mencapai tingkat provinsi.
Pernyataan admin sekolah di atas sesuai dengan pernyataan Um selaku guru pendamping program hidroponik. Um mengatakan bahwa Disperindagkoptan
menunjuk sekolah untuk menerapkan program hidroponik. Hal ini dipilih karena sekolah telah menjadi sekolah Adiwiyata Provinsi. Maka dapat dikatakan bahwa
alasan pemilihan program hidroponik dalam rangka peduli lingkungan ini karena sekolah ditunjuk oleh Disperindagkoptan untuk mengenalkan hidroponik pada
siswa. Hasil wawancara dengan Dj mengenai tujuan diterapkannya program
hidroponik yakni agar siswa menjadi tahu bahwa bercocok tanam tidak selamanya menggunakan tanah, namun dapat menggunakan media pengganti tanah lainnya.
72 Hal tersebut diperkuat dengan pendapat An selaku guru pendamping program
hidroponik yang menyatakan bahwa program hidroponik diterapkan agar anak- anak menjadi lebih menyukai menanam, tahu cara merawat tanaman, dan bisa
mengelola lahan dengan baik. Dengan demikian, penerapan program hidroponik bertujuan agar siswa dapat bercocok tanam, merawat tanaman, dan menciptakan
lingkungan sekolah yang asri dan hijau. Pelaksanaan program hidroponik diterapkan pada siswa kelas tinggi,
khususnya kelas IV dan V. Hal ini sesuai dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa sasaran dari program hidroponik adalah anak-anak dan kelas yang rutin
melakukan hidroponik adalah kelas IV dan V. Pada umumnya, anak-anak kelas IV dan V tahu bahwa program hidroponik ini diterapkan dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan terutama sebagai sekolah hidroponik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Um yang mengatakan bahwa kebanyakan siswa tahu jika program
hidroponik diterapkan dalam rangka peduli lingkungan. Namun menurut Dj hanya ada sebagian saja yang mengetahui hal tersebut.
Program hidroponik memiliki nilai-nilai peduli lingkungan yang dapat diterapkan kepada siswa. Hasil wawancara dengan Dj mengungkapkan bahwa
sebenarnya sekolah mengharapkan siswa peduli terhadap tumbuhan hidroponik yang ditanamnya. Pihak sekolah mengharapkan siswa untuk rajin menyiram,
memberi pupuk, dan mengecek secara berkala. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Ay selaku siswa kelas IV B yang mengatakan bahwa melalui hidroponik
ini dirinya berharap dapat merawat tanaman yang dimiliki, merasakan panen sendiri, dan dapat menambah udara segar. Berdasarkan hasil penelitian di atas,
73 nilai-nilai pendidikan karakter peduli lingkungan yang ingin diterapkan oleh
sekolah melalui program hidroponik ini adalah siswa dapat merawat tanaman dan peduli terhadap lingkungan.
Sekolah mengenalkan program hidroponik kepada siswa melalui guru yang ditunjuk sebagai pendamping dalam bercocok tanam hidroponik. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru pendamping, sekolah mengenalkan langkah-langkah hidroponik melalui gambar-gambar hidroponik, kemudian guru memberikan
contoh, dan siswa praktek dari persiapan hingga pemanenan. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara siswa bahwa guru pendamping mengajarkan
langkah-langkah hidroponik seperti persiapan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Berdasarkan wawancara dari Dj, program
hidroponik biasanya dilakukan di setiap awal semester, namun khusus untuk kelas IV A sering merawat hidroponik di setiap minggunya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, perencanaan program hidroponik dalam rangka peduli lingkungan yang diterapkan untuk kelas IV dan V ini benar-benar
direncanakan oleh sekolah. Selain itu, sekolah mengharapkan siswa dapat merawat tanaman dengan baik dan peduli dengan lingkungan sekitar.
b. Persiapan Bercocok tanam Hidroponik
Pada persiapan bercocok tanam hidroponik ini peneliti menggali informasi mengenai lokasi hidroponik, media tanam, teknik, wadah, benih, serta alat dan
bahan hidroponik yang digunakan oleh sekolah. Untuk menggali informasi- informasi di atas, peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
74 Berdasarkan hasil observasi, lokasi hidroponik berada di depan ruang Kepala
Sekolah dan di depan ruang kelas IV, V, dan VI. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa hidroponik pot berbotol air mineral di
tempatkan di depan kelas tinggi dan pot berparalon berada di depan kantor kepala sekolah.
Gambar 5. Lokasi hidroponik yang berada di depan ruang kelas IV, V,
dan VI. Gambar 6. Lokasi hidroponik yang
berada di depan ruang Kepala Sekolah.
Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, maka peneliti menambahkan dokumentasi seperti gambar di atas. Pada gambar 5 menunjukan
bahwa tanaman hidroponik berada di lantai atas dimana lantai kedua ini terdapat ruang kelas IV sampai dengan kelas VI. Pada gambar 6 menunjukan bahwa
tanaman hidroponik berada di depan sebuah ruangan. Ruangan tersebut adalah ruang Kepala Sekolah yang berada di lantai bawah. Maka berdasarkan hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa tanaman hidroponik terletak di depan ruang Kepala Sekolah dan depan ruang kelas IV, V,
dan VI. Berdasarkan hasil observasi mengenai media tanam, sekolah menggunakan
arang sekam, kerikil, dan arang sebagai pengganti tanah. Media tanam berupa arang
75 sekam dapat ditemukan di tanaman hidroponik yang berada di depan ruang Kepala
Sekolah dan depan ruang kelas IV, V, dan VI. Media tanam berupa kerikil dan arang dapat ditemukan di tanaman hidroponik yang berada di depan ruang kelas IV, V,
dan VI. Hal ini diperkuat dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa media tanam yang pernah digunakan adalah arang sekam dan spons. Kemudian karena
perkembangan tanaman melalui spons kurang memuaskan, akhirnya sekolah lebih memilih arang sekam dan tidak menggunakan lagi media spons. Hal ini juga
diperkuat dengan pernyataan guru pendamping An yang menyatakan bahwa arang sekam lebih bagus dibandingkan dengan media spons. Disisi lain, hasil wawancara
siswa disimpulkan bahwa media tanam yang pernah digunakan oleh sekolah yaitu arang sekam, kerikil, dan arang.
Gambar 7. Media tanam kerikil, arang sekam dan arang.
Untuk membuktikan bahwa media tanam yang digunakan sekolah adalah arang sekam, kerikil, arang, dan spons maka peneliti membuktikan dengan hasil
dokumentasi seperti gambar 7 di atas. Dokumentasi di atas merupakan dokumentasi pot hidroponik yang berisi kerikil, arang sekam, dan spons. Pot sebelah kiri
merupakan pot dengan media tanam berupa kerikil, sedangkan pot sebelah kanan berisi arang sekam dan arang. Namun peneliti tidak menemukan media tanam
76 berupa spons. Berdasarkan hasil penelitian di atas, media tanam yang pernah
digunakan oleh sekolah adalah arang sekam, spons, kerikil, dan arang. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa tanaman hidroponik
yang berada di lantai 2 menggunakan teknik sumbu. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan pot hidroponik yang diletakan di atas botol plastik bekas yang berisi
air. Begitu pula dengan tanaman hidroponik yang berada di depan ruang Kepala Sekolah diletakan di atas paralon berlubang yang berisi air. Hasil observasi tersebut
dibuktikan dengan dokumentasi pada gambar 8 dan 9 di bawah ini yang menunjukan bahwa pot hidroponik ditempatkan di atas botol yang berisi air. Namun
sayangnya hasil wawancara dengan Dj tidak mengetahui istilah teknik sumbu. Dj hanya mendeskripsikan bahwa pot ditempatkan di atas botol yang berisi air. Maka
dapat dikatakan bahwa teknik hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah teknik sumbu. Berikut ini dokumentasi mengenai teknik sumbu.
Gambar 8. Teknik sumbu pada tanaman hidroponik di depan
ruang Kepala Sekolah. Gambar 9. Teknik sumbu pada
tanaman hidroponik di depan ruang kelas IV, V, dan VI.
Berdasarkan hasil observasi, wadah pembibitan yang digunakan oleh sekolah adalah pot dan bagian leher dari botol plastik bekas. Namun sebagian besar
menggunakan pot kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Hn siswa kelas V A yang
77 mengatakan bahwa dirinya diajari oleh guru pendamping untuk menggunakan pot
dan bagian leher dari botol bekas yang diukur 5 cm dari tutup ketika melakukan melakukan pembibitan. Untuk memperkuat informasi tersebut, maka berikut ini
merupakan dokumentasi dari wadah pembibitan yang digunakan oleh sekolah.
Gambar 10. Wadah pembibitan berupa pot .
Gambar 11. Wadah pembibitan berupa bagian leher dari botol
plastik bekas.
Pada dokumentasi gambar 10 terlihat jelas bahwa pot kecil digunakan untuk tanaman hidroponik. Pada dokumentasi gambar 11 juga terlihat jelas bahwa bagian
leher dari botol plastik bekas digunakan untuk tanaman hidroponik. Maka dapat dikatakan bahwa wadah pembibitan dari program hidroponik ini menggunakan pot
dan bagian leher dari botol plastik bekas.
Gambar 12. Lidah buaya, salah satu tanaman hidroponik di sekolah.
78 Persiapan program hidroponik tidak terlepas dari benih tanaman yang akan
ditanam oleh sekolah. Berdasarkan tanaman hidroponik yang ditemukan di sekolah melalui hasil observasi, peneliti menemukan berbagai tanaman seperti cabai,
bawang merah, bawang putih, lidah buaya, brokoli, sawi, kacang panjang, kacang hijau, bawang bombay, mentimun, selada, sawi hijau, dan paprika. Untuk
memperjelas nama tanaman yang ditanam oleh sekolah, peneliti melakukan wawancara dengan berbagai sumber. Adapun hasil wawancara dari siswa
menyatakan bahwa benih yang ditanam adalah kacang hijau, timun, tomat, selada, bawang bombay, paprika, sawi putih, terong, melon, kacang hijau, seledri, stroberi,
bawang merah, dan bawang putih. Pada hasil dokumentasi gambar 12 juga diketahui bahwa tanaman lidah buaya merupakan salah satu tanaman yang ditanam
oleh sekolah. Selain itu paprika, kacang hijau, dan sawi pernah ditanam oleh sekolah. Maka dapat dikatakan bahwa benih tanaman yang pernah ditanam oleh
sekolah adalah bayam, kangkung, selada, cabai, paprika, terong, sawi, selada merah, bawang merah, bawang putih, kacang hijau, sawi sendok, timun, tomat,
selada, bawang bombay, melon, seledri, dan stroberi. Persiapan hidroponik mengenai alat dan bahan ditemukan melalui hasil
wawancara. Dj menyatakan bahwa alat-alat disiapkan dari sekolah, namun untuk barang bekas jika di sekolah tidak ada maka dibawa dari rumah. Hal ini juga
diperkuat dengan hasil kesimpulan dari wawancara siswa bahwa sekolah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam bercocok tanam hidroponik.
Maka dapat dikatakan bahwa alat dan bahan untuk program hidroponik disiapkan oleh sekolah.
79 2.
Tahap Persemaian dan Pembibitan Hidroponik Pada tahap persemaian dan pembibitan hidroponik ini, peneliti menggali
informasi pendidikan karakter peduli lingkungan melalui observasi dan wawancara. Peneliti tidak menemukan dokumentasi mengenai tahap persemaian dan
pembibitan. a.
Persemaian Berdasarkan hasil observasi, proses persemaian yang berkaitan dengan peduli
lingkungan dilakukan oleh guru pendamping dan siswa. Siswa mengisi air secukupnya ke dalam gayung melalui selang, kemudian guru merendam benih ke
dalam air dalam gayung. Setelah itu siswa mendapatkan benih yang telah disemai oleh guru pendamping. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Hn yang
menyatakan bahwa guru pendamping An merendam benih yang nantinya ditanam oleh siswa. Guru juga memberitahu bahwa dalam merendam benih hanya
membutuhkan air yang sedikit. Disisi lain, peneliti tidak menemukan dokumentasi sekolah mengenai proses persemaian. Maka dari itu, berdasarkan hasil observasi
dan wawancara dapat dikatakan bahwa proses persemaian yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan menggunakan air secukupnya ketika
merendam benih yang dimasukan ke dalam gayung.
b. Pembibitan
Berdasarkan hasil observasi, proses pembibitan yang berkaitan dengan peduli lingkungan tidak ditemukan oleh peneliti. Ketika peneliti berada di lapangan,
peneliti hanya melihat proses persemaian yang dilakukan oleh guru dan siswa kemudian mereka langsung menuju tahap penanaman. Namun berdasarkan hasil
80 wawancara dengan Dj mengungkapkan bahwa pembibitan dilakukan oleh guru
pendamping, sedangkan siswa hanya mendapatkan bibit yang telah disemai oleh guru pendamping tersebut. Bibit tersebut merupakan bibit yang telah tumbuh
dengan tinggi sekitar 3 cm. Hal tersebut juga diperkuat dengan kesimpulan dari hasil wawancara guru pendamping yang menyatakan bahwa siswa menggunakan
media tanam dan air secukupnya dalam melakukan pembibitan, namun biasanya guru menerapkan hidroponik dari persemaian langsung ke penanaman tanpa
pembibitan. Peneliti juga tidak menemukan dokumentasi sekolah mengenai proses pembibitan. Maka dapat disimpulkan bahwa proses pembibitan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan dilakukan dengan menggunakan media tanam dan air secukupnya, namun biasanya sekolah tidak menerapkan proses pembibitan.
3. Tahap Penanaman Hidroponik
Pada tahap penanaman ini, peneliti menggali informasi mengenai proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Berdasarkan hasil observasi
di lapangan, proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan oleh siswa dengan cara menanam bibit ke dalam pot yang berisi media tanam
secukupnya. Kemudian siswa menyiram pot tersebut dengan air secukupnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara guru pendamping Um bahwa guru pendamping
meminta siswa untuk menyiram tanaman yang telah ditanam dengan air secukupnya. Tidak hanya itu, kesimpulan dari hasil wawancara dengan siswa juga
menyatakan bahwa guru pendamping mengingatkan siswa untuk membuang sisa pembuatan instalasi ke tempat sampah, kemudian siswa diminta untuk mengisi air
secukupnya pada instalasi hidroponik, menambahkan arang sekam seperlunya ke
81 dalam pot, dan menyiram tanaman dengan air secukupnya. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara tercermin bahwa siswa menggunakan air dan media tanam secukupnya ketika melakukan proses penanaman.
Gambar 13. Proses penanaman hidroponik.
Untuk memperkuat hasil penelitian di atas, maka peneliti menambahkan data berupa dokumentasi seperti gambar 13 di atas. Gambar di atas terlihat bahwa guru
pendamping bersama siswa sedang melakukan proses penanaman dengan mengisi media tanam ke dalam pot dan menambahkan bibit ke dalam media tanam tersebut.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi maka dapat dikatakan bahwa proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan
dengan menggunakan air secukupnya pada instalasi hiroponik, menambah media tanam secukupnya, dan menyiram tanaman dengan air secukupnya.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa instalasi hidroponik yang digunakan di lantai 2 terbuat dari botol plastik bekas yang dipotong,
sedangkan instalasi hidroponik di depan ruang Kepala Sekolah terbuat dari paralon. Maka dapat dikatakan bahwa instalasi yang digunakan oleh sekolah adalah botol
plastik bekas dan paralon. Hal ini juga sesuai hasil wawancara guru pendamping yang menyatakan bahwa instalasi hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah
82 botol bekas dari air mineral dan paralon. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
merupakan hasil dokumentasi mengenai instalasi hidroponik.
Gambar 14. Instalasi hidroponik berupa paralon.
Gambar 15. Instalasi hidroponik berupa pot.
Pada gambar 14 menunjukan bahwa terdapat instalasi hidroponik berupa paralon yang diletakan di depan ruang Kepala Sekolah. Instalasi paralon ini
menampung air dan larutan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Begitu pula pada gambar 15 terlihat bahwa tanamaan hidroponik menampung air
melalui botol plastik bekas yang berisi air. Instalasi botol ini ditemukan di hidroponik lantai 2. Maka berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dapat dikatakan bahwa instalasi hidroponik yang digunakan oleh
sekolah adalah botol plastik bekas dan paralon.
4. Tahap Pemeliharaan Hidroponik
Pada tahap pemeliharaan hidroponik ini, peneliti menggali beberapa informasi seperti pendidikan karakter peduli lingkungan pada proses penyiraman,
pemberian larutan nutrisi, dan pemangkasan. Ketiga hal tersebut digali dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut
ini penjelasan dari masing-masing proses pada tahap pemeliharaan hidroponik.
83 a.
Penyiraman Berdasarkan hasil observasi, proses penyiraman yang berkaitan dengan
peduli lingkungan dilakukan dengan menyiram setiap seminggu sekali dan biasanya pada pagi hari, setelah berolahraga, istirahat pertama, istirahat kedua, atau setelah
pulang sekolah. Kegiatan tersebut dilakukan sekali dalam seminggu oleh siswa. Biasanya siswa memiliki kesadaran sendiri untuk menyiram tanaman. Sebagai
contoh pada waktu piket pagi dan siang hari mereka tidak lupa untuk menyiram tanaman. Ketika istirahat juga tidak sedikit diantara siswa kelas IV dan V
menyempatkan waktu untuk menyiram. Bahkan guru juga mengingatkan siswa untuk menyiram tanaman setelah pembelajaran olahraga.
Hasil observasi di atas diperkuat dengan hasil wawancara guru pendamping bahwa guru pendamping menyarankan siswa untuk menyiram minimal seminggu
sekali terutama jika air di dalam instalasi telah berkurang. Namun ada siswa yang menyiram lebih dari sekali dalam satu minggu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Nd siswa kelas IV B yang mengungkapkan bahwa guru pendamping meminta siswa untuk menyiram tanaman dengan air secukupnya jika air telah berkurang.
Gambar 16. Siswa menyiram tanaman hidroponik.
84 Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, gambar di atas
merupakan salah satu dokumentasi sekolah mengenai kegiatan siswa dalam menyiram tanaman hidroponik. Pada gambar 16 terlihat jelas bahwa beberapa siswa
sedang menyiram tanaman hidroponik menggunakan gayung. Maka dari itu, berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa
proses penyiraman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara menyiram tanaman dan menambahkan air secukupnya jika air dalam instalasi
berkurang atau sudah kotor, serta dilakukan oleh siswa setiap seminggu sekali.
b. Pemberian Larutan Nutrisi
Berdasarkan hasil observasi, proses pemberian larutan nutrisi yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan oleh guru pendamping dengan mencampurkan
larutan nutrisi, sedangkan siswa menyiram tanaman hidroponik dengan larutan tersebut. Misalnya pada saat istirahat pertama, terlihat guru pendamping sedang
mencampurkan larutan nutrisi dengan air. Kemudian siswa kelas IV A mengambil air nutrisi dan menyiramnya ke tanaman hidroponik. Siswa memberikan larutan
nutrisi kepada beberapa tanaman hidroponik yang kering dan menambahkan air larutan tersebut secukupnya. Terkadang siswa menyiapkan larutan secara mandiri
dan menyiramkannya ke dalam tanaman hidroponik. Informasi mengenai pemberian larutan nutrisi ini juga diperkuat dengan hasil
wawancara admin sekolah. Dj menyatakan bahwa sekolah melakukan pemberian larutan nutrisi dengan cara menyesuaikan jadwal pelajaran siswa. Selain itu, guru
pendamping menyiapkan larutan nutrisi kemudian siswa menambahkan air hidroponik dengan larutan nutrisi yang telah disiapkan oleh guru pendamping itu.
85 Disisi lain, siswa berinisial Hn mengungkapkan bahwa dirinya sudah terbiasa
mencampurkan pupuk dengan air kemudian disiramkan kepada tanaman yang airnya sudah surut atau berkurang. Hal tersebut ia lakukan jika guru pendamping
belum menyiapkan larutan nutrisi. Maka dari hasil wawancara itu dapat dikatakan bahwa siswa juga berperan dalam menyiapkan larutan nutrisi secara mandiri.
Gambar 17. Siswa memberikan larutan nutrisi pada tanaman hidroponik.
Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, peneliti menambahkan dokumentasi seperti pada gambar di atas. Pada gambar di atas terlihat bahwa dua
siswa sedang menyiram larutan nutrisi yang ada pada ember. Ember tersebut berisi air yang telah dicampurkan dengan pupuk. Air larutan tersebut digunakan oleh
siswa untuk menyiram tanaman hidroponik. Maka dari itu, berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa proses pemberian
larutan nutrisi yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara guru pendamping menyiapkan larutan nutrisi kemudian siswa menyiram tanaman
hidroponik secukupnya dengan larutan nutrisi tersebut. c.
Pemangkasan Berdasarkan hasil observasi, proses pemangkasan yang berkaitan dengan
peduli lingkungan dilakukan dengan memetik bagian daun yang layu dan dibuang
86 ke tempat sampah. Hal tersebut ditemukan ketika istirahat pertama bahwa ada daun
sawi berwarna kuning kemudian dipetik oleh siswa dan dibuang ke tempat sampah yang berada di depan ruang kelas. Tidak hanya itu, peneliti juga menjumpai siswa
kelas V yang terlihat sedang memetik daun pada tanaman cabai dan rupanya daun itu merupakan daun layu yang ada ditanamannya. Hal yang dilakukan tersebut
merupakan pemangkasan yang dilakukan siswa terhadap tanaman hidroponik. Hasil observasi di atas diperkuat dengan hasil wawancara siswa bahwa guru
pendamping meminta siswa untuk merawat tanaman agar tumbuh subur dan memetik daun yang layu agar tanaman tidak mati. Hal ini juga sesuai dengan guru
pendamping Um yang mengatakan bahwa beliau mengingatkan anak-anak untuk mengamati tanaman hidroponik setiap selesai olahraga. Jika ada tanaman yang
layu, siswa diminta untuk memetik bagian yang layu itu dan membuangnya di tempat sampah. Apa yang dilakukan oleh guru dan siswa membuktikan bahwa
proses pemangkasan ini terbukti dilakukan dengan cara memetik daun yang layu pada tanaman.
Gambar 18. Siswa memetik daun yang layu pada tanaman hidroponik.
Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, peneliti menambahkan dokumentasi seperti pada gambar di atas. Pada gambar di atas terlihat bahwa
87 beberapa siswa sedang mengamati tanaman hidroponik dan salah satu siswa sedang
memetik daun yang layu pada tanaman cabai. Maka dari itu, berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa proses
pemangkasan yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara siswa mencabut bagian tanaman yang layu kemudian dibuang ke tempat sampah
agar tanaman tidak mati.
5. Tahap Pemanenan Hidroponik
Pada tahap pemanenan hidroponik ini, peneliti menggali informasi-informasi mengenai waktu panen dan alat panen yang digunakan oleh sekolah. Informasi-
informasi tersebut digali melalui wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut ini merupakan penjelasan dari tahap pemanenan hidroponik.
a. Waktu Panen
Berdasarkan hasil observasi, peneliti tidak menemukan proses pemanenan yang dilakukan oleh sekolah. Hal ini dikarenakan tanaman hidroponik yang sedang
dirawat oleh sekolah belum mencapai masa panen. Karena hal inilah peneliti tidak dapat menggali informasi secara detail terutama proses pemanenan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan. Disisi lain, peneliti mendapatkan informasi mengenai proses pemanenan melalui wawancara dengan beberapa sumber. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Dj menyatakan bahwa hidroponik yang telah diterapkan di sekolah telah mencapai tahap pemanenan. Adapun tanaman yang pernah dipanen
adalah selada, cabai, dan tomat. Informasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru pendamping yang mengungkapkan bahwa tanaman yang
pernah dipanen tidak hanya selada, cabai, dan tomat, namun juga pernah memanen
88 kangkung, bawang merah, kacang hijau, dan sawi. Beberapa siswa menambahkan
informasi bahwa tanaman yang pernah dipanen selain tanaman di atas adalah bayam, terong, stroberi, paprika, dan seledri. Maka dapat dikatakan bahwa program
hidroponik yang diterapkan di sekolah telah mencapai tahap pemanenan. Tanaman yang pernah dipanen adalah selada, cabai, tomat, kangkung, bawang merah, kacang
hijau, selada, sawi, bayam, terong, stroberi, paprika, dan seledri. Adapun proses pemanenan yang dilakukan oleh siswa yakni didampingi oleh
guru. Hal ini diketahui dari hasil wawancara Dj yang menyatakan bahwa guru pendamping mengajari siswa dalam memanen. Namun sayangnya admin tidak tahu
proses pemanenannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendamping, mereka memberitahukan kepada siswa untuk berhati-hati dalam memanen, tidak
boleh sembarangan, dan tidak merusak tanaman. Mereka juga mengingatkan siswa bahwa jika ada hasil panen yang buruk maka siswa diminta untuk membuangnya
di tempat sampah. Ay selaku siswa kelas IV A juga mengatakan bahwa ia tidak boleh sembarangan dalam memanen. Ketika ada hasil panen yang busuk, ia juga
diminta untuk membuangnya ke tempat sampah. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa sumber tersebut dapat dikatakan bahwa proses pemanenan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan dilakukan dengan memanen tanaman secara berhati-hati dan siswa membuang hasil panen yang busuk ke tempat sampah.
b. Alat Panen
Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai sumber, alat panen yang digunakan ketika memanen disediakan oleh sekolah. Menurut Dj, alat panen yang
pernah disediakan oleh sekolah misalnya seperti gunting, pisau, dan keranjang
89 untuk menaruh hasil panen. Disisi lain, Um mengungkapkan bahwa siswa pernah
memanen dengan tangan mereka sendiri misalnya untuk memanen tanaman seperti kangkung. Hal ini diperkuat dengan kesimpulan dari hasil wawancara dengan siswa
bahwa siswa menggunakan tangan, gunting, dan keranjang ketika memanen tanaman hidroponik. Berdasarkan informasi di atas, maka dapat dikatakan bahwa
alat panen disediakan oleh sekolah, sedangkan alat panen yang digunakan oleh sekolah adalah tangan, gunting, dan keranjang.
6. Karakter Peduli Lingkungan yang ditanamkan
Pada aspek karakter peduli lingkungan yang ditanamkan ini, peneliti menggunakan indikator keberhasilan pendidikan karakter peduli lingkungan pada
siswa kelas tinggi menurut Daryanto dan Suryatri Darmiatun. Adapun indikator tersebut digali dengan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai karakter peduli lingkungan yang ditanamkan dari program hidroponik.
a. Membersihkan wc
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam membersihkan wc dilakukan dengan cara menyiram wc minimal 3 kali. Hal ini diketahui saat peneliti
berdiri di sekitar wc, kemudian ada seorang siswa masuk ke dalam wc, dan peneliti mendengar suara siswa menyiram wc sekitar 4 kali. Pada saat istirahat pertama juga
ada siswa kelas V B masuk ke wc dan terdengar suara menyiram wc sebanyak 3 kali. Hal ini diperkuat dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa anak
berkewajiban menjaga kebersihan wc. Sekolah menyadarkan pentingnya kebersihan wc dengan mewajibkan siswa untuk menyiram minimal 3 kali setelah
90 menggunakan wc. Disisi lain, Nd selaku siswa kelas IV B mengatakan bahwa dia
akan membersihkan wc ketika mendapatkan sanksi. Selain itu, Nd juga pernah membuang binatang-binatang yang masuk ke dalam wc.
Gambar 19. Sebuah ajakan untuk membersihkan wc.
Hasil observasi dan wawancara di atas mengenai aktivitas siswa dalam membersihkan wc juga diperkuat dengan dokumentasi gambar sekolah yang
ditemukan oleh peneliti. Pada gambar 19 di atas merupakan sebuah ajakan kepada siswa untuk menyiram wc hingga bersih setelah menggunakannya. Siswa juga
diminta untuk menggunakan air secukupnya. Peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti Surat Keputusan
tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib Lingkungan lampiran 16. Di dalam Surat Keputusan tersebut terdapat tata tertib toilet. Adapun isi dari tata tertib toilet
diantaranya adalah gunakan air seperlunya, matikan kran air sebelum keluar dari toilet, siram kloset sampai bersih, memastikan wc dalam keadaan bersih sebelum
meninggalkan toilet, dan lain sebagainya. Adapun sanksi yang didapatkan oleh siswa jika melanggar tata tertib toilet adalah membersihkan toilet ketika jam
istirahat. Maka berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi di atas, dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dalam membersihkan wc yaitu dengan cara
91 menyiram wc dengan air minimal 3 kali siraman setelah menggunakan wc dan
membuang binatang-binatang yang masuk ke dalam wc. b.
Membersihkan tempat sampah Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam membersihkan tempat
sampah dilakukan setiap hari oleh petugas piket dan dibuang ke gerobak sampah yang berada di depan sekolah saat pulang sekolah. Hal ini dibuktikan pada saat jam
pulang sekolah, petugas piket kelas IV A terlihat sedang membuang sampah yang ada di tempat sampah ke gerobak sampah. Hal tersebut dilakukan oleh para siswa
yang mendapatkan jadwal piket.
Hasil observasi di atas diperkuat dengan pendapat guru pendamping yang mengatakan bahwa siswa membersihkan tempat sampah ketika sampah sudah
penuh. Tempat sampah yang penuh dibuang ke bak sampah yang berada di depan sekolah oleh petugas piket setelah pulang sekolah. Begitu pula dengan pendapat Mz
siswa kelas V B mengatakan bahwa siswa yang bertugas untuk piket kelas membersihkan tempat sampah dengan cara membuang sampah ke gerobak sampah
yang berada di depan sekolah. Aktivitas siswa yang berkaitan dengan membersihkan tempat sampah ini
hanya ditemukan melalui observasi dan dokumentasi. Namun sayangnya peneliti tidak menemukan dokumentasi gambar sekolah yang berkaitan dengan
membersihkan tempat sampah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam membersihkan tempat
sampah dilakukan dengan cara setiap pulang sekolah petugas piket kelas
92 mengangkut tempat sampah yang ada di depan kelas dan membuangnya ke gerobak
sampah yang ada di depan sekolah. c.
Membersihkan lingkungan sekolah Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam membersihkan lingkungan
sekolah dilakukan melalui kegiatan Semutlis setelah senam bersama. Semutlis merupakan singkatan dari Sepuluh Menit Peduli Lingkungan Sekitar. Biasanya
senam bersama dilakukan setiap hari jumat. Kemudian setelah senam, siswa bersama-sama membersihkan halaman sekolah yang dinamakan dengan Semutlis
ini.
Kegiatan Semutlis ini juga diperkuat dengan pendapat Dj yang mengatakan bahwa siswa membersihkan lingkungan sekolah ketika hari jumat setelah kegiatan
senam bersama. Mereka kerja bakti di halaman sekolah melalui kegiatan Semutlis Sepuluh menit peduli lingkungan sekitar. Disisi lain, guru pendamping An
mengungkapkan bahwa siswa jarang membersihkan lingkungan sekolah karena dibersihkan oleh petugas kebersihan sekolah. Namun siswa berpartisipasi
membersihkan lingkungan sekolah ketika kegiatan Semutlis setiap hari jumat. Untuk memperkuat informasi mengenai kebersihan Semutlis tersebut,
peneliti menggunakan dokumentasi gambar sekolah seperti pada gambar 20 di bawah ini. Gambar di bawah ini menunjukan bahwa siswa sedang melakukan kerja
bakti atau membersihkan halaman sekolah. Mereka menggunakan seragam olahraga dikarenakan kegiatan tersebut dilakukan setelah senam. Berikut
merupakan dokumentasi mengenai kegiatan Semutlis.
93
Gambar 20. Aktivitas siswa membersihkan lingkungan sekolah melalui Semutlis.
Selain gambar di atas, peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti Surat Keputusan tentang Kegiatan Semutlis lampiran 17. Di dalam Surat
Keputusan disebutkan bahwa SD Negeri Gedongkiwo perlu mengadakan Semutlis untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. Setiap wali kelas
juga diharapkan untuk mengkoordinir siswa-siswinya untuk melakukan Semutlis setiap sebelum dan sesudah pelajaran. Namun dalam pelaksanaannya Semutlis
diterapkan setiap seminggu sekali. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dalam membersihkan
lingkungan sekolah dilakukan dengan cara kerja bakti membersihkan lingkungan melalui kegiatan Semutlis yang dilakukan setiap hari jumat setelah selesai senam.
d. Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman dilakukan dengan cara merapikan pot tanaman, membersihkan pot
yang kotor, dan menata tanaman hidroponik. Hal ini dibuktikan bahwa beberapa siswa yang sedang berolahraga merapikan pot-pot yang ada di dekat halaman
94 sekolah. Selain itu, peneliti juga pernah menjumpai siswa sedang membersihkan
pot dari kaleng cat saat jam istirahat pertama. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru
pendamping Um yang mengungkapkan bahwa siswa memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman yang mereka tanam melalui pot cat. Kemudian mereka
merawat tanaman yang mereka miliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Hn siswa kelas V A yang mengatakan bahwa siswa diminta untuk menghias pot dari bekas
kaleng cat kemudian pot diberi tanaman dan dirawat setiap hari.
Gambar 21.
Siswa sedang
memperindah tanaman di depan ruang kelas.
Gambar 22. Lukisan pada pot berkaleng cat yang diletakan di
depan ruang kelas.
Adapun dokumentasi gambar sekolah mengenai aktivitas siswa dalam memperindah kelas dan sekolah ini juga terlihat pada kedua gambar di atas. Pada
gambar 21 terlihat bahwa seorang siswa sedang memasang tanaman yang digantung di depan ruang kelas. Pada gambar 22 terlihat tanaman pot berkaleng cat dengan
lukisan yang ditempatkan di depan ruang kelas untuk memperindah kelas dan sekolah.
Peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib Lingkungan lampiran 16. Kebijakan
95 dalam Surat Keputusan tersebut menyebutkan bahwa warga sekolah wajib
menciptakan susasana sekolah yang nyaman, bersih, dan sehat dengan selalu merawat dan menjaga keindahan lingkungan sekolah. Melukis pot kaleng cat
merupakan salah satu contoh aktivitas siswa dalam menciptakan sekolah yang nyaman dalam menjaga keindahan lingkungan seperti ada pada Surat Keputusan
tersebut. Maka berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman dilakukan dengan cara siswa menghias pot tanaman dan merawat tanaman tersebut di depan kelas.
e. Ikut memelihara taman di halaman sekolah
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam memelihara taman di halaman sekolah dilakukan dengan cara menyiram tanaman setiap hari, mencabut
rumput yang tumbuh di dalam pot, dan memetik daun yang layu dan dibuang ke tempat sampah. hal ini dibuktikan bahwa ada beberapa siswa memetik daun yang
layu pada tanaman yang tumbuh di depan kantin dan membuangnya ke tempat sampah. Selain itu, peneliti juga menjumpai siswa Kelas V A menyiram tanaman
pot berkaleng cat yang berada di depan kelas saat istirahat kedua.
Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru pendamping Um yang mengungkapkan bahwa setiap pagi hari siswa menyiram
tanaman dan mencabut rumput-rumput yang tumbuh di dalam pot. Hn menambahkan bahwa dirinya juga merawat tanaman dengan rajin menyirami dan
membuang bagian daun yang layu.
96 Peneliti juga menemukan dokumentasi gambar sekolah mengenai aktivitas
siswa dalam memelihara taman sekolah. Pada gambar di bawah ini merupakan salah satu gambar mengenai aktivitas siswa ketika menyiram tanaman yang berada
di depan ruang kelas. Selain gambar, peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib
Lingkungan lampiran 16. Pada komponen tata tertib dalam menjaga lingkungan disebutkan bahwa setiap warga sekolah diwajibkan menjaga dan merawat tanaman
yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini menunjukan bahwa memelihara lingkungan sekolah adalah kewajiban semua warga sekolah. Maka berdasarkan hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam memelihara taman di halaman sekolah dilakukan dengan cara setiap hari menyiram
tanaman, memberi pupuk, dan memotong bagian tanaman yang layu. Berikut ini merupakan bukti dari dokumentasi sekolah.
Gambar 23. Siswa sedang menyiram tanaman yang berada di depan kelas.
f. Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan dilakukan dengan cara membuang sampah berdasarkan jenis
sampah ke tempat sampah dan menyapu ruang kelas di pagi dan siang hari. Hal ini
97 dibuktikan pada jam istirahat pertama terlihat siswa membuang sampah di tempat
sampah yang berada di kantin. Selain itu juga terlihat siswa kelas IV dan V menyapu di pagi dan siang hari setelah pulang sekolah.
Dari hasil observasi itu juga diperkuat dengan kesimpulan dari hasil wawancara dengan guru pendamping yang mengatakan bahwa siswa melakukan
piket kelas di setiap pagi dan siang hari. Mereka juga membuang sampah di tempat sampah berdasarkan jenis sampah. Jika tidak membuang sampang di tempat
sampah, maka siswa wajib mengambil 10 sampah yang berserakan di sekitar sekolah. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pendapat Mz siswa kelas V B yang
mengungkapkan bahwa dirinya pernah mengambil 10 sampah yang berserakan di dsekitar sekolah kemudian dibuang ke tempat sampah. Hal tersebut dilakukan Mz
dan teman-teman yang lain karena mereka tidak membuang sampah pada tempatnya.
Gambar 24.
Siswa sedang
membuang sampah
pada tempatnya.
Gambar 25. Siswa sedang menyapu di depan ruang kelas.
Aktivitas siswa membuang sampah dapat terlihat dari dokumentasi gambar sekolah yang ada pada gambar 24 di atas. Gambar tersebut menunjukan bahwa
seorang siswa sedang membuang bungkus plastik ke tempat sampah yang berwarna
98 kuning. Tempat sampah berwarna kuning merupakan tempat sampah anorganik
seperti plastik. Tempat sampah ini disediakan di hampir setiap depan ruang kelas. Selain itu, aktivitas menjaga kebersihan lingkungan juga ditunjukan pada gambar
25 di atas. Gambar tersebut menunjukan bahwa siswa sedang menyapu depan ruang kelas.
Peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib Lingkungan lampiran 16 dan Surat
Keputusan tentang Peraturan Membuang Sampah Pada Tempatnya lampiran 18. Di dalam Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib
Lingkungan pada komponen tata tertib dalam menjaga lingkungan disebutkan bahwa setiap warga sekolah diwajibkan peduli pada sampah dengan membuang
sampah pada keranjang sampah. selain itu, setiap warga sekolah juga diwajibkan membersihkan kelas dan lingkungan sekitar oleh regu piket. Adapun sanksi jika
regu piket tidak melaksakan kebersihan kelas dan lingkungan sekitar, maka regu piket harus membersihkan kelas dan areal sekitarnya.
Pada Surat Keputusan tentang Peraturan Membuang Sampah Pada Tempatnya, disebutkan bahwa setiap warga sekolah dilarang untuk membuang
sampah sembarangan. Maka sudah jelas bahwa setiap warga sekolah wajib membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Berdasarkan hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan dilakukan dengan cara membuang
sampah pada tempat sampah yang telah disediakan dan petugas piket kelas membersihkan kelas setiap pagi dan siang hari.
99
C. Pembahasan Penelitian