Masitah Matondang. Status Gizi Dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Yayasan Muslimat R.A Al – Ittihadiyah Medan Tahun 2007
USU e-Repository©2009
dan ditemukan 7 orang 26,9 yang berstatus gizi kurus. Hal ini disebabkan tingkat konsumsi energi anak sudah mencukupi kebutuhan atau karena faktor tinggi badan di
mana anak kelihatan jangkung. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti
pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badannya Soekirman, 2000.
Sedangkan dari 8 orang yang memiliki tingkat kecukupan energi kategori defisit, terdapat 6 orang 75,0 yang berstatus gizi normal dan ditemukan 2 orang 25,0
yang berstatus gizi kurus.
2. Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein
Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui bahwa dari 40 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan protein baik, terdapat 26 orang 65,0 yang berstatus
gizi baik dan ditemukan 2 orang 5,0 yang berstatus gizi buruk, hal ini disebabkan saat ini anak cukup memperoleh sumber protein melalui pangan hewani seperti ikan
dan telur. Hal ini sesuai dengan yang tercantum pada tabel 4.8 yang menyatakan bahwa frekuensi pemberian ikan dan telur paling banyak adalah 1x hari. Di
samping juga, itu seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa berat badan sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan mendadak, seperti karena terserang penyakit
infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Kemudian terdapat 1 orang 100 yang memiliki tingkat kecukupan
protein kategori kurang dengan status gizi baik.
Masitah Matondang. Status Gizi Dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Yayasan Muslimat R.A Al – Ittihadiyah Medan Tahun 2007
USU e-Repository©2009
Untuk indeks TBU, kecukupan protein anak berdasarkan tabel 4.25, dari 40 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan protein baik, terdapat 37 orang 92,5
yang berstatus gizi normal dan ditemukan 1 orang 2,5 yang berstatus gizi sangat pendek. Seperti halnya dengan kecukupan energi, juga dijumpai anak dengan tingkat
kecukupan protein kategori baik berstatus gizi sangat pendek. Hal ini kemungkinan dikarenakan pertumbuhan anak sudah terganggu pada masa lalu sehingga tidak bisa
mengejar pertumbuhan seusianya. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi
dalam waktu yang pendek. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Atau juga kemungkinan disebabkan
konsumsi protein yang kurang karena pada umumnya orang tua murid berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Menurut Beaton dan Bengoa 1973 seperti
yang dikutip oleh Supariasa 2001 menyatakan bahwa indeks TBU lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi. Kemudian terdapat 1 orang 100 yang
memiliki tingkat kecukupan protein kategori kurang dengan status gizi normal. Hal ini terjadi mungkin disebabkan anak mengalami gangguan kesehatan.
Sedangkan untuk indeks BBTB kecukupan protein pada umumnya berada pada kategori baik dengan anak yang berstatus gizi normal. Namun anak dengan
status gizi kurus juga dijumpai pada tingkat kecukupan protein kategori baik. Hal ini disebabkan anak sudah cukup mengonsumsi pangan yang mengandung protein.
3. Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Vitamin A