Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Vitamin A

Masitah Matondang. Status Gizi Dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Yayasan Muslimat R.A Al – Ittihadiyah Medan Tahun 2007 USU e-Repository©2009 Untuk indeks TBU, kecukupan protein anak berdasarkan tabel 4.25, dari 40 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan protein baik, terdapat 37 orang 92,5 yang berstatus gizi normal dan ditemukan 1 orang 2,5 yang berstatus gizi sangat pendek. Seperti halnya dengan kecukupan energi, juga dijumpai anak dengan tingkat kecukupan protein kategori baik berstatus gizi sangat pendek. Hal ini kemungkinan dikarenakan pertumbuhan anak sudah terganggu pada masa lalu sehingga tidak bisa mengejar pertumbuhan seusianya. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Atau juga kemungkinan disebabkan konsumsi protein yang kurang karena pada umumnya orang tua murid berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Menurut Beaton dan Bengoa 1973 seperti yang dikutip oleh Supariasa 2001 menyatakan bahwa indeks TBU lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi. Kemudian terdapat 1 orang 100 yang memiliki tingkat kecukupan protein kategori kurang dengan status gizi normal. Hal ini terjadi mungkin disebabkan anak mengalami gangguan kesehatan. Sedangkan untuk indeks BBTB kecukupan protein pada umumnya berada pada kategori baik dengan anak yang berstatus gizi normal. Namun anak dengan status gizi kurus juga dijumpai pada tingkat kecukupan protein kategori baik. Hal ini disebabkan anak sudah cukup mengonsumsi pangan yang mengandung protein.

3. Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Vitamin A

Masitah Matondang. Status Gizi Dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Yayasan Muslimat R.A Al – Ittihadiyah Medan Tahun 2007 USU e-Repository©2009 Menurut Santoso 2004 vitamin A sebagai zat gizi yang banyak diteliti di Indonesia menunjukkan kevitalannya dalam mencegah kejadian infeksi, diare, mencegah kebutaan serta berpengaruh terhadap pertumbuhan anak dan pertumbuhan otak. Berdasarkan indeks BBU, dari dari 8 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan vitamin A kategori tidak cukup, terdapat masing-masing 4 orang 50,0 yang berstatus gizi baik dan gizi kurang. Hal ini disebabkan masih adanya anak yang tidak suka mengonsumsi sayur dan buah. Menurut Soekirman 2000, anak-anak Indonesia tidak tertarik untuk mengonsumsi sayuran hijau bila dibandingkan dengan anak-anak dari negara maju. Sedangkan dari 35 orang yang memiliki tingkat kecukupan vitamin A kategori cukup, terdapat 24 orang 68,6 dengan status gizi baik dan masing-masing 2 orang 5,7 yang berstatus gizi buruk dan lebih. Hal ini dikarenakan anak sudah cukup mengonsumsi pangan yang mengandung vitamin A seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan indeks TBU sesuai dengan tabel 4.28 bahwa dari 35 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan vitamin A kategori cukup, terdapat 31 orang 88,6 yang berstatus gizi normal dan ditemukan 1 orang 2,9 yang berstatus gizi sangat pendek, hal ini terjadi kemungkinan disebabkan pertumbuhan anak terganggu pada masa lalu. kemudian terdapat 8 orang 100 yang memiliki tingkat kecukupan vitamin A kategori tidak cukup dengan status gizi normal. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya konsumsi anak terhadap pangan yang mengandung vitamin A atau mungkin disebabkan oleh gangguan penyerapan tubuh terhadap vitamin A. Masitah Matondang. Status Gizi Dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Yayasan Muslimat R.A Al – Ittihadiyah Medan Tahun 2007 USU e-Repository©2009 Sedangkan menurut indeks BBTB, dari 35 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan vitamin A kategori cukup, terdapat 25 orang 71,4 yang berstatus gizi normal dan ditemukan 8 orang 22,9 yang berstatus gizi kurus. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi kurus pada anak dengan kecukupan vitamin A dengan kategori cukup kemungkinan disebabkan anak lebih jangkung dari usia semestinya. Kemudian dari 8 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan dengan kategori tidak cukup, terdapat 5 orang 62,5 yang berstatus gizi normal dan 3 orang 37,5 dengan status gizi kurus. 4. Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Besi Fe Untuk indeks BBU berdasarkan tabel 4.30 bahwa dari 15 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan besi Fe kategori tidak cukup, terdapat 8 orang 53,3 yang berstatus gizi baik dan 7 orang 46,7 berstatus gizi kurang. Hal ini disebabkan tingkat konsumsi zat besi kurang, seperti daging, ayam, sayuran hijau, kacang-kacangan dan lain-lain. Atau juga kemungkinan disebabkan oleh faktor pangan yang dapat menghambat absorbsi zat besi. Menurut Soekirman 2000 masalah kurang gizi besi KGB dan anemi gizi besi AGB adalah masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia, terutama pada bayi, anak prasekolah dan wanita usia subur. Anak-anak paling rawan terhadap KGB oleh karena kebutuhan zat besi relatif lebih besar untuk keperluan pertumbuhan tubuh. Sedangkan dari 28 orang yang memiliki tingkat kecukupan besi kategori cukup, terdapat 20 orang 71,6 dengan status gizi baik dan masing-masing 2 orang 7,1 Masitah Matondang. Status Gizi Dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Yayasan Muslimat R.A Al – Ittihadiyah Medan Tahun 2007 USU e-Repository©2009 yang berstatus gizi buruk dan lebih. Hal ini mungkin dikarenakan pangan anak sudah cukup mengandung zat besi seperti telur, ikan, dan kacang-kacangan. Untuk indeks TBU sesuai dengan tabel 4.31, dari 15 orang anak yang memiliki tingkat kecukupan besi Fe dengan kategori tidak cukup, terdapat 14 orang 93,9 yang berstatus gizi normal dan ditemukan 1 orang 6,7 yang berstatus gizi pendek, hal ini mungkin disebabkan faktor pangan yang menghambat absorbsi zat besi. Kemudian dari 28 orang yang memiliki tingkat kecukupan besi Fe kategori cukup, terdapat 25 orang 89,3 dengan status gizi normal dan 1 orang 3,6 dengan status gizi sangat pendek. Hal ini terjadi pada anak yang sangat pendek, mungkin disebabkan dulunya anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga tidak mampu mengejar pertumbuhan anak seusianya. Menurut Soekirman 2000, seorang anak yang tergolong PTSU Pendek Tidak Sesuai Umurnya kemungkinan untuk menormalkan pertumbuhan linier dan mengejar pertumbuhan potensial catch-up growth masih ada. Sedangkan pada anak usia sekolah sampai remaja kemungkinan menormalkan pertumbuhan linier masih ada, tetapi kemungkinannya kecil untuk dapat catc-up growth. Sedangkan untuk indeks BBTB dari 15 orang yang memiliki tingkat kecukupan zat besi dengan kategori tidak cukup, terdapat 10 orang 66,7 yang berstatus gizi normal dan 5 orang 33,3 dengan status gizi kurus. Sedangkan dari 28 orang yang tingkat kecukupan besi kategori cukup, terdapat 20 orang 71,5 yang berstatus gizi normal dan 6 orang dengan status gizi kurus.

5. Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Seng Zn