Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
54 dengan skor posttest yang menggunakan pembelajaran konvensional, diperoleh
t
hitung
= 3.62 dan nilai t
tabel
= 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t
hitung
t
tabel
atau 3.62 2.00. Dengan demikian H ditolak dan H
a
diterima pada taraf kepercayaan 95 hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
Kegiatan dalam keterampilan proses dapat dilihat pada lembar observasi yang menunjukkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada saat praktikum
mencapai 77.46. Keaktifan dan antusias siswa sangat tinggi terlihat dari semangat dan keseriusan para siswa saat praktikum berlangsung. Nilai observasi
terhadap aktivitas siswa pada saat praktikum yang paling besar terjadi pada indicator mencatat setiap hasil pengamatan yaitu sebesar 93.3. hal ini terjadi
karena rasa ingin tahu siswa sangat tinggi sehingga hasil praktikum yang telah didapat mereka catat dengan terperinci.
Fisika merupakan salah satu disiplin ilmu yang terdiri atas komponen- komponen alam yang saling terkait. Komponen itu adalah objek dari gejala-gejala
alam yang sangat luas dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang memberikan konsekuensi pada manusia. Fisika juga dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang pengukuran, sebab segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia fisika dan tentang prinsip-prinsip yang mengatur prilakunya telah dipelajari
melalui pengamatan-pengamatan terhadap gejala alam. Tanpa kecuali gejala- gejala itu selalu mengikuti atau memahami sekumpulan prinsip umum tertentu
yang disebut hukum-hukum fisika. Pengajaran fisika merupakan suatu proses pentransperan materi fisika yang
ada melalui seorang guru kepada siswanya. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan pembelajaran fisika sebaiknya melalui proses untuk menjelaskan
konsep.
55 Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara
langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses agar mereka mampu menjelajahi dan memahami konsep-
konsep fisika dari gejala–gejala alam sekitarnya. Sehingga hasil belajar yang dicapai dalam pembelajaran fisika akan maksimal.
Pembelajaran fisika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah selama ini ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru
dibandingkan aktivitas siswa teacher centered. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemahaman mengenai landasan filosofi tentang pendidikan fisika, meliputi teori
belajar, hakikat fisika dan implikasinya dalam pembelajaran fisika masih kurang. Pembelajaran hanya melakukan perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa dan
terkadang guru lebih terfokus pada penghapalan rumus-rumus belaka. Akibatnya, siswa menjadi terbebani dan tidak mampu mengaplikasikan rumus tersebut untuk
memecahkan persoalan melalui pendekatan sains. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar
ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru-siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran
ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara
siswa dengan lingkungannya. Dalam proses ini siswa bermotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Ini berarti,
peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannya dengan keberhasilan belajar.
1
Dari berbagai model pembelajaran dapat dilihat bahwa pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan mengalami pergeseran dari yang
mengutamakan pemberian informasi menuju kepada strategi yang mengutamakan keterampilan-keterampilan berpikir yang digunakan untuk memperoleh dan
menggunakan konsep fisika. Adanya pergeseran pemilihan strategi ini otomatis peran guru di kelas berubah dari peran sebagai penyampai pesan teacher
centered kepada peran sebagai fasilitator student centered.
1
Oemar Hamalik, Op.Cit, h. 148
56 Keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana
siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. Dengan demikian keterampilan proses itu
menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.
Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial keterampilan kognitif terlibat karena dengan
melakukan ketermpilan proses sains, siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual terlibat karena dalam keterampilan proses sains melibatkan
penggunaan alat dan bahan, pengukuran dan penyusunan atau perakitan alat dan bahan. Dan keterampilan sosial dimksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan
sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses.
Hasil penelitian penggunaan pendekatan keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan
pendekatan keterampilan proses sains dalam konsep suhu dan pengukuran pada kelompok eksperimen pada taraf kepercayaan 95
α
= 0.05 berpengaruh terhadap hasil belajar fisika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Suatu pembelajaran akan bermakna bila siswa mengalami aktivitas positif
selama pembelajaran tersebut. Aktivitas siswa ini dapat terlihat pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran
terlihat bahwa suasana belajar menjadi hidup sebab siswa ikut aktif dalam pembelajaran. Mereka mencari dan menemukan konsep-konsep penting dari
materi pelajaran setelah mereka membaca buku pelajaran yang mereka punya. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan mediator saja yang
merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan yang dapat merancang keingintahuan siswa sehingga
dalam pembelajaran lebih mengutamakan membangun pengetahuan siswa.
57 Selain itu pada proses pembelajaran di kelas siswa yang belajar dengan
pendekatan keterampilan proses sains lebih bebas berkreativitas dalam menemukan konsep sendiri. Mereka dapat mengembangkan konsep yang mereka
buat dengan pengetahuannya sendiri dan sesama temannya. Siswa lebih berani mengemukakan dan mengembangkan ide-ide yang mereka temukan tanpa takut
salah dan menerima masukan dari siswa-siswa yang lain. Setiap kelompok saling berlomba untuk membuat hipotesis yang terbaik. Dalam hal ini terjadi interaksi
antara siswa dengan siswa. Melalui proses interaksi tersebut akan melatih siswa untuk mengembangkan kepekaan sosialnya tanpa menghambat kemajuan dirinya
sendiri karena siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan komunikasi, partisipasi, motivasi, kreativitas, kemampuan berfikir kritis dan
menghargai pendapat orang lain. Kondisi seperti ini membuat siswa tidak merasa jenuh dalam proses belajar mengajar sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan
proses sains, siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan hasil yang mereka temukan dalam eksperimen sehingga siswa dapat
dengan mudah mempelajari informasi yang diberikan oleh guru. Selain itu dengan digunakannya pendekatan keterampilan proses sains pada pembelajaran, siswa
bisa melihat materi pelajarannya secara jelas dan mempelajarinya dengan lebih bermakna yang menjadikan mereka menguasai konsep dan lebih memahami
dalam menjawab soal-soal, sehingga mengakibatkan pengalaman mereka dapat bersifat tahan lama dalam ingatan mereka, selain itu pembelajaran menjadi lebih
menarik. Berbeda dengan kelompok kontrol yang selama proses pembelajaran hanya berjalan seperti biasa, yaitu pembelajaran konvensional sehingga dari data
yang diperoleh terlihat perbedaannya. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki daya ingat yang kurang dalam menguasai konsep, dalam menjawab soal-soal dan
mereka juga hanya bisa melihat materi dalam LKS.
58 Hasil di atas sekaligus memperkuat hasil penelitian Sri Casriah dalam
jurnalnya yang berjudul penerapan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dalam penelitian ini disebutkan
bahwa penerapan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika untuk aspek psikomotorik saat praktikum mencapai 79.44. Ini merupakan skala
persentase yang tinggi.
2
Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses dapat meningkatkan ketiga aspek, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Berdasarkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Casriah dalam jurnalnya yang berjudul penerapan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran fisika yaitu untuk aspek kognitif meningkat dengan nilai 10.42. Untuk aspek psikomotorik dengan nilai rata-rata
79.44 termasuk kategori tinggi dan untuk aspek afektif dengan nilai rata-rata 82.78 termasuk kategori tinggi.
3
Hal ini juga dikemukakan oleh Conny Semiawan dalam bukunya yang berjudul pendekatan keterampilan proses sains. Dalam bukunya Conny
mengatakan bahwa suatu pendekatan yang mengembangkan keterampilan untuk memproses perolehan, sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan
sendriri fakta, agar dapat menumbuh kembangkan sikap dan nilai yang dituntut sesuai dengan kemampuannya.
4
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda menyebabkan terjadinya hasil akhir yang berbeda antara kelompok eksperimen
yang diajar menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dengan kelompok kontrol yang diajar dengan metode konvensional. Dengan demikian, ternyata
terbukti bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep suhu dan pengukuran.
2
Sri Casriah, Penerapan Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,
http:budakfisika.com200810penerapan-keterampilan- proses-sains.html
, 2007.
3
Ibid
4
Conny Semiawan, OpCit. h. 16
59