6.1.5 Probabilitas Sukses Tiap Aktivitas
Probabilitas suatu aktivitas sukses R
i
menunjukkan kemungkinan suatu aktivitas tertentu berhasil sukses. Perhitungannya dengan menggunakan persamaan 4.3
yaitu R
i
= 1 – F
i
. Hasil perhitungan R
i
dapat dilihat pada kolom 5 tabel 6.4.
6.1.6 Perhitungan Keandalan Operator
Keandalan operator disini merupakan probabilitas aktivitas yang dilakukan operator dalam proses produksi kantong berhasl sesuai tujuannya. Perhitungan
keandalan operator untuk keseluruhan aktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 4.4 yaitu : R
m
= ∏
i
R
i
. Berdasarkan persamaan ini maka akan diperoleh probabilitas keandalan operator sebesar :
R
m
= R
1.1
x R
1.2
x R
1.3
x R
1.4
x R
2.1
x R
2.2
x R
2.3
x R
2.4
x R
3.1
x R
3.2
... x R
5.5
= 0,6718
Dengan nilai sebesar 0,6718 berarti performansi keandalan operator masih belum optimal karena nilai keandalan yang didapatkan kurang mendekati angka 1,0
nilai keandalan maksimal.
6.1.7 Identifikasi Faktor Dominan Penyebab Terjadinya Human Error
Tahapan analisis ini dilakukan untuk melihat persepsi dari operator terhadap faktor-faktor yang menyebabkan mereka melakukan kesalahan dalam bekerja.
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini di dukung dengan penggunaan analisis “statistik deskriptif”. Teknik analisis deskriptif dalam hal ini antara lain penyajian data
melalui tabel atau grafik.
A. Uji Validitas dan Reliabilitas
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
Uji validitas dilakukan untuk menguji butir-butir kuesioner, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson hasil pengujian dapat
dilihat pada lampiran. Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai-r. Dengan jumlah responden
sebanyak 30 orang pada taraf signifikan 5 maka angka kritis diperoleh adalah 0.361.
Dari angka ini memperlihatkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang digali pada
kuesioner cukup valid karena nilai kolerasi setiap variabel lebih besar dari nilai
kritisnya. Untuk melihat keandalan alat ukur dinyatakan dengan konsisten jawaban
responden, maka pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan pendekatan Alpha Cronbach. Nilai koefisien alpha ini berkisar antara 0 sampai 1,
semakin tinggi nilai koefisien keandalannya, semakin baik alat ukurnya. Dari hasil pengujian keandalan yang dilakukan untuk kedua model kuesioner dapat dinyatakan
bahwa alat ukur dinyatakan realibel karena kedua nilai
α hitung Cronbachs Alpha yang diperoleh lebih kecil dari
α standard Cronbachs Alpha Based on Standardized Items
. B.
Pengolahan Data Hasil Kuesioner
• Pengolahan data hasil kuesioner dilakukan dengan menggunakan software SPSS 14.0 for windows Evaluation Version. Hal ini dimaksudkan untuk menampilkan
frekuensi dan prosentase untuk setiap pilihan jawaban responden. hasil perhitungan detil dengan menggunakan SPSS 14.0 for windows Evaluation Version dapat dilihat
pada lampiran
C. Rekomendasi Perbaikan yang Akan Dilakukan
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil pengolahan data dilakukan sebelumnya serta dengan mengacu pada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam rekomendasi hasil untuk setiap
jawaban dari kuesioner Metoda Analisis sub bab 4.2.3, maka perbaikanrancangan
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 6.5 Jenis Perbaikan Yang Mesti Dilakukan
No Faktor Penyebab Human Error yang Mesti Diperbaiki
1 Sistem pencahayaan ditempat kerja
2 Prosedur dan
mekanisme pelatihan tenaga kerja
3 Sistem pemberian
insentif 4
Komunikasi antara pimpinan dan teman kerja
6.1.8 Rancangan Sistem Pencahayaan
Berdasarkan aktivitas kritis yang diperoleh, maka rancangan sistem pencahayaan yang akan dilaksanakan lebih dititik beratkan pada unit mesin potong dan ektruder
longitudinal glue. Gambar dibawah ini menunjukkan tahapan perancangan yang dilakukan, yaitu :
Gambar 6.3 Rancangan Sistem Pencahayaan
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
• Penentuan tingkat luminansi yang dibutuhkan Menurut The Chartered Institution of Building Services idealnya luminansi yang
dibutuhkan untuk membantu operator supaya dapat melakukan pekerjaan set-up
dengan baik pada unit yang dimaksud adalah sebesar 500 lux. Hal ini dikarenakan
tingkat ketelitian operator dalam melakukan pemeriksaan jarak mata potong ataupun pada mesin ekstruder cukup tinggi. Namun pada kenyataannya luminansi yang ada
saat ini hanya berkisar pada 40-50 lux. • Pemilihan jenis lampu yang akan digunakan.
Secara garis besar ada dua jenis sumber cahaya yang digunakan yaitu sumber cahaya buatan dan alami. Sumber cahaya buatan dapat diperoleh melalui lampu
dengan beberapa jenis, misalnya lampu pijar, lampu TL tube luminance dan
lampu sorot. Ketiga jenis lampu ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sehingga penggunaannya mesti disesuaikan dengan fungsi dan tujuan yang akan
ditetapkan dalam perancangan. Untuk memperoleh hasil yang mendekati optimal maka pemilihan jenis lampu ini dilakukan dengan cara pembobotan untuk setiap
kriteria yang dimiliki. Menurut Cross dalam bukunya Engineering Design Methods
prosedur pembobotan yang dilakukan guna evaluasi alternatif rancangan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a Tetapkan tujuan desain, perancangan ini diarahkan untuk mendapatkan suatu
sistem pencahayaan yang ergonomis dengan beberapa pertimbangan, antara lain : cahaya yang dihasilkan, efek sinar dan penggunaannya.
b Ranking urutan tujuan, proses penentuan prioritas tujuan rancangan berdasarkan
pertimbangan yang telah ditetapkan.
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
c Berikan bobot relatif dari tujuan, bobot relatif memiliki kisaran nilai 0 – 1
dengan jumlah kumulatif 1. Alasan pemberian bobot harus jelas karena akan mempengaruhi evaluasi rancangan nantinya.
d Tentukan parameter setiap sasaran atau nilai utilitas dari tiap tujuan. Parameter
ini merupakan penjelasan dari setiap pertanyaan seperti tingkatan, misalnya susah, mudah, sangat mudah dan lain-lain. Penentuan parameter dapat mengacu
pada tabel dibawah ini :
Tabel 6.6 Skor Setiap Parameter Skala
Arti Skala
Arti
0 Solusi tidak
berguna 1 Solusi
tidak memadai
0 Tidak memadai
2 Solusi sangat tidak baik
3 Solusi tidak
baik 1 Lemah
4 Solusi dipertimbangkan
5 Solusi memadai
6 Solusi memuaskan
2 Memuaskan 7 Solusi
bagus 8 Solusi
sangat bagus
3 Bagus 9 Solusi
unggul 10 Solusi
sempurnaideal 4 Unggul
Sumber : Niegel Cross, 1987
Berdasarkan prosedur diatas, maka pemilihan jenis lampu yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
Jenis Lampu yang Ergonomis
W
1
= 1 W
11
= 1 Sinar yang dihasilkan
W
11
= 0,5 W
111
= 0,5
Efek Sinar W
12
= 0,3 W
112
= 0,3 Mendekati Cahaya Alami
W
111
= 0,4 W
1111
= 0,2
Jenis Lampu yang Ergonomis
W
13
= 0,2 W
113
= 0,2 Tidak Menimbulkan Panas
W
122
= 0,4 W
1122
= 0,12 Tidak Menyilaukan
W
112
= 0,6 W
1121
= 0,18 Intensitas yang dihasilkan
W
112
= 0,6 W
1112
= 0,3
Mudah Perawatan W
132
= 0,25 W
1132
= 0,05 Biaya Lebih Murah
W
133
= 0,25 W
1133
= 0,05 0,2
0,3
0,18 0,12
0,10 0,05
0,05 Tahan Lama
W
131
= 0,5 W
1131
= 0,1
Gambar 6.4 Pembobotan Untuk Setiap Kriteria Rancangan
Nilai bobot ini selanjutnya akan dijadikan dasar dalam melakukan evaluasi pemilihan untuk tiga jenis lampu yang ada. Tabel 6.7 dibawah ini akan
memperlihatkan hasil evaluasi pemilihan jenis lampu yang akan digunakan sebagai sumber cahaya nantinya.
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan seperi pada tabel tersebut diatas, maka jenis lampu yang akan digunakan pada rancangan sistem pencahayaan
nantinya adalah jenis lampu TL tube luminance.
• Posisi Sumber Cahaya Terdapat dua hal yang mesti diperhatikan dalam menentukan posisi sumber cahaya,
yaitu efek bayangan dan efek silau. Kedua hal ini sangat mengganggu aktivitas
yang akan dilakukan oleh operator. Untuk meminimasi efek bayangan sebaiknya sumber cahaya berada pada posisi sisi kiri dan kanan operator. Hal ini dimaksudkan
agar bayangan yang ditimbulkan dari mesin maupun benda-benda lain dapat dihindarkan. Menurut Herz selain dari efek bayangan, penempatan posisi sumber
cahaya yang tidak tepat juga akan menimbulkan efek silau, oleh sebab itu sebaiknya posisi sumber cahaya harus berada diatas sudut 30
mata pengamat secara horizontal posisi operator pada saat berdiri tegak lurus. Dalam rancangan ini posisi sumber
cahaya berada pada sudut 60 dari mata pengamat.
• Penentuan Piting Lampu Pemilihan jenis piting lampu kap lampu yang tepat juga akan mempengaruhi baik
atau buruknya sistem pencahayaan dilantai produksi. Sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada saat set-up mesin cutting dan ekstruder, maka
jenis piting lampu yang cocok adalah dengan menggunakan piting lampu yang berbentuk pemantul penyebar gambar 6.5. Hal ini bertujuan agar pendistribusian
cahaya lebih fokus kearea panel tempat operator melakukan set-up tersebut. Dengan demikian sistem pemasangan lampu yang cocok digunakan adalah direct lighting
system atau pemasangan lampu secara langsung.
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
Gambar 6.5 Piting Lampu Pemantul Penyebab
• Penentuan Jumlah Lampu Jumlah lampu yang akan dipakai dapat ditentukan berdasarkan tahapan seperti yang
digambarkan dibawah ini :
Gambar 6.6 Tahapan Penentuan Jumlah Lampu
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
a Tinggi Manfaat.
Berdasarkan sistem pemasangan lampu dengan direct lighting system maka tinggi manfaat dari pencahayaan pada proses cutting dan longitudinal glue
adalah sebagai berikut ;
Gambar 6.7 Posisi penempatan lampu
Mesin
60
120 c m
130 c m
P ane
l 160 c
m Mata
60 cm
x y
T in
gg i M
an fa
at
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
Dari gambar diatas, maka :
x y
tg =
θ , sehingga nilai y tinggi lampu dari mata operator pada posisi vertikal
adalah 1,73 x 0,6 = 1,038 m. Dari gambar diatas, maka akan diperoleh tinggi posisi lampu dari lantai sejauh 2,6 meter 1,038 + 1,60. Tinggi manfaat dari
posisi penempatan lampu terhadap daerahpanel kontrol adalah sebesar 1,44 meter 2,6 - 1,2.
b Faktor Ruangan
Nilai faktor ruangan merupakan nilai yang menyatakan seberapa besar kepadatan cahaya yang dapat diterima pada bidang daerahwilayah tertentu.
Nilai ini dihitung dengan menggunakan formulasi :
manfaat tinggi
panjang 0,2
lebar 0,8
K +
=
1,44 ,
4 0,2
5 ,
2 0,8
K ×
+ ×
= = 1,9
c Penentuan Rendemen Penerangan
η Selain dari sistem pencahayaan langsung yang akan digunakan dalam usulan
perbaikan nantinya, sistem pencahayaan dengan cara overwegend indirect pemasangan lampu untuk mendapatkan cahaya lampu yang sepenuhnya
memancar kebawah juga akan dijadikan pertimbangan. Untuk perhitungan ini diperlukan sebuah daftar gabungan yang terdiri dari warna dinding dan flaponds.
Besarnya faktor ruangan dan rendemen penerangan yang didapatkan melalui tabel ”daftar rendemen penerangan”. Rendemen penerangan ini dapat
dinyatakan dengan sebuah formulasi sebagai berikut :
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
lampu dari
diperoleh yang
lumen banyaknya
diperlukan yang
lumen banyaknya
penerangan =
η
Jika pada saat ini warna dinding dan flapon yang ada dilantai produksi adalah berwarna kuning muda menurut Suryatmo dalam bukunya Teknik Arus Searah
faktor refleksi f.r untuk warna ini adalah sebesar 50, maka berdasarkan daftar rendemen penerangan akan diperoleh besarnya rendemen penerangan saat
ini adalah : η = 0,29 + 0,47 – 0,29 0,9 = 0,333
d Jumlah Lumens yang Dibutuhkan
Perhitungan ini ditujukan untuk menentukan jumlah arus cahaya berdasarkan luas daerah objek dalam hal ini adalah luas daerah cutting mesin dan ekstruder.
Jumlah lumen arus cahaya dapat dihitung dengan menggunakan E =
φS φ = E x S
= 500 lux x 10 m
2
= 5000 lumen Dimana :
E = Kekuatan penerangan lux 500 lux S = Luas bidang m
2
panjang 4 m dan lebar 2,5 m φ = Arus cahaya lumen
Berdasarkan perbandingan kuat cahaya dengan daya lampu watt, maka 5000 lumen sebanding dengan 200-300 watt. Oleh karena jenis lampu TL yang
dipasarkan hanya memiliki daya 200 watt, maka jumlah lampu TL yang
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
sebaiknya dipasang pada daerah set-up mesin saat ini adalah sebanyak 2 buah 500 watt yang dipasangkan sejajar dengan jarak antara 150 cm.
6.1.9 Rancangan Model Pemberian Bonus insentif