4.2.4 Metoda Pengujian
A. Uji Validitas
Validitas menurut Azwar 1997 didefinisikan sebagai seberapa cermat suatu alat tes melakukan fungsi ukurnya atau menurut Singarimbun Effendi 1989:124
adalah sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.
Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap item atau butir pernyataan benar-benar mampu mengungkap faktor yang akan diukur atau konsistensi internal tiap item alat
ukur dalam mengukur suatu faktor. Nilai korelasi yang diperoleh nilai korelasi per item dengan total item yang diperoleh setelah dikorelasikan secara statistik per individu lalu
dibandingkan dengan tabel nilai korelasi r Product Moment untuk mengetahui apakah nilai korelasi yang diperoleh signifikan atau tidak. Jika indeks nilai yang diperoleh dari
perhitungan tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari nilai tabel korelasi maka item itu dinyatakan valid demikian juga sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat
keterbatasan menguji validitas alat ukur maka yang dilakukan adalah mengukur kesahihan butir validitas item.
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
B. Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu petunjuk sejauhmana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, sejauhmana alat
ukur yang digunakan dapat memberi hasil yang relatif tidak berbeda jika dilakukan pengukuran ulang.
Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas alat ukur dilakukan dengan teknik sekali ukur One Shot Technique, yang kemudian diuji dengan pendekatan alpha
Cronbach. Menurut Malhotra 1999 sebuah faktor dikatakan reliabel jika mempunai
nilai alpha Cronbach di atas 0,6. Pengujian validitas ini dilakukan sebelum penelitian berlangsung dan diujikan pada 30 karyawan operator selain yang diambil sebagai
sampel. Besar koefesien cronbach ini antara 0 nol dan 1 satu. Makin besar nilai keandalannya maka semakin tinggi keandalan alat ukur yang digunakan. Perhitungan
keandalan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban responden.
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008
BAB V PENGEMBANGAN MODEL PEMECAHAN MASALAH
Model pemecahan masalah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah rancangan terhadap beberapa faktor penyebab terjadinya human error. Rancangan
tersebut diperoleh setelah sebelumnya dilakukan suatu kajian untuk mengetahui aktivitaspekerjaan yang paling besar memberikan peluang terjadinya human error.
Untuk lebih jelasnya model pemecahan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 5.2 seperti dibawah ini :
5.1 Analisis Masalah
Masalah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu bentuk kesenjangan gap, salah satunya adalah masih terdapatnya pemborosan yang terjadi pada divisi
pabrik kantong. Pemborosan ini disebabkan karena jumlah kantong yang dihasilkan tidak layak pakai menyimpang dari spesifikasi yang telah ditetapkan mencapai 33.971
helai setiap bulannya. Teknik yang dipakai untuk bisa menjelaskan kesenjangan gap dimaksud
adalah melalui wawancara dengan pihak terkait, antara lain kepala divisi, mandor, operator atau elaborasi data-data yang bersumber dari laporan-laporan tertulis yang
resmi dikeluarkan oleh divisi pabrik kantong ataupun pihak perusahaan. Data-data tersebut selanjutnya dimanfaatkan untuk melakukan analisis kualitatif guna mencari
tahu faktor penyebab terjadinya penyimpangan dengan menggunakan analisis fishbone diagram. Gambar 5.1 dibawah ini menunjukkan beberapa hal yang menjadi penyebab
munculnya penyimpangan hasil produksi kantong jenis sewing bag.
Yusrizal Bakar : Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik Kantong..., 2007 USU e-Repository © 2008