perhatian sepenuhnya pada TOGA. Mak Intan punya suatu prinsip bahwa segala sesuatu usaha jika dilakukan secara sungguh-sungguh sepenuh hati maka akan
memberikan hasil yang optimal. Prinsip ini membuat mak Intan mencurahkan perhatian yang dalam pada TOGA. Tidak ada pekerjaan lain yang mampu
membuatnya ‘berpindah perhatian’. Bahkan bujukan tetangga yang mengatakan bahwa memanfaatkan TOGA tidak memberikan hasil secara nyata dan langsung,
tidak menggoyahkan hatinya. Perjuangan yang dilakukan oleh mak Intan dalam mengembangkan TOGA,
melalui beberapa tahapan, yaitu :
5.2.1. Tahap Jamu Gendong
Pemanfaatan TOGA sebagai sumber mata pencaharian dimulai mak Intan sejak tahun 1981. Pada tahun itu, mak Intan mulai memanfaatkan tanaman obat yang
ada di pekarangan rumahnya untuk membuat jamu. Jamu ini dijual berkeliling kampung. Pada awalnya mak Intan menjadi penjual jamu gendong, kemudian
menjual jamu dengan menggunakan sepeda. Promosi jamu-jamu buatannya tidak hanya dilakukan dengan menjualnya berkeliling kampung, tetapi dilakukannya pada
setiap kesempatan atau kegiatan-kegiatan yang menyertakannya sebagai istri kepala lingkungan. Jamu-jamu yang dijual dibuat sendiri oleh mak Intan, sehingga beliau
bisa mengontrol campuran bahan-bahan yang digunakan. Tidak ada perasaan rendah diri atau malu, ketika mak Intan membawa jamu-
jamu buatannya pada acara-acara yang diselenggarakan dinas pertanian atau dinas
Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009
USU Repository © 2008
kesehatan. Bahkan, sambil mak Intan menjual jamu tidak lupa dia memperhatikan sekelilingnya. Terkadang dia mengutipi rumput-rumput yang ada di pinggir jalan,
dari mulai rumput teki, lalang sampai tanaman lain yang dia yakini sebagai tanaman obat atau berdasarkan pemberitahuan orang lain. Dia memiliki prinsip untuk
mengumpulkan tanaman obat sebanyak-banyaknya, dan semuanya itu akan memberikan kegunaan di suatu hari.
Dukungan dari suaminya juga cukup tinggi. Jam empat pagi mereka sudah bangun, suami mak Intan membantu menumbuk kencur-kencur untuk jamu beras
kencur dan menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk menjual jamu. Dan, selama mak Intan menjajakan jamu-jamu buatannya, suaminya yang dengan
sabar menjaga dan mengurusi keperluan anak-anaknya di rumah, karena setiap harinya jam 18.00 WIB baru mak Intan kembali pulang ke rumah.
5.2.2. Tahap Pameran
Tanaman mak Intan semakin hari semakin banyak. Jumlah tanaman yang cukup banyak ini ternyata menarik hati Tim Penggerak PKK dari dinas kesehatan
kota, begitu juga dari dinas pertanian. Dari sinilah mulanya jalinan untuk semakin berkembang dalam pemanfaatan TOGA.
Pada awalnya mak Intan hanya diajak untuk memamerkan koleksi tanaman obatnya dan jamu-jamu yang bisa dibuat dari tanaman-tanaman tersebut. Tetapi
berkat keuletannya sehingga dia mampu menghasilkan jamu-jamu instant, maka pameran yang diikutinya pun semakin luas. Mak Intan tidak hanya berpameran di
Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009
USU Repository © 2008
sekitar kota Medan, tetapi sampai ke luar dari Sumatera Utara. Palembang, Jakarta dan Yogyakarta adalah kota-kota yang pernah disinggahinya untuk melakukan
pameran TOGA. Dalam hal pameran ini, mak Intan tidak dibiayai oleh instansi yang
mengundang atau mengirimnya, semuanya dibiayai sendiri. Bahkan, sewaktu pameran di Jakarta, beliau tidak diajak ikut ke Jakarta, hanya jamu-jamu miliknya
yang dibawa oleh dinas kesehatan kota Medan. Begitu pun, mak Intan tidak mengeluh, hanya saja dia kurang merasa puas karena tidak bisa secara langsung
menjelaskan kepada konsumen cara pembuatan dan khasiat dari jamu-jamu miliknya. Setiap pameran yang diikutinya tidak hanya sekedar ikut-ikutan saja. Tetapi
mak Intan juga berupaya untuk menambah pengetahuan dan menambah koleksi- koleksi tanamannya. Bertemunya dia dengan peserta pameran dari berbagai daerah
menjadi ajang baginya untuk berbagi pengalaman dan berbagi pengetahuan tentang tanaman obat, juga semakin memperluas jaringan dalam mengembangkan penjualan
obatnya. Setiap mengikuti pameran mak Intan selalu memberikan kartu nama bagi pengunjung di standnya, sehingga memudahkan bagi konsumen untuk mencari dan
menghubunginya. Sampai saat ini, mak Intan sudah menjadi peserta tetap setiap ada pameran,
seperti di jalan Ahmad Yani depan RS Elisabeth, setahun bisa 3 kali acara pameran dilaksanakan, di dinas pertanian setahun sekali, di Istana Maimoon juga berlangsung
setahun sekali, belum lagi mengikuti kegiatan pameran di luar daerah, seperti baru-
Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009
USU Repository © 2008
baru ini di kota Stabat. Jadi, jika dihitung-hitung, dalam setahun paling sedikit bisa 4 kali mak Intan mengikuti pameran dengan waktu 2 minggu – sebulan masa pameran.
Beberapa tanaman obat yang tidak dimilikinya, diperolehnya ketika mengikuti pameran. Lidah buaya Kalimantan, stevia, keladi tikus, binahong, sirih merah, adalah
beberapa contoh tanaman obat yang diperolehnya berkat pameran yang diikutinya. Banyak juga tanaman ini yang tidak diperolehnya pada saat pameran tersebut, tetapi
dikirimkan ke Medan. “Semua itu berkat bincang-bincang dan menjalin silaturahmi dengan teman-teman sesama peserta pameran”, kata mak Intan.
Ajang pameran merupakan suatu usaha yang dilakukannya tidak hanya untuk mengumpulkan jenis-jenis tanaman obat, juga merupakan arena promosi. Oleh karena
itu, selain menyediakan kartu nama yang diberikan kepada pengunjung, mak Intan selalu berusaha agar dia sendiri yang menjelaskan kegunaan tanaman obat atau jamu-
jamu milikinya. Seakan dia memiliki keyakinan bahwa hanya dia yang mampu menjelaskan dan meyakinkan pengunjung akan kegunaan tanaman atau jamu
tersebut, dan dengan penjelasannya akan mampu menarik minat pengunjung untuk membelinya.
Kekecewaannya masih terasa sampai saat ini, setiap dia mengingat pelaksanaan pameran di Jakarta pada Agustus 2008. Tidak seperti pelaksanaan
pameran di Palembang pada Juli 2007, yang diikutinya secara langsung, maka ketika pameran di Jakarta, mak Intan tidak ikut, hanya jamu-jamu instant miliknya yang
dibawa oleh utusan dari dinas kesehatan _pameran tidak membawa nama pribadi,
tetapi sebagai utusan daerah _. Menurut beliau, petugas dari dinas kesehatan tidak
Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009
USU Repository © 2008
akan dapat menjelaskan khasiat jamu-jamu miliknya dengan rinci, apalagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pengunjung, sehingga tidak akan
memuaskan pengunjung dan tidak akan memancing minat pengunjung untuk mencoba jamu-jamu tersebut.
Pameran sebagai arena promosi memang dirasakan sekali oleh mak Intan. Setiap acara pembukaan pameran yang selalui dihadiri atau dilakukan oleh pejabat
apakah dari dinas kesehatan, dinas pertanian, ketahanan pangan, pasti menghadirkan wartawan-wartawan dari media surat kabar lokal atau daerah.
Kehadiran wartawan _biasanya dari Waspada, Posmetro dan Nasional Pos untuk
meliput penyelenggaraan acara ini, bahkan terkadang melakukan wawancara singkat, memberikan nilai tambah bagi usaha mak Intan.
Yang sangat menarik adalah ketertarikan Nasional Pos pada kegiatan yang dilakukan mak Intan. Kegiatan-kegiatan ini pada akhirnya menjadi sebuah sumber
berita yang tak putus mengisi halaman koran ini, seakan mak Intan menjadi pengisi sebuah rubrik tetap yang ada pada koran tersebut. Narasi ini dapat menggambarkan
keterikatan tersebut : “eh kamu kok ngikutin mamak aja sih, mo ngempeng yang ya
_mak Intan memang punya karakter bicara ‘asal saja’, ‘sentul kenyut’ merupakan ucapan yang sering dilontarkannya jika orang
yang diajaknya ngobrol lambat mengerti ucapannya _, kata mak
Intan, ketika dia merasa sering diikuti oleh si wartawan. Wartawan tadi lalu menjawab begini, “nggak mak, mamak cuma mau dibikin
cerita bersambung, karena ku perhatikan setiap mamak ikut pameran, pasti selalu mendapatkan bibit baru”. “Jadi, setiap ada
pameran, si wartawan selalu nanya mamak, tentang bibir baru yang lagi ngetrend”, lanjutnya. “Sirih hitam, binahong, daun mint, keladi
tikus dan daun stevia, sudah pernah dibikinnya cerita dan
Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009
USU Repository © 2008
dimasukkan ke dalam korannya” _maksudnya menjadi berita di
koran nasional pos tersebut _, tutur beliau.
Ada beberapa kali mak Intan dengan tanaman obatnya mengisi berita-berita di koran-koran tersebut, seperti pada Tabel 5.2. berikut
Tabel 5.2. Kumpulan Berita Tentang mak Intan di Koran No
Topik Nama Koran
Tanggal Terbit 1 Tanaman
Obat-Obatan. Jamu Sapu Jagat ala Bu Stepia
Nasional Pos Medan
Edisi V 30 April – 6 Mei 2007
2 Mak Stepia Tanam 500 Jenis Tanaman
Obat Perjuangan
Medan 6 Agustus 2007
3 Membuat Minuman Sehat dan Alami
Tabloid Vista Medan
Edisi 7, Minggu ke-2, Nopember 2007
4 Mak Stepia Tawarkan Ratusan Tanaman Obat Berkhasiat
Nasional Pos Medan
Edisi 48 10-16 Maret 2008
5 Kelapa Pandan si Mungil yang Potensial
Waspada Medan
12 Juni 2008 6 Mak Stepia, Pemilik 500 Jenis
Tanaman Obat Pos Metro
Medan 18 Desember 2008
7 Pemerintah harus perhatikan tanaman obat
Nasional Pos Medan
24-27 Desember 2008
8 Meraup Untung dari Tanaman Obat Tradisional
Waspada Medan
- 9 Perpaduan
Usaha dan Kesehatan ala
Mak Stepia : Hiasi Rumah dengan Tanaman Obat
Posmetro Medan
13 Mei 2009
10 Kanker pun Sembuh Tanpa Operasi : Tanaman Obat Mak Stepia Makin
Diminati Nasional Pos
Medan 13-16 Mei 2009
11 Daun Stepia : Pemanis Pengganti Gula Non-Kalori
Nasional Pos Medan
17-19 Mei 2009 12 Leunca Usir Berbagai Penyakit
Waspada Medan
20 Mei 2009
Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009
USU Repository © 2008
5.2.3. Tahap Jamu Instant