Hambatan-Hambatan dalam Mengembangkan TOGA

takaran ; 4 kandungan kimianya merupakan dasar obat-obatan modern ; 5 obat-obat tradisional bersifat konstruktif atau memperbaiki secara perlahan-lahan tetapi menyeluruh, sedangkan obat-obat modern bersifat dekstruktif yaitu menyembuhkan secara cepat, dengan dosis tinggi, tetapi belum tentu aman bagi tubuh. Untuk mengetahui khasiat dan komposisi bahan-bahan dasar pembuatan jamu-jamu instant milik mak Intan , dapat dilihat pada lampiran 2.

5.3. Hambatan-Hambatan dalam Mengembangkan TOGA

Dalam pengembangan TOGA sebagai usaha keluarga, mak Intan tidak memiliki hambatan yang cukup berarti. Dahulu yang menjadi masalah adalah sulitnya untuk memiliki jenis tanaman obat tertentu yang tidak ada di Sumatera Utara, seperti keladi tikus. Upaya yang dilakukannya agar dapat memiliki jenis tanaman obat tersebut adalah selalu aktif dan selalu menghubungi via telepon ke staf dinas pertanian atau ke teman-teman yang dikenalnya sewaktu melakukan pameran, bahkan ke pengunjung yang mendatangi stand pamerannya selalu dicarinya informasi tentang keberadaan tanaman tersebut. Semua upaya ini dilakukannya sampai mak Intan berhasil memiliki tanaman tersebut. Kesulitan lain yang dihadapinya adalah pengembangan tanaman obat bernama Sinyo Nakal. Tanaman ini diperolehnya dari Tanah Karo, tepatnya dari desa Semangat Gunung yang berada di sekitar kawasan Gunung Sibayak. Tanaman obat ini memiliki khasiat untuk mengobati penyakit ginjal. Ternyata, tanaman ini tidak tahan panas sehingga sulit sekali untuk mengembangkannya. Tetapi mak Intan tetap Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009 USU Repository © 2008 berusaha. Beberapa kali tanaman ini dibawanya tetapi sampai di Medan tidak dapat tumbuh bahkan mengalami kematian. Kejadian-kejadian ini tidak memutuskan semangatnya untuk tetap berusaha, sampai saat ini tanaman tersebut sudah berhasil tumbuh di halaman rumahnya di bawah naungan paranet, tetapi untuk dapat berkembang sepertinya mak Intan harus mengerahkan segala kepintarannya. Masalah-masalah yang dialaminya masih dapat ditanggulanginya, termasuk masalah dukungan dana. Mak Intan merasa usahanya cukup lambat berkembang karena kurangnya dukungan dana. Keuntungan dari penjualan tanaman obat ataupun jamu-jamu instant, sebagian besar habis terpakai untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, karena usaha TOGA ini sudah menjadi satu-satunya usaha yang menopang perekonomian keluarganya. Pekerjaan suaminya sebagai kepala lingkungan tidak akan mencukupi kebutuhan keluarga. Jadi, usaha TOGA ini ikut berperan cukup besar untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Dahulu, memang dinas pertanian pernah memberikan pinjaman sebesar Rp.12.000.000, tetapi ini pinjaman untuk kelompok tani mereka. Mak Intan sebagai ketua kelompok, membagi juga dengan anggota kelompoknya. Ketika tiba saat membayar, mak Intan kewalahan karena banyak anggotanya yang mengelak untuk membayar dengan berbagai alasan. Pengalaman ini membuat beliau tidak mau lagi menerima bantuan atau pinjaman yang bersifat kelompok, tapi lebih mau yang bersifat pribadi saja, “enak kalo mau membayarnya”, katanya. Untuk lebih mengembangkan usaha TOGA ini, mak Intan dan atas persetujuan suaminya sampai menjual rumah milik mereka. Keyakinan yang begitu Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009 USU Repository © 2008 kuat bahwa usaha yang ditekuninya akan memberikan hasil, membuat suaminya luluh dan meluluskan permintaan istrinya untuk menjual satu-satunya rumah milik mereka sebagai modal usaha mengembangkan TOGA. Keyakinan mak Intan memang terbukti. Usaha pemanfaatan TOGA yang dikelolanya memang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tetapi mak Intan memiliki sifat yang keras, seperti kemauannya yang keras. Mak Intan sangat royal kepada anak dan cucunya, bahkan kepada tetangga yang memiliki tanaman obat yang diperlukan dalam pembuatan jamu-jamu instant. Daun kumis kucing milik tetangga mereka, sebenarnya sudah pantas dibeli dengan harga Rp.20.000, tetapi mak Intan akan menghargainya Rp.50.000. Suatu harga yang cukup mahal bagi bapak Ahmad. Dan, sepertinya sifat ini kurang berkenan dengan suaminya, sehingga menjadi sebuah dilema dalam dirinya. Bapak Ahmad menyayangkan sifat ini, karena mereka memulai usaha TOGA dengan modal yang pas-pasan dan melalui perjuangan yang sangat panjang sampai akhirnya bisa seperti sekarang ini. Berkaitan dengan hal di atas, sepertinya mak Intan ingin menunjukkan kepada tetangganya bahwa dengan memanfaatkan TOGA dia berhasil memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, bahkan masih mampu membeli dengan harga yang jauh lebih mahal. Mak Intan seakan ingin menunjukkan keberhasilannya dalam memanfaatkan TOGA, yang selama ini kurang ditekuni oleh tetangganya dan dianggap tidak memberikan nilai ekonomis. Sesuai dengan teori motivasi hirarki kebutuhan Maslow, mak Intan ingin menunjukkan bahwa melalui pemanfaatan dan pengembangan TOGA tidak hanya Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009 USU Repository © 2008 mampu memenuhi kebutuhan fisiologiskebutuhan dasar tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, bahkan mencapai tahap kemampuan untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri yaitu berupa pengakuan terhadap kapasitas pengetahuan, ketrampilan dan potensi yang dimilikinya Sopyan, 2008:1. Tetapi suaminya tidak memahami hal ini, sehingga pembelian bahan pembuatan jamu yang di atas harga normal merupakan suatu keborosan belaka. Permasalahan keuangan ini juga menyangkut tidak adanya pembukuan keuangan yang terperinci setiap harinya, sehingga tidak dapat diketahui berapa uang yang dikeluarkan untuk pembuatan jamu instant dan berapa uang masuk dari penjualan tanaman obat dan jamu instant. Manajemen keuangan yang kurang profesional ini membuat bapak Ahmad agak frustasi, karena pembeli jamu cukup banyak tetapi hasilnya tidak begitu kelihatan. Untuk keperluan hidup sehari-hari keluarganya dan keluarga anak menantunya, juga untuk modal pembuatan jamu-jamu instant memang dapat terpenuhi dengan usaha pemanfaatan TOGA ini. Bapak Ahmad mengharapkan istrinya lebih berhemat dan dapat menabung untuk persiapan keperluan mereka di masa tua kelak. Tetapi mak Intan memang orang yang tidak begitu mengkhawatirkan hari esok, “jalani sajalah bu hidup ini apa adanya, kalo orang senang kan kita juga didoakannya”, katanya. Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009 USU Repository © 2008

5.4. Keinginan-Keinginan