Nilai Kepuasan Pemanfaatan TOGA

”Tahun 2000 saya studi banding ke Jawa, ke Yogya, waktu itu seminar disana 28 orang yang ikut dari Sumatera Utara. Tapi banyak teman-teman saya saat itu mencari jenis bunga yang mahal, yang murah memang nggak ada, tapi saya nggak tertarik kepada bunga. Waktu itu di Keraton Yogya. Saya melihat disitu ada tanaman TOGA kemudian itu yang saya ambil, karena dalam hati saya lebih penting TOGA daripada bunga yang mahal itu. Pas kami ke Taman Mini Jakarta juga banyak tanaman TOGA yang saya lihat dan ada beberapa yang saya ambil. Seminggu lebih kami di Jawa, kawan- kawan rata-rata cari bunga, tetapi saya mencari satu per satu TOGA yang ada di situ. Tapi namun banyak jenisnya, tetapi banyak pula yang sama dengan TOGA yang ada di daerah ini, cuma namanya aja yang lain dengan yang saya sudah punya disini. Salah satu yang tidak ada itu yaitu pohon kemenyan. Saya langsung beli dan ambil itu TOGA jenis kemenyan. Selain itu juga ada saya beli anakan lidah buaya yang dari Kalimantan yang panjang itu yang sekarang masih tetap saya lestarikan”.

5.5.3. Nilai Kepuasan

Mengerjakan sesuatu biasanya tidak terlepas dari apa yang menjadi keingininannya, dan hal ini lah sering disebut dengan hobbi. Orang rela mengorbankan apa saja untuk mengerjakan hobbinya tersebut. Misalnya untuk menyalurkan hobbi dalam mengendari kenderaan bermotor, biasanya orang tidak segan-segan mengeluarkan modal yang besar untuk adpat membeli kendaraan misalnya. Demikian juga halnya dalam menanam TOGA ini juga tidak terlepas dari hobbi masyarakat itu sendiri. Hobbi ini juga tidak terlepas dari kepuasan orang yang melakukannya. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan mak Intan diperoleh informasi antara lain apabila ada masyarakat yang sakit, dan setelah mengkonsumsi TOGA yang dimilikinya, maka ada suatu kepuasan yang tak terhingga di dalam Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009 USU Repository © 2008 dirinya. Banyak sudah pasien yang telah sembuh setelah mengkonsumsi jamu ataupun minuman sehat darinya. Biasanya si pasien diundang kembali datang apabila sudah sembuh, hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan ataupun khasiat dari obat TOGA yang dikonsumsi oleh si pasien. Setelah mengalami kesembuhan, maka si pasien diharapkan untuk menuliskan pernyataan sehat setelah mengkonsumsi jamu ataupun minuman sehat darinya. Pernyataan tersebut dituliskan di dalam sebuah buku yang disebut dengan Buku Pernyataan Minuman Sehat Konsumen. Dari dokumentasi tersebut juga diketahui beberapa penyakit yang pernah sembuh setelah mengkonsumsi jamu ataupun minuman sehat antara lain; penyakit maag, nyeri di perut, sariawan, diabetes, darah tinggi, vertigo, kanker, asma, dan masih banyak lagi penyakit lainnya. Beliau mengatakan: ”Saya memanfaatkan TOGA ini ya bu sesuai dengan hobbi saya, saya memang dari kecil itu ya bu suka sekali yang namanya mengatur-ngatur bunga-bunga yang ada di rumah ataupun pekarangan rumah kami. Terus namanya saya juga anak seorang petani, saya sangat suka tanam-menanam itu. Oleh karena itu selain saya suka bertanam, sayapun sudah tahu mengolah beberapa tanaman TOGA pada saat itu, saya berpikir mengapa hal ini tidak saya kembangkan saja. Oleh karena itu saya memulai usaha ini meskipun modalnya tidak sedikit. Mulai dari beli bibit, beli tanah, beli kompos, vitamin, dan juga potnya. Alhasil kalau kita memang tekun dan sabar dalam melakukan sesuatu mudah-mudahan apa yang kita kerjakan tersebut berhasil. Selain itu juga kan saya merasa puas apabila ada kawan, ataupun pasien lainnya yang mengalami sembuh setelah mengkonsumsi jamu ataupun minuman sehat yang saya miliki. Saya juga tidak lupa meminta kepada pasien untuk datang kembali ke tempat saya apabila mereka sudah sembuh dari penyakitnya. Hal ini saya butuhkan sebagai sumber informasi dari kelanjutan pengobatan saya, selain itu juga saya harapkan kesembuhan mereka disaksikan dengan membuat dokumentasi Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009 USU Repository © 2008 dalam bentuk pernyataan sembuh di buku tulis yang sudah saya sediakan. Beberapa penyakit yang sudah pernah sembuh antara lain penyakit maag, nyeri di perut, sariawan, diabetes, darah tinggi, vertigo, kanker, asma, dan lain-lain”. Jadi pemanfaatan TOGA memberikan banyak nilai-nilai yang berarti dalam kehidupan ini. Selain ketiga nilai di atas, maka TOGA juga memiliki fungsi sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi: 1. Upaya preventif pencegahan 2. Upaya promotif meningkatkan derajat kesehatan 3. Upaya kuratif penyembuhan penyakit Selain fungsi-fungsi di atas ada juga fungsi lainnya dari pemanfaatan TOGA, yaitu: 1. Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran misalnya lobak, seledri, pepaya dan lain-lain. 2. Sarana untuk pelestarian alam. Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upaya-upaya pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu terutama tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan. Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009 USU Repository © 2008 3. Sarana penyebaran gerakan penghijauan. Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pahon misalnya pohon asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan lain-lain. 4. Sarana untuk pemerataan pendapatan. Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber penghasilan bagi keluarga tersebut. Ulina Karo-Karo : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Toga Untuk Pengobatan Sendiri Dan Pengembangan Usaha Di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan, 2009 USU Repository © 2008 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan