Pengaruh Prosedur Tetap terhadap Kinerja Pengelola Obat Cross-Check Kinerja Pengelola Obat dengan Kepala Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

yang dilakukan orang di pekerjaannya. Dalam artian, kriteria pekerjaan menjelaskan apa yang dilakukan orang di pekerjaannya. Oleh karena itu kriteria-kriteria ini penting, kinerja individual dalam pekerjaan haruslah diukur, dibandingkan dengan standar yang ada, dan hasilnya dikomunikasikan pada setiap karyawan. Mendukung penelitian Dewi 2006 bahwa salah satu upaya meningkatkan kinerja petugas di rumah sakit adalah dengan pemberian imbalan sesua dengan beban kerja yang dilakukannya, sehingga Dewi merekomendasikan pemberian umpan balik, adanya reward dan punishment salah satu upaya dalam rangka meningkatan kinerja petugas dalam rangka melengkapi pengisian data rekam medis di RSUD Kabupaten Buleleng Bali. Mengacu kepada pengertian imbalan menurut Suwarto 1999 bahwa imbalan terdiri dari imbalan ekstrinsik extrinsic reward dan imbalan intrinsik intrinsic reward. Imbalan yang dimaksud dalam pengelolaan obat di puskesmas yaitu bentuk uang, karena uang merupakan imbalan ekstrinsik yang utama dan secara umum diakui bahwa uang adalah pendorong utama.

5.6. Pengaruh Prosedur Tetap terhadap Kinerja Pengelola Obat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan baik tentang prosedur tetap puskesmas dan puskesmas pembantu lebih banyak mempunyai kinerja pada kategori baik dalam pengelolaan obat. Selanjutnya dengan uji regresi berganda, variabel prosedur tetap menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap kinerja pengelola obat p0,05. Demikian halnya hasil cross-check lampiran 5 yang penulis lakukan kepada masing-masing kepala puskesmas dan puskesmas pembantu di Kota Sibolga pada saat penelitian tentang prosedur tetap di puskesmasnya diperoleh penjelasan bahwa prosedur tetap yang digunakan pengelola obat di puskesmas dan puskesmas pembantu menurut kepala puskesmas dan puskesmas pembantu hampir sama dengan jawaban responden, artinya baik petugas maupun pimpinan kepala puskesmas dan puskesmas pembantu mempunyai penilaian yang sama tentang prosedur tetap yang dibuat oleh kepala puskesmas. Mendukung penelitian Mursyidah 2005 bahwa mekanisme atau prosedur tetap dalam pengelolaan obat di puskesmas dan puskesmas pembantu perlu dirubah agar obat rutin dan program tersentralisir pada satu unit pengelola obat sehingga semua obat bisa tercatat dan terlaporkan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pengertian prosedur tetap menurut Gibson 1989 yaitu merupakan penentuan cara yang paling efesien dalam melaksanakan tugas. Teknik prosedur tetap ditujukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pokok karyawan dan organisasi, serta menyingkirkan penghalang di tempat kerja.

5.7. Cross-Check Kinerja Pengelola Obat dengan Kepala Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Berdasarkan hasil cross-check lampiran 5 yang penulis lakukan kepada masing-masing kepala puskesmas dan puskesmas pembantu di Kota Sibolga pada saat penelitian tentang kinerja pengelola obat di puskesmasnya diperoleh penjelasan tentang kinerja pengelola obat menurut versi setiap kepala puskesmas dan puskesmas pembantu cukup beragam, namun secara keseluruhan menunjukkan bahwa umumnya kepala puskesmas dan puskesmas pembantu menyatakan kinerja pengelola obat kecenderungan baik dalam hal perencanaan, pengadaan, distribusi dan penggunaan. Hal ini hampir sama dengan hasil jawaban responden tentang kinerjanya dalam pengelolaan obat yang umumnya pada kategori baik 55,6, berdasarkan kinerja dapat diasumsikan belum seperti yang diharapkan apabila dilihat dari jumlah petugas sebanyak 36 orang, hanya 20 orang diantaranya yang berkinerja baik.

5.8. Keterbatasan Penelitian