penyalahguna NAPZA dan lain-lain yang dilatih dengan materi tertentu sehingga mampu memberikan informasi dan membantu
menyelesaikan masalah kesehatan pada teman sebayanya. Peer counselor merupakan strategi yang efektif untuk menyelesaikan
masalah remaja dengan resiko penyalahgunaan NAPZA. Kelompok sebaya dapat menurunkan remajasiswa terhadap resiko
penyalahgunaan zat adiktif sehingga siswa yang berprilaku negatif akan berkurang.
Peer counselor itu sendiri merupakan aspek teknik dan pendekatan dalam kehidupan. Sehingga diharapkan setelah residen
berperan sebagai peer counselor di panti, dari teknik dan pendekatan dari sikap masing-masing residen mengenai peer
counselor dapat berjalan baik dan bisa membantu teman sebayanya untuk pulih dengan motivasi dan masukan yang mereka berikan.
Setidaknya mereka terbuka pemikirannya dan selalu belajar dari kesalahan yang telah menjerumuskan mereka kepada jalan yang
buruk, menjadi lebih semangat kembali untuk menyongsong masa depan dan terpenting dapat di terima baik di masyarakat maupun
keluarganya. Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan
penulis menemukan bahwa peer counselor di panti sangat di butuhkan untuk membantu masalah yang dihadapi oleh teman-
teman sebayanya. Sebagaimana yang diungkapkan Bapak Ahmadin:
“Peer counselor dikita ini kan ada beberapa grup, grup itu dalam TC sebenernya ada konseling individu ada konseling
kelompok itu yang dikatakan peer counseling artinya static group nah static group itu adalah seorang konselor atau
pekerja sosial mempunyai anak binaan misalkan ada 10 orang nah disitu nanti akan terjadi konseling artinya peer
mereka misalkan si konselor sebagai komda menyampaikan silahkan misalkan kita ada rool nya gitu kan ada sircle nya
disitu setelah sircle nanti baru si komdak memandu acara ada rusnyaada aturannya setelah itu nanti diserahkan siapa
yang punya isu dalam artian masalah biasanya kan mereka kan mengangkat tangan itu nanti mereka menyampaikan
masalahnya ditanggapi oleh temannya, dikasih solusi pendapat feed back istilahnya, ada tanggapan ada feedback
kalo udah selesai tanggapan dan feed back oleh temen- temennya baru si komdak ini menyimpulkan, ini satu kasus
satu
orang teruus
sampai ada
beberapa orang
menyampaikan itu sehingga nanti penyelesaian kelompok konselingitu di bahas bersama dan hasilnya kita bersama,
kalo memang belum tuntas itu mungkin di lanjut minggu depan lagi, jadi setiap minggu grup sketing itu namanya
peer counselor sebetulnya , ada peer static group ada juga yang mungkin pake pic juga ada menggunakan sircle itu
disebutnya dinamika kelompok. Peer counselor disini menjadi suatu treetmen.
10
Dari ungkapan Bapak Ahmadin diatas terlihat bahwa peer counselor dapat membantu residen yang lain menjadi lebih baik
melalui masalah yang disampaikan kemudian ditanggapi oleh temannya, diberikan solusi, pendapat, feed back, menyimpulkan
yang di sampaikan oleh teman-teman sebayanya beserta Pekerja Sosial PSPP.
Hal lain diungkapkan oleh Bapak Robby; “Pengaruhnya sih tinggi, artinya dari mereka untuk mereka
gitu loh, Cuma memang saya bilang itu relatif ya, kadang- kadang ada juga pada saat di luar circle itu pengaruh negatif
itu tinggi cepet juga, memang tergantung mutnya dia, feelingnya mereka pada saat itu but apa bet nah kalo bet
pasti karakter negatif itu cepet, kalo dia lagi feeling good
10
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmadin, Spdi.Msi, Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial, Bogor, 06 Mei 2014
nah itulah disitu makanya kenapa kejelian seorang konselor atau pekerja sosial itu, pada saat dia feeling dia lagi good
disitulah kita berperan seorang konselor edik maupun itu psikolog disitu artinya kita mendampingi gitu loh, kita bisa
jadi apa pendamping, nah ini yang harus kita inikan gitu loh jadi yang namanya body pada saat dia duduk yah ada kita,
pada saat dia jalan kemana ada kita gitu loh, jadi nanti dia akan berfikir gitu loh pada hal yang positif gitu loh.
11
Dari ungkapan di atas terlihat bahwa pekerja sosial selalu dapat mendampingi residen melalui peran pekerja sosial yang
diharapakan seorang pekerja sosial bisa menyampaikan, memberi contoh dan mendampingi residen korban NAPZA yang sesuai
dengan bahasa-bahasa yang bisa dimengerti teman-teman sebayanya. Sehingga mereka tidak begitu saja putus asa untuk
dapat kembali pulih bahkan berharap untuk bisa benar-benar sembuh dari ketergantungan NAPZA.
Awal mula munculnya Peer Counselor, penulis melakukan analisa dan ikut serta kegiatan yang ada di Panti Sosial Pamardi
Putra “Galih Pakuan” ini , peer counselor ini muncul dengan adanya kegiatan-kegiatan diantaranya:
a. Moring Meeting
Pertemuan yang merupakan komponen utama yang dilaksanakan setiap pagi hari pukul 08.00 untuk
mengawali kegiatan residen dan diikuti oleh seluruh residen yang dipimpin oleh chief yaitu residen yang
bertugas memimpin teman-temannya.
11
Wawancara Pribadi dengan Bro Robby, Pekerja Sosial, Bogor, 20 April 2014
1 Tujuan
a Mengawali hari agar menjadi lebih baik
b Image
breaking membangkitkan
kepercayaan diri, melatih kejujuran dan kepercayaan terhadap residen yang lain
c Mengidentifikasi perasaan
d Membahas
isue keseluruhan
rumahasrama yang harus diselesaikan oleh komunitas.
Di dalam kegiatan morning meeting selalu diawali doa menurut agama dan kepercayaan mereka
masing-masing dengan cara melingkar dan berpegangan pundak, lalu membaca the creed kemudian setiap
individu maju kedepan untuk memberikan info-info atau masukan untuk residen yang lainnya. Di dalamnya
terdapat beberapa sesi yaitu: a.
Awarness yaitu, peringatan ringan. b.
Motivation yaitu, memberikan motivasi untuk sesama residen.
c. Anknowledge yaitu, ucapkan terimakasih
kepada residen di depan forum. d.
Announcement yaitu,
mengungkapkan pengumuman yang akan dilakukan bersama-
sama.
e. Quotes yaitu, kamut kata-kata mutiara
yang diberikan salah satu residen untuk residen lainnya.
f. Reading yaitu, membacakanmenginfokan
berita ke sesama residen. 2
Proses a
Perkenalan anggota. b
Pembacaan filosofi yang tertulis written philosophy.
c Pengumuman yang berkaitan dengan
kepentingan bersama. d
Pull up peringatan dan nasehat. e
Pernyataan pribadi atau penghargaan f
Pembacaan berita aktual. g
Konsep hari ini. h
Permainan. i
Pernyataan observer dan di tutup dengan ucapan selamat pagi serta jabat tangan.
3 Aturan
a Setiap residen wajib aktif.
b Setiap residen mendengarkan dengan
baik. c
Setiap residen menjadi bagian daripada permasalahan.
d Mengidentifikasi keadaan seluruh rumah
asrama. Dalam kegiatan morning meeting ini hanya
sebagian residen yang berperan aktif untuk ikut berpartisipasi mengisi bagian-bagian diatas pada
sebuah lembaran yang telah diberikan oleh ceef. Hanya residen tertentu yang selalu aktif untuk
memberikan pendapatnya.
12
b. Morning briefing
Pertemuan seluruh residen yang dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu pukul 08.00 kegiatan ini
dilakukan pada akhir pekan untuk membahas masalah- masalah yang terjadi didalam rumah atau setiap asrama
dan membahas perasaan yang sedang mereka alami pada hari itu dan memfollow up kegiatan yang mereka
lakukan selama seminggu. Tidak jauh beda dengan kegiatan morning
meeting bahwasanya hanya sebagian residen yang aktif untuk mengungkapkan segala permasalahn yang
mereka alami pada hari itu.
13
12
Hasil temuan lapangan pada saat penelitian mulai dari bulan Oktober 2013 sd Mei 2014
13
Ibid
c. Sharing circle
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari , terutama setelahkegiatan moring meeting dan morning briefing.
kegiatan ini diikuti oleh seluruh residen untuk membahas masalah yang terjadi pada diri masing-
masing individu, kemudian membiasakan diri untuk memberikan masukan dan menanyakan secara jelas
masalah yang dialami oleh familinya family adalah sebutan akr
ab residen PSPP “Galih Pakuan” Bogor Kegiatan
ini dipimpin
oleh Chief
dan dimonitoring
oleh pembina.
Namun, terkadang
memberikan tanggung jawab untuk memonitoring kegiatan ini dan memberikan nasehat, motivasi dan
pengetahuan. 90
residen aktif
menguraikan permasalahan yang dihadapinya dan residen yang
lainnya juga aktif untuk memberikan nasehat dan motivasi
untuk sama-sama
ingin pulih
dari ketergantungan NAPZA.
14
Dari uraian diatas bisa penulis simpulkan, bahwa residen berperan penting terhadap teman sebayanya untuk saling
mengingatkan, memotivasi, mendorong, menegur, menasehati serta mengkritik teman-teman sebayanya, maka dinamakanlah dengan
Peer Counselor.
14
Hasil temuan lapangan pada saat penelitian mulai dari bulan Oktober 2013 sd Mei 2014
Selain itu dari hasil observasi dan wawancara langsung selama dilapangan peran peer counselor memiliki manfaat yaitu
agar residen mendapatkan motivasi, feed back, pengalaman, dan dorongan untuk pulih. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
saudara Beni; “Pertama posisi saya sebagai pendengar disini kita
sebenernya jatoh dari segi mental dan pikiran, iya kan kita jatoh tetapi kita sharing kita diberi motivasi gitu diberi
pemikiran yang bagus yang lurus dan positif, jadi yang kita ubah disini mainset kita sudut pandang kita pola pikir. Kalo
sebagai posisi kita pendengar yaa sebenernya kita mendengar banyak kisah lah itu juga sudah bisa terjadi di
diri kita atau belum pernah terjadi itu saya jadikan sebagai pembelajaran gitu loh pengalaman tetapi kalo untuk
motivasi kita tetep kasih dia motivasi yang membangun.
15
Dari ungkapan saudara Beni diatas meskipun kita sudah jatuh di lubang yang salah akan tetapi kita masih bisa ubah mainset
dari sudut pandang dan pola pikir. Jadikanlah semua hal menjadi pembelajaran dan pengalaman serta tetap kita selalu memberi
motivasi terhadap diri kita dan teman-teman sebaya yang lain. Hal lain diungkapkan oleh saudara Rio dan Sukma;
“Kita bisa saling mengetahui satu sama lain masalah dia di luar apa dan saya juga apa, bisa ngambil dampak yang
positifnya dari dia, memberi feed back kita kasih.
“Suatu tritment ya.
16
Dari ungkapan Rio dan Sukma dapat terlihat bahwa peer counselor dapat dikatakan sebagai suatu treament, dapat saling
mengetahui masalah teman-teman sebayanya yang lain dan bisa
15
Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih
Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014
16
Wawancara Pribadi dengan Saudara Sukma, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014
memberikan feed back terhadap teman-teman sebayanya di panti ini.
2. Dasar-dasar komunikasi dalam Peer Counselor
1
Acceptance yaitu merupakan teknik yang digunakan
konselor untuk menunjukkan minat, pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli dan sikap menerima
pribadi konseli sebagai suatu keseluruhan. Sebagaimana diungkapkan oleh saudara Beni;
“Saya pertama tegor, sindir, dan blash marah ya kan, kalo semua itu gak bisa kita punya tritment-
tritmen khusus sendiri, tritment-tritment khususlah pokonya tritment ini mengarahkan mereka ke
kebersamaan karna kita semua disini punya gimana ya bisa dibilang motto ya kan all for one one for all
disini
”.
17
2
Attending, yaitu perilaku yang secara langsung
berhubungan dengan respek, yang ditunjukan ketika konselorhelper memberikan perhatian penuh pada
konselihelpee, melalui komunikasi verbal maupun non verbal, sebagai komitmen untuk fokus pada konseli.
Sebagaimana diungkapkan oleh saudara Sukma; “Mendorong dirinya biar lebih peduli lagi dengan
family nya disini”. 3
Summarizing yaitu ketrampilan konselor untuk mendapatkan kesimpulan atau ringkasan mengenai apa
yang telah dikemukakan oleh konseli. Diungkapkan oleh saudara Beni;
17
Wawancara Pribadi dengan Saudara Sukma, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014
Sebenernya kalo saya bilang bukan kearah keterampilan yah, tapi saya berkaca dengan
pengalaman hidup saya kemarin dan saya bagi ke mereka, karna kita disini balik lagi kita merubah
mainset mereka, pola pikir mereka, karna pola pikir kita bisa dapet dari pengalaman ya kan, pengalaman
kan guru yang paling baik.
18
4 Questioning yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dan
memberikan kesempatan
pada konseli
uniuk mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan jawaban
dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan
konseli dan bersifat mendalam genuineness adalah
mengkomunikasikan secara jujur perasaan sebagai cara meningkatkan hubungan dengan dua atau lebih individu.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Robby; “Pada saat di di grup kan itu kan pada saat dia
memberikan motivasi, jadi temennya sharing kita kembalikan lagi ke mereka artiannya motivation,
feed back, entar mereka angkat tangan itu lah disitu, jadi keterampilan dia berbicara memberikan suatu
motivasi yang maslahat ama temennya itu seperti apa, nah yapi pada saat dia memberikan suatu
motivasi ke temennya itu sama dengan dia memberikan suatu motivasi ke dirinya sendiri gitu
loh, dan peranan seorang konselor edik pada saat di grup terapi itu dari 10 itu Cuma 1 selebihnya
dari mereka semua, nah gitu loh, kita hanya memberikan suatu support jadi tambahan gitu loh,
pada saat diberikan suatu motivasi temennya, nah kita selaku konselor edik atau pekerja sosial ini
harus milih pada saat itu temen-temennya memberikan suatu motivasi apa nih terhadap
mereka , yang tidak ada sama mereka itu, itulah kita yang nambahin gitu loh, dari misalnya mereka
memberikan suatu motivasi cuma lima kata gitu loh,
18
Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih
Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014
tapi kita bisa menambahkan satu atau dua kata nah itu kita harus nambahin.
19
5 Questioning, yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dan
memberikan kesempatan
pada konseli
untuk mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan jawaban
dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan konseli dan bersifat mendalam. Seperti diungkapkan oleh
pak Ahmadin Spdi;M.Si “Saya hanya memberikan arahan saja setelah itu
residen lah yang mengeksplor serta memberi jawaban terhadap masalah yang mereka alami”.
20
6
Genuineness, adalah mengkomunikasikan secara jujur
perasaan sebagai cara meningkatkan hubungan dengan dua atau lebih individu. Seperti di ungkapkan oleh saudara
Beni; “Saya pertama tegor, sindir, dan blash marah ya
kan, kalo semua itu gak bisa kita punya tritment- tritmen khusus sendiri, tritment-tritment khususlah
pokonya tritment ini mengarahkan mereka ke kebersamaan karna kita semua disini punya gimana
ya bisa dibilang motto ya kan all for one one for all disini
”.
21
7
Assertiveness, kemampuan mengekspresikan pemikiran
dan perasaan secara jujur, yang ditunjukkan dengan cara berterus terang, dan respek pada orang lain. Saudara Beni
mengungkapkan;
19
Wawancara pribadi dengan Bro Robby, Pekerja Sosial, Bogor, 16 Mei 2014
20
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmadin Spdi;M.Si, Kepala Seksi Program dan
Advokasi Sosial, Bogor, 30 April 2014
21
Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih
Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014
“Kalo untuk saya, karna saya udah merasa bagaimana paitnya karna kena narkoba ya kan, ya
saya gak mau mereka lama gitu loh mumpung mereka belom parah seperti saya, ya saya kasih
sudut pandang pola pikir yang menurut saya yang baik untuk mereka, jadi tetep balik lagi disini ke
mainset tapi ya tiap orang kan penyampaiannya berbeda-beda ke bewah, kalo saya bisa di bilang
secara pedas sampe saya di julukin kiler disini karna gimana ya disini jangki, jangki itu punya pemikiran
yang batu jadi susah berubah karna egonya tinggi, karna pola pikirnya sempit ya, jadi kita harus
pecahin tuh batu gimana caranya ga bisa dengan cara yang pelan, yah tetep semuanya butuh proses
karna kita untuk mencapai proses kenyamanan harus ngelewatin yang ngga nyaman dulu.
22
8 Confrontation, adalah ekspresi konselor tentang
ketidakcocokannya dengan perilaku konseli. Dengan kata lain, konfrontasi adalah ketrampilan konselor untuk
menunjukkan adanya kesenjangan dan inkongruensi dalam diri konseli, dan problem Solving adalah proses perubahan
sesorang dari fase mengeksplorasi satu masalah, memahami sebab-sebab masalah, dan mengevaluasi
tingkah laku yang mempengaruhi penyelesaian masalah itu. Saudara Rio mengungkapkan;
“Kalo untuk konseling sih kalo disitu ada back up nya itu berjalan dengan baik tapi kalo misalnya kita
lagi gak emut yang satunya terlalu egois pengen dia sendiri sedangkan curahan hati kita itu gak di
dengerin ama dia, biasa kalo disaat lagi sama residen ya lagi sport sore suka bilang kalo make ini
begini rasanya-make ini begini rasanya, trus mereka ngasih masukan intinya gini yang udah berlalu
biarlah berlalu kita belajar aja disini gak usah mikirin pulang semua pasti pulang disini kalo belup
pulih ngapain kita pulang.Setelah saya sharing sama
22
Ibid
teman-teman sebaya yang lain saya merasa plong aja sedikit demi sedikit kita bisa lupa masalah.
23
9 Problem Solving, adalah proses perubahan sesorang dari
fase mengeksplorasi satu masalah, memahami sebab-sebab masalah,
dan mengevaluasi
tingkah laku
yang mempengaruhi penyelesaian masalah itu. Seperti di
ungkapkan oleh Bro Robby; “Saya sebagai pembimbing menentukan sejauh
mana para residen disini berubah dari fase-fase yang ada, setelah itu barulah kami mengadakan evaluasi
yang sekiranya sudah memiliki perubahan dalam kelompok kita akan naikan pangkat yang tadinya
menjadi pendengar saja karena dia aktif dalam group maka kita naikan tingkat mereka menjadi
special fungtion
misalnya”.
24
3. Manfaat yang didapatkan peer counselor setelah melaksanakan
perannya di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan penulis menemukan bahwa keberhasilan dari peer counselor dalam
rehabilitasi korban NAPZA di panti. Sebagaimana yang diungkapkan saudara Rio;
“Manfaat yang saya dapet bisa memberikan contoh yang baik, trus orang tua udah mulai percaya sama saya karna
kepercayaan itu susah ka untuk di dapat.
25
Selama mengikuti Peer Counselor, tidak ada keinginan untuk mengkonsumsi NAPZA, tapi kalau untuk lebih lanjutnya Rio
tidak tahu akan seperti apa nantinya, akan tetapi kalau dalam diri residen berkata tidak untuk mengkonsumsi NAPZA kembali,
23
Wawancara pribadi dengan Rio, PSSP “Galih Pakuan”, Bogor 15 April 2014.
24
Wawancara Pribadi dengan Bro Robby, Pekerja Sosial, Bogor, 30 April 2014
25
Wawancara pribadi dengan saudara Rio, PSSP “Galih Pakuan”, Bogor 15 April 2014
residen mengaku banyak godaan di luar sana yang tidak bisa residen duga kedepannya.
Hal lain diungkapkan oleh saudara Beni; ”Yang bisa kita dapet disini sebenernya
kepercayaan, kepercayaan dari luar sana baik itu dari keluarga atau di lingkungan masyarakat karna
dalam note gimana ya karna dalam pola pikir orang kalo kita udah di rehab berarti kita udah bener, itu
kan salah satu cara kita buka jalan kita untuk kembali ke mereka dengan baik kepercayaan
keluarga ataupun masyarakat karena dalam note gimana ya dalam pola pikiran orang kalo kita udah
di rehab, berarti kita ga bener itu kan salah satu cara kita buka jalan kita kembali ke mereka.
26
Hal lain diungkapkan oleh saudara Sukma; ”Lebih ke apa ya, bisa merasa lebih baik aja”
Dari ungkapan informan dan subjek yang sudah dipaparkan di atas dapat terlihat bahwa setelah mengikuti Rehabilitasi dengan memiliki peer
counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA, maka residen dapat membantu dan menolong teman teman sebayanya baik dilakukan secara
dilakukan secara individual one-to-one helping relationship maupun kelompok, kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian
pertimbangan, tutorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong,
27
memperbaiki hidup dan tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Peran yang sangat penting bagi residen
PSPP “Galih Pakuan” untuk dapat membantu proses rehabilitasi untuk segera pulih dari ketergantungan NAPZA. Mereka berniat untuk pulih dan
26
Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Residen Panti Sosial Pamardi Putra “Galih
Pakuan”, Bogor, 16 Mei 2014
27
J.D. Tindall, and H.D. Gray, Peer Counseling: In-Depth Look At Training Peer Helpers, Muncie : Accelerated Developmen t Inc,1985, h. 5
ingin di terima oleh masyarakat serta keluarga yang mereka kecewakan sebelumnya. Hasil dari wawancara tersebut tidak ada perbedaan antara
subjek 1 dan 2 dan 3. Dimana semua subjek merasa yakin akan merubah kebiasaan dia mengkonsumsi NAPZA, dan ingin pulih meski masih
banyak kemungkinan akan terjerumus kedalam dunia gelap kembali seperti mengkonsumsi NAPZA, akan tetapi semua informan mengaku
dengan mengikuti program yang ada di PSPP ini akan membuka mainset yang pada awalnya mereka merasa sudah dianggap sampah oleh
masyarakat dan keluarganya tapi mereka meyakini dengan beradanya mereka di panti ini bisa memperbaiki kesalahan hidup yang pernah
dialaminya setidaknya sadar bahwa NAPZA itu sangat membahayakan dirinya.
Peer counselor sangat bermanfaat untuk para residen yang ada di PSPP “Galih Pakuan” karena dengan adanya peran bagi residen itu sendiri
mereka dapat mewujudkan harapan-harapan mereka untuk pulih dari ketergantungan NAPZA. Subjek yang peneliti wawancarai merasa dengan
adanya peran peer counseling, mereka merasa terbantu untuk dapat mendorong, menegur, meperhatikan, mengkoreksi dirinya sendiri dari
pengalaman teman-teman sebayanya yang lain serta memotivasi antar residen korban NAPZA, meskipun para residen pun tidak bisa menjamin
dengan adanya peran peer counseling mereka bisa tidak terjerumus kembali kepada NAPZA, karena menurut residen sendiri kehidupan di luar
sana sangat kejan dan bermacam-macam pergaulan jika mereka terjerus kedalam pergaulan bebas kembali tidak menutup kemungkinan mereka
akan mengkonsumsi NAPZA kembali, tapi untu saat ini residen merasa lebih baik berada di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor dan
besar harapan mereka untuk bisa benar-benar pulih dari ketergantungan NAPZA.
92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor tentang peran peer counseling terhadap korban NAPZA pada
residen di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor adalah sebagai berikut:
1. Peran peer counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA menurut
Sudarsono, teman sebaya berarti teman-teman yang sesuai dan sejenis, perkumpulan atau kelompok pra puberitas yang mempunyai sifat-sifat
tertentu dan terdiri dari satu jenis. Sedangkan kelompok sebaya adalah kelompok persahabatan yang mempunyai nilai-nilai dan pola hidup
sendiri, dimana persahabatan dalam periode sebaya penting sekali karena merupakan dasar pokok mewujudkan nilai-nilai dalam suatu
kontak sosial. Jadi teman sebaya merupakan media bagi remajadewasa untuk mewujudkan nilai-nilai sosial tersendiri dalam
melakukan prinsip kerjasama, tanggung jawab dan kompetisi. Sedangkan peer counseling yaitu hubungan membantu yang dilakukan
secara individual one-to-one helping relationship, kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial,
dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong, untuk ini diperlukan adanya hubungan yang saling percaya
diantara konselor dan konseli, Terciptanya komunikasi yang saling
terbuka dan terjadinya pemberdayaan konseli agar mampu mengambil keputusan. Penciptaan hubungan diantara keduanya konselor dan
konseli sangat penting, sebab hubungan konselor dengan konseli merupakan “jantung” dari keseluruhan proses konseling. Hubungan
konselor dengan konseli menjadi dasar dalam keseluruhan proses konseling. Bahkan, menurut pendekatan eksistensialis, dalam
keseluruhan proses konseling yang paling utama adalah hubungan konselor dengan konseli, karena situasi hubungan tersebut merupakan
stimulus untuk tercapainya tujuan konseling yang diharapkan, yaitu terjadinya perubahan ke arah yang positif, dan terciptanya satu kondisi
agar konseli merasa bebas melakukan eksplorasi diri, penyesuaian diri daan kesehatan mental, kebabasan secara psikologis tanpa
mengabaikan tanggungjawab sosial. 2.
Komunikasi dalam peer counseling di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor ini diantaranya: Acceptance, attending,
summarizing, questioning, genuineness, assertiveness, confrontation, dan problem solving.
3. Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan tentang manfaat yang
diperoleh dari peran peer counselor dalam rehabilitasi korban NAPZA di
PSPP “Galih Pakuan” Bogor adalah residen dapat memberikan contoh yang baik terhadap teman-teman sebayanya maupun terhadap
orang lain, dapat mendapatkan pengalaman dari teman-teman sebayanya yang lain, dapat saling memotivasi teman sebaya yang lain,
kedua orang tua pun sudah mulai percaya kepada anak-anak yang
mereka titipkan di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, karena residen merasa kepercayaan itu sangat sulit untuk di dapatkan setelah mereka
menyadari bahwa menjadi penyalahguna NAPZA itu sangat merugikan dirinya.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai peran peer counseling terhadap korban NAPZA pada residen di Panti Sosial Pamardi Putra
“Galih Pakuan” Bogor, penulis memberikan saran sebagai berikut: a.
Materi yang di sampaikan sebaiknya memperhatikan residen berdasarkan kebutuhan yang mereka harapkan di
Panti Sosial Pamard i Putra “Galih Pakuan” Bogor dan
b. Pelaksanaan peer counselor lebih di perjelas kembali untuk
kedepannya dan menjadi pacuan untuk para residen, karena peer counselorbaik untuk para residen di Panti Sosial
Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor. c.
Residen harus meyakini bahwa perannya bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
d. Diharapkan kepada Panti Sosial Pamardi Putra “Galih
Pakuan” Bogor memberikan pelatihan lebih kepada Residen PSPP untuk menambah pengetahuan guna
menunjang pemulihan pada residen PSPP “Galih Pakuan” Bogor
”.