Pengertian Peer Counselor dan peer counseling

tentang perilaku siswa terkait kekerasan dan penyalahgunaan obat terlarang menyimpulkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan terhadap perilaku kekerasan dan penyalahgunaan obat terlarang di sekolah. 12 Dari beberapa teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa peer counselor dapat membangun hubungan saling percaya dan komunikasi terbuka sehingga mendorong siswaremaja dan dewasa untuk berprilaku positif dan mencegah remajadewasa untuk menyalahgunakan NAPZA. 2. Peer counseling Pada awalnya Peer Counseling muncul dengan konsep peer support yang dimulai pada tahun 1939 untuk membantu para penderita alkoholik. 13 Dalam konsep tersebut diyakini bahwa individu yang pernah kecanduan alkohol dan memiliki pengalaman berhasil mengatasi kecanduan tersebut akan lebih efektif dalam membantu individu lain yang sedang mencoba mengatasi kecanduan alkohol. Dari tahun ke tahun konsep Peer Counseling konseling teman sebaya terus merambah ke sejumlah setting dan issue. Pada dasarnya Peer Counseling konseling teman sebaya merupakan suatu cara bagi para siswa belajar bagaimana 12 Irma, Konseling pada Remaja, Jakarta: Pustaka Imam, 2009, h. 33 13 T. D,Carter, Peer Counseling: Roles, Functions, Boundaries. ILRU Program, 2005, h. 2 memperhatikan dan membantu anak-anak lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 14 Menurut Tindall Gray, konseling teman sebaya mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual one-to-one helping relationship, kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong. 15 Menurut Corey1986, Herman Nirwana 1997, Shertzer Stone, 1981, peer counseling konseling teman sebaya, untuk ini diperlukan adanya hubungan yang saling percaya diantara konselor dan konseli, Terciptanya komunikasi yang saling terbuka dan terjadinya pemberdayaan konseli agar mampu mengambil keputusan. Penciptaan hubungan diantara keduanya konselor dan konseli sangat penting, sebab hubungan konselor dengan konseli merupaka n “jantung” dari keseluruhan proses konseling. Hubungan konselor dengan konseli menjadi dasar dalam keseluruhan proses konseling. Bahkan, menurut pendekatan eksistensialis, dalam keseluruhan proses konseling yang paling utama adalah hubungan konselor dengan konseli, karena situasi hubungan tersebut merupakan stimulus untuk tercapainya tujuan 14 R.A.Carr, Theory and Practice of Peer Counseling, Ottawa : Canada Employment and Immigration Commission, 1981 h. 3 15 J.D. Tindall, and H.D. Gray, Peer Counseling: In-Depth Look At Training Peer Helpers, Muncie : Accelerated Developmen t Inc,1985, h. 5 konseling yang diharapkan, yaitu terjadinya perubahan ke arah yang positif, dan terciptanya satu kondisi agar konseli merasa bebas melakukan eksplorasi diri, penyesuaian diri daan kesehatan mental, kebabasan secara psikologis tanpa mengabaikan tanggungjawab sosial. Dengan sederhana penulis dapat mendefinisikan bahwa peer counseling adalah layanan bantuan konseling yang diberikan oleh teman sebayanya biasanya seusiatingkatan pendidikannya hampir sama yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan- pelatihan untuk menjadi konselor sebaya sehingga diharapkan dapat memberikan bantuan baik secara individual maupun kelompok kepada teman-temannya yang bermasalah ataupun mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadiannya. 3. Dasar-dasar komunikasi dalam Peer Counselor Dasar-dasar komunikasi tersebut meliputi: 16 a. Acceptance, merupakan teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat, pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli dan sikap menerima pribadi konseli sebagai suatu keseluruhan b. Attending, yaitu perilaku yang secara langsung berhubungan dengan respek, yang ditunjukan ketika konselorhelper 16 R.A.Carr, Theory and Practice of Peer Counseling, Ottawa : Canada Employment and Immigration Commission, 1981 h. 5-12 memberikan perhatian penuh pada konselihelpee, melalui komunikasi verbal maupun non verbal, sebagai komitmen untuk fokus pada konseli c. Summarizing, ketrampilan konselor untuk mendapatkan kesimpulan atau ringkasan mengenai apa yang telah dikemukakan oleh konseli d. Questioning, yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dan memberikan kesempatan pada konseli uniuk mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan konseli dan bersifat mendalam e. Genuineness, adalah mengkomunikasikan secara jujur perasaan sebagai cara meningkatkan hubungan dengan dua atau lebih individu f. Assertiveness, kemampuan mengekspresikan pemikiran dan perasaan secara jujur, yang ditunjukkan dengan cara berterus terang, dan respek pada orang lain g. Confrontation, adalah ekspresi konselor tentang ketidakcocokannya dengan perilaku konseli. Dengan kata lain, konfrontasi adalah ketrampilan konselor untuk menunjukkan adanya kesenjangan dan inkongruensi dalam diri konseli h. Problem Solving, adalah proses perubahan sesorang dari fase mengeksplorasi satu masalah, memahami sebab-sebab masalah, dan mengevaluasi tingkah laku yang mempengaruhi penyelesaian masalah itu Dengan paparan diatas penulis mendefinisikan, konseling teman sebaya secara kuat menempatkan keterampilan-keterampilan komunikasi untuk memfasilitasi eksplorasi diri dan pembuatan keputusan. “Konselor” sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi. “Konselor” sebaya adalah para siswa yang memberikan bantuan kepada siswa lain di bawah bimbingan konselor ahli. Dalam konseling sebaya, peran dan kehadiran konselor ahli tetap diperlukan. Pada hakekatnya peer counseling adalah counseling through peers. Dalam model konseling teman sebaya, terdapat hu bungan Triadik antara Konselor ahli, “konselor” sebaya dan konseli. Hubungan Triadik tersebut dapat digambarkan melalui gambar: Tabel 1 Interaksi Triadik antara Konselor Ahli, ”Konselor” Teman Sebaya, dengan ”Konseli” Teman Sebaya. 17 Keterangan: - Interaksi antara konselor ahli dengan konseli melalui “konselor” teman sebaya. 17 Suwarjo, Suwarjo, Model Konseling Teman Sebaya Untuk Pengembangan Daya Yogyakarta: 2008, h. 83 Konselor Ahli Konselor Teman Sebaya Konseli Teman Sebaya Interaksi langsung antara konselor ahli dengan konseli atas rujukan “konselor” teman sebaya. “Konselor” sebaya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial memungkinkan terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal. Kontak-kontak yang demikian memiliki multiplying impact pada berbagai aspek dari remaja lainnya. Kontak-kontak tersebut juga dapat memperbaiki atau meningkatkan iklim sosial dan dapat menjadi jembatan penghubung antara konselor profesional dengan para siswa remaja yang tidak sempat atau tidak bersedia berjumpa dengan konselor.

C. Rehabilitasi Sosial

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial Dalam Peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor 5 HUK2009 tetang pelayanan dan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, pengertian rehabilitasi sosial tertulis pada pasal 10 yaitu: Rehabilitasi Sosial merupakan serangkaian kegiatan profesional yang meliputi aspek fisik, mental, spritual, mental, dan vokasional untuk mengembangkan kemampuan dan memulihkan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya agar dapat melaksankan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 18 Rehabilitasi juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian proses pelayanan yang ditujukan untuk pemulihan kepercayaan diri, harga diri, kesadaran peranan serta tanggung jawab sosial korban 18 Peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor 5 HUK2009. Tetang Pelayanan dan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, bagian ke dua pasal 10. penyalahgunaan narkotika terhadap masa depannya, baik bagi dirinya, keluarganya, maupun masyarakat dan lingkungannya. 19 2. Tujuan dan Sasaran Rehabilitasi Sosial a. Tujuan Rehabilitasi Sosial: Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial korban NAPZA bertujuan untuk dapat dipulihkannya kondisi fisik, mental, psikologi dan kondisi sosial serta fungsi dan kualitas sosial korban NAPZA sehingga mereka dapat hidup secara wajar dimasyarak serta menjadi SDM sumber daya manusia yang berguna dan produktif. 20 b. Sasaran Rehabilitasi Sosial Sasaran program rehabilitasi sosial korban NAPZA adalah: 1. Korban Penyalahgunaan NAPZA, usia disesuiakan dengan persyaratan yang berlaku dalam panti lembaga penyelenggara dan telah bebas dari ketergantungan fisik terhadap NAPZA. 2. Orang tuakeluarga korban 3. Lingkungan social  Lingkungan sebaya  Lingkungan sekolahpekerjaan  Lingkungan masyarakat sekitar korban. 21 19 Direktorat Pelayanan dan Rehabilitas Sosial Korban NAPZA Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Panduan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA. Jakarta, 2003 h. 5 20 Ibid., h.7 21 Direktorat Pelayanan dan Rehabilitas Sosial Korban NAPZA Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Panduan Pelayanan Rehabilitasi Sosial Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA. Jakarta, 2003. h. 7 3. Proses Rehabilitasi Sosial Keseluruhan rangkaian proses rehabilitasi sosial terdiri