Peran Representasional
meliputi enam 6 peran, yaitu: mencari sumber daya obtaining resources; advokasi advocacy;
memanfaatkan media using the media; hubungan masyarakat publi c
relations; mengembangkan jaringan networking;
membagi pengetahuan dan pengalaman sharing knowledge and experi ence.
Sedangkan untuk peran Tehnis mencakup keterampilan
pemberdaya masyarakat untuk mengumpulkan dan menganalisis data dat a coll ection and analysis;
menggunakan komputer using comput ers;
melakukan presentasi tertulis maupun verbal verbal and written presentati on;
manajemen; dan kemampuan untuk mengontrol keuangan finacial control.
Seperti telah ditulis di atas, ke dua peran terakhir peran representasional dan peran tehnis pada dasamya tidak akan diuraikan
secara khusus, sedangkan dua peran pertama peran fasiltatif dan peran edukasional akan dijelaskan secara singkat satu persatu di bawah ini.
Peran fasilitatif dan peran edukasional dengan mempertimbangkan bahwa ke dua peran ini merupakan peran-peran yang lebih mendasar dan
langsung dalam intervensi dengan komunitas. Sedangkan dua peran terakhir bukan berarti tidak penting, akan tetapi peran-peran tersebut lebih
bersifat kurang langsung ke komunitas sasaran bila dibandingkan dua
peran pertama. Meskipun tetap saja peran itu merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
6
a. Struktur Peran
Sruktur peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1
Peran Formal Peran yang nampak jelas Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal
yang standar terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu adalah
peran sebagai provider penyedia; pengatur rumah tangga; memberikan perawatan; sosialisasi anak; rekreasi; persaudaraan
memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal; terapeutik; seksual.
2 Peran Informal Peran tertutup
Yaitu suatu peran yang bersifat implisit emosional biasanya tidak tampak kepermukaan dan dimainkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga, peran-peran informal mempunyai
tuntutan yang berbeda, tidak terlalu dan didasarkan pada atribut- atribut kepribadian anggota keluarga individual. Pelaksanaan
peran-peran informal yang efektif dapat mempermudah pelaksanaan peran-peran formal.
6
Ife, Jim, Community Development: creating community alternatives – vision analysis
and practice Melbourne: Longmen Australia Pty Ltd. 1995, h.202-210.
b. Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran
1 Kelas sosial
2 Bentuk-bentuk keluarga
3 Latar belakang keluarga
4 Tahap siklus kehidupan keluarga
5 Model-model peran
6 Peristiwa situasional yang khususnya masalah kesehatan atau
sakit.
7
3. Pengertian Pekerja Sosial
Pengertian pekerjaan sosial yang dikemukakan oleh Charles
Zastrow, yang dikutip oleh Dwi Heru Sukoco sebagai berikut: Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu
individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam
berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.
8
Dari pengertian di atas, maka seorang pekerja sosial harus bisa menciptakan kondisi masyarakat yang baik dan teratur dalam menjaga
setiap keberfungsian elemennya yang menjadi para pemeran berbagai peran yang ada di dalam masyarakat. menciptakan kondisi masyarakat
yang kondusif dengan relasi-relasi yang ada didalamnya untuk bisa memberikan keterikatan di antara para pemegang peran tersebut.
7
Ibid., h. 302
8
Charles Zastrow, The Practice Social Worker USA: BrooksCole Publishing Company, 1999, h. 7.
Kesejahteraan sosial
merupakan ilmu
yang berusaha
menggabungkan antara teori dan praktik. Jika ditinjau dari sejarahnya, teori-teori kesejahteraan sosial adalah teori yang dikembangkan dari
berbagai praktik yang dilakukan oleh para pekerja sosial. Pekerja sosial adalah seseorang yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam
menangani masalah-masalah kesejahteraan sosial agar dapat berfungsi sosial.
9
Rukminto menyimpulkan : “Konsep Pekerja Sosial digunakan untuk menggambarkan
seseorang yang bergelut di bidang Pekerjaan Sosial yang berasal lulusan dari pendidikan Pekerjaan Sosial ataupun Ilmu
Kesejahteraan Sosial.”
10
Zastrow menerangkan bahwa pekerja sosial ini merupakan sebuah
profesi yang membutuhkan dasar pengetahuan formal, konsep teoritis, spesifik keahlian fungsional dan nilai-nilai penting digunakan untuk
kelengkapan dalam pemberian pelayanan sosial baik bagi individu, kelompok maupun masyarakat, sehingga timbul adanya perubahan baik
dalam peningkatan kualitas hidup ataupun fungsi sosialnya.
11
4. Pengertian Peran Pekerja Sosial
Keberadaan Pekerja Sosial Masyarakat PSM telah lama di kenal di Indonesia, setidaknya setelah di atur dalam ketentuan Keputusan Menteri
Sosial Nomor 14HUKKEPII1981 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan
9
Departemen Sosial RI, Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila
Jakarta: DEP. SOS RI, 2005, h. 5.
10
Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Jakarta: FISIP UI Press. 2005, h. 91.
11
Zastrow, The Practice Social Worker, h.6.
Tata Kerja Pembimbing Sosial Masyarakat. Pada era awal delapan puluhan PSM yang kita kenal sebagai Pekerja Sosial Masyarakat adalah
Pembimbing Sosial Masyarakat namun setelah diterbitkannya Keputusan
Menteri Sosial RI Nomor: 28HUK 1987 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Sosial Nomor 14HUKKEPII1981 tentang Tugas
Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Pembimbing Sosial Masyarakat maka sejak itu PSM menjadi Pekerja Sosial Masyarakat dan dikenal dimasyarakat
Indonesia yang berkedudukan sebagai salah satu pilar partisipan usaha kesejahteraan sosial yang bersama-sama pilar parsitipasi lainnya dan
Pemerintah secara
bertahap mewujudkan
masyarakat yang
berkesejahteraan sosial. Saat ini pengaturan tentang PSM diatur dalam Peraturan Menteri
Sosial Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2012 Permensos RI No. 01 Tahun 2012 tentang Pekerja Sosial Masyarakat yang selanjutnya menjadi
payung hukum yang sah bagi segala aktifitas PSM sebagai pilar partisipan dalam melaksanaan usaha kesejahteraan sosial di Indonesia. Sebagaimana
maksud diadakannya PSM yang diatur pada Pasal 2 yaitu: a.
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan dalam melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; dan
b. meningkatkan kepedulian warga masyarakat dalam menangani masalah
sosial. Permensos RI No. 01 Tahun 2012 yang ditetapkan di Jakarta oleh
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri pada tanggal 19 Januari 2012
merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 28HUK 1987 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Sosial Nomor
14HUKKEPII1981 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Pembimbing Sosial Masyarakat.
Berdasarkan Permensos RI No. 01 Tahun 2012 Pasal 3 tujuan diadakannya PSM yaitu:
“a. terwujudnya kehidupan masyarakat yang berkesejahteraan sosial; b. terwujudnya warga masyarakat yang memiliki
keberfungsian sosial yang mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri; dan c. tertanganinya masalah sosial.”
Dari tujuan sesuai ketentuan Pasal 3 tersebut bermakna bahwa pekerjaan sosial masyarakat dalam pelaksanaan kegiatannya memiliki
konsentrasi atau fokus, yaitu terhadap keberfungsian sosial social functioning
baik secara individu maupun kolektif. Dengan kata lain fokus intervensi pekerjaan sosial adalah interaksi perilaku manusia dengan
lingkungan sosialnya. Adapun keberfungsian sosial ini memiliki beberapa pengertian
diantaranya disampaikan oleh Garvin dan Seabury yang menyatakan bahwa:
12
“Socíal functioning is encompasses all the way that we respons to the demands of our socíal environment
– an environment that include family, peers, organizations, communities, as well as entie society.”
12
Garvin dan Seabury, Modul Dasar-dasar Pekerjaan Sosial bagi Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial RI, 2006, h. 14
Sedangkan Leonora S. de Guzman menyatakan bahw:
13
”Socíal functioning is the expression of the interaction between man and his socíal
environment; it is the product of his action as he related to his surrounding.”
Jadi inti dari kedua pengertian di atas apabila dikaitkan dengan Permensos RI No. 01 Tahun 2012 Pasal 3 di atas bahwa socíal functioning
lebih cenderung dikaitkan dengan bagaimana interaksi orang dengan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini pekerjaan sosial mencoba membantu
orang yang tidak atau kurang mampu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya sehingga bisa melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya,
memecahkan permasalahannya ataupun memenuhi kebutuhannya. Sehingga keberfungsian sosial dapat pula dilihat dari tiga kategori bahwa
keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan melaksanakan peranan sosial, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, dan kemampuan
untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya.
5. Prinsip Dasar Pekerja Sosial
Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”, PSM sangat memperhatikan
pentingnya partisipasi sosial dan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks ini, dan bahkan dalam hampir semua praktik pekerjaan
sosial, peranan seorang community worker seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau
13
Leonora S. de Guzman, Modul 2: Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial, Banjarmasin : Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, 2010, h. 20.
pemecah masalah problem solver secara langsung. Dalam konteks PSM, pendampingan sosial berpusat pada tiga visi praktik pekerjaan sosial, yang
dapat diringkas sebagai 3P, yaitu: pemungkin enabling pendukung supporting, dan pelindung protecting. Merujuk pada Payne 1986,
prinsip utama pendampingan sosial adalah “making the best of the client’s resources
”. Dalam pendampingan sosial, klien dan lingkungannya tidak dipandang sebagai sistem yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-apa.
B. Tinjauan Pekerja Seks Komersial
Kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktik
prostitusi. Prostitusi juga muncul karena ada definisi sosial di masyarakat bahwa wanita sebagai objek seks.
Pekerja seks komersial pada umumnya adalah seorang wanita. Wanita adalah mahluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik,
mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam – macam sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Wanitaibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat
diperlukan. Wanitaibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. 1.
Pengertian Prostitusi
Prostitusi di Indonesia dianggap sebagai kejahatan terhadap moralkesusilaan dan kegiatan prostitusi adalah sebuah kegiatan yang
ilegal dan bersifat melawan hukum. Dalam ratifikasi perundang-undangan
RI Nomor 7 Tahun 1984, perdagangan perempuan dan prostitusi dimasukan sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Kata prostitusi berasal dari kata latin prostitution em, kemudian diintrodusir ke bahasa Inggris menjadi prostitution, dan menjadi prostitusi
dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia- Inggris, oleh John M. Echols dan Hassan Shadili prostitusi diartikan
pelacuran, persundalan, ketuna-susilaan, sedang dalam tulisan Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Kehidupan Prostitusi di Indonesia, oleh
Syamsudin, diartikan bahwa menurut isthlah prostitusi diartikan sebagai pekerja yang bersifat menyerahkan diri atau menjual jasa kepada umum
untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan upah sesuai apa yang diperjanjikan sebelumnya. Prostitusi atau Pelacuran
adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral atau berhubungan seks. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur atau biasa disebut
pekerja seks komersial PSK. Kegiatan prostitusi adalah sebuah kegiatan yang patut ditabukan karena secara moral di anggap bertentangan dengan
nilai agama dan kesusilaan.
14
14
Diakses pada tanggal 09-02-2014 di http:www.bawean.net201202prostitusi-dalam- tijnjauan-hukum-pidana.html
2. Pengertian Pekerja Seks Komersial
Pekerja Seks Komersial PSK adalah orang yang menjual dirinya dengan melakukan hubungan seks dengan orang lain untuk tujuan
ekonomi.
15
PSK juga bisa diartikan sebagai wanita yang pekerjaannya menjual diri kepada banyak laki-laki yang membutuhkan pemuasan nafsu seksual,
dan wanita tersebut mendapat sejumlah uang sebagai imbalan, serta
dilakukan di luar pernikahan
.
Sebelum adanya istilah pekerja seks komersial, istilah lain yang juga mengacu kepada pelayanan seks komersial adalah pelacur, prostitusi,
wanita tuna susila WTS. Faktor yang menyebabkan pelacuran termasuk didalamnya
menjadi meningkat antara lain:
16
1. Materialisme. Materialisme adalah seseorang yang memiliki tolak
ukur keberhasilan diperoleh dari materi. Maka, karena tolak ukurnya itu, ia mau bekerja sebagai PSK. Ia bekerja sebagai PSK agar dapat
menjadi kaya dalam hal memenuhi kebutuhan hidup. Adanya rasa kebanggan yang ditunjukkan pada orang lain, bekerja sebagai PSK.
Bekerja sebagai PSK dapat memenuhi kebutuhan hidup dan berhasil dalam mencukupi kebutuhan hidup.
15
Diakses pada tanggal 09-02-2014 di http:subadra.wordpress.com
16
Tjahjono Koentjoro, Regulasi Kesehatan di Indonesia, Editor Renati Winong Rosari, Yogyakarta: Andi, 2007, h. 134-136.
2. Orang setempat yang menjadi pelacur yang sukses. Seseorang yang
memiliki aspirasi yang tinggi terhadap materi. Ia akan mewujudkan aspirasinya demi materi yang didapatnya. Salah
satunya yakni bekerja. Pekerjaan yang paling mudah, yaitu sebagai model. Seorang PSK, ia akan memenuhi materi dengan menjadi
model. Salah satu pekerjaan menjadi model dilakukan karena, adanya perasaan bangga yang dapat ditunjukkan pada orang lain.
Menjadi model selain wajah yang cantik dan tubuh yang tinggi, akan membuat orang lain tertarik, sehingga banyak yang menginginkan
dia untuk dikontrak jadi model. Pekerjaan menjadi model dapat menjadi kaya dan terpenuhi kebutuhan hidup.
3. Sikap permisif dari lingkungan. Lingkungan sekitar yang
terdapat banyak PSK, menyebabkan seseorang mengikuti cara bekerja dengan menjadi PSK. PSK yang tinggalnya bersama dengan
warga, maka warga secara tidak langsung mengizinkan pekerjaan PSK dan PSK dapat bersosialisasi dengan warga sekitar.
4. Dukungan orang tua. Setiap orang tua yang memiliki anak,
mereka pasti menginkan anaknya berhasil. Anak mereka berhasil agar, dapat mengumpulkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat orang tua yang memiliki ekonomi yang rendah dalam keluarga. Satu sisi orang tua
mempunyai aspirasi untuk mengumpulkan materi yang banyak, namun sisi lain orang tua tidak mempunyai kemampuan untuk