Sejarah Lahirnya LSM Indonesia

Development olah NGO, sebagai bagian dari kritik terhadap ketidak merataan pembangunan dan mencari strategi alternatif atau kebutuhan pokok yang dapat menguntungkan secara lebih langsung mayoritas kaum miskin. 35 LSM atau NGO Indonesia juga mengalami perkembangan yang pesat sejak era 1970- an, hal ini dapat dijelaskan seiring dengn dijalankannya pembangunan berencana oleh pemerintah orde baru dengan maksud ikut serta melaksanakan pembangunan diluar sektor Negara. Pada era tersebut LSM lebih memilih untuk bekerja menggunakan teori pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kebijakan pemerintah orde baru yang pada saat itu menjadikan ekonomi sebagai “panglima” dan tidak satupun LSM ditahun 1970-an tersebut yang benar – benar menolak konsepdasar dan gagasan pembangunan yang diterapkan orde baru, karena anggapan atau persepsi dasar LSM yang lebih berorientasi menjaga keberlangsungan organisasinya dengan berlindung terhadap penguasa orde baru dari pada benar-benar sebagai organisasi sukarela yang berpihak pada masyarakat. Perkembangan LSM yang begitu pesat terlihat pada tahun 1985 yakni jumlah masih sekitar 3.225 organisasi. Tahun 1990 jumlah LSM meningkat menjadi 8.720 organisasi yang tercatat sebagai LSM, itu baru yang tercatat dan terdaftar, smentara LSM yang tidak mau mendaftarkan dirinya juga tidak sedikit. 36 Tumbuh menjamurnya puluhan ribu LSM di era reformasi merupakan fenomena yang menarik untuk dicermati. Pertumbuhan LSM itu disatu sisi dianggap simbol kebangkitan masyarakat didalam memperjuangkan hak-haknya. Masyarakat mulai kritis dan mapu menampilkan wacana tandingan terhadap kebijakan yang disodorkan pemerintah. 37 35 Jhon Clark, NGO dan Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 1995, Cet ke 1, h. 37 36 Info Bisnis, Bisnis Miliaran LSM. Edisi 96 September 2001 37 Hamid Abidin, Kritik dan Otokritik LSM Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan LSM Indonesia , Jakarta : Piramedia, 2004, Cet ke 1, h. 3 Dari segi kuantitas, LSM berkembang begitu pesat dan sangat mengesankan, namun dari segi kualitas perlu dipertanyakan peranan mereka sebagai salah satu bentuk masyarakat sipil. Hal ini senada dengan pendapat Mansour Fakih sebagai berikut : Jika dalam masa tahun 1970-an kebanyakan kegiatan LSM lebih difokuskan sebagaimana bekerja dengan rakyat ditingkat akar rumput dengan melakukan kerja pengembangan masyarakat Community Development, maka dalam tahun 1980-an bentuk perjuangannya menjadi lebih beragam, dari perjuangan lokal hingga jenis advokasi baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. Sejumlah kerja aktivis LSM bahkan mulai mengkhususkan diri melakukan kerja advokasi politik untuk perubahan kebijakan yang dalam banyak manifestasinya dilakukan dengan membuat berbagai statement politik, lobi, petisi, protes dan demontrasi. 38

3. Karakteristik dan Ciri – Ciri LSM

LSM memiliki beberapa karakteristik yang penting seperti yang dikemukakan oleh Williams : 1 Organisasi dibentuk bukan atas inisiatif pemerintah terkecuali LSM Merah sperti yang kana dijelaskan nanti dan berorientasi non profit. 2 Bebas dari pemerintah dan organisasi lainnya dalam menyusun prioritas kegiatannya. 3 Membatasi kegiatannya terutama pada kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan dan pembangunan masyarakat. 39 Meskipun kemudian Elbridge membagi LSM di Indonesia pada dua kategori : Pertama yang dibeli “ Development”. Tipe ini mengacu pada organisasi-organisasi yang dianggap konsentrasi pada program pengembangan masyarakat. Sedang yang kedua disebut sebagai “Mobilication”, adalah kegiatan LSM terpusat pada pendidikan dan mobilisasi rakyat miskin sekitar human righs. 40 38 Mansour Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial Pergolakan Ideologi LSM Indonesia Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, Cet ke III, h. 5 39 Glen Willam, Community Participation and Roe of Voluntary Agencies in Indonesia, LP3S : Prisma No. 4, 1998 40 Mansour Faqih, Studi Lapangan LSM di Indonesia, Bandung : Indecode De Unie, 1993, h.1 Hal lain yang menjadi ciri LSM adalah bahwa mereka bergerak erat kaitannya dengan masalah pembangunan. Apakah reaksi terhadap pembangunan ataupun dalam rangka mencari alternatif dari pemberdayaan pembangunan dan keterkaitannya dengan pemerintah sangat penting. Hal ini untuk menghindari penggunaan istilah tersebut kepada keagamaan, organisasi dagang, organisasi oleh raga maupun partai maupun partai politik, meskipun mereka ini juga memiliki karakter non pemerintah. 41

4. Klasifikasi LSM

Mengenai klasifikasi LSM menurut Jhon Clark, seperti tercermin dari perkembangan sejarah mereka secara umum dapat dibedakan kedalam enam aliran pemikiran yaitu : 1 Agen Penyantunan dan Kesejahteraan, misalnya seperti Catholik Relief Service ataupun berbagai masyarakat misionaris lainnya. 2 Organisasi Pengembangan teknologi. NGO yang melaksanakan program mereka untuk emepelopori pendekatan batu atau perbaiki pendekatan-pendekatan yang sudah ada dan cenderung untuk tetap mengkhususkan diri pada bidang yang mereka pilih. 3 Kontraktor Pelayanan Umum, NGO yang sebagian besar didanai pemerintah dan agen pemberi bantuan resmi, NGO ini dikontak untuk melaksanakan komponen dari program resmi karena dirasakan bahwa ukuran dan fleksibelitas mereka akan membantu melaksanakan tugas secara lebih efektif daripada departemen pemerintah. 4 Agen Pengembangan Masyarakat, NGO ini menaruh perhatian pada kemandirian, pembangunan sosial dan demokrasi lapidan bawah. 5 Organisasi Pengembangan Masyarakat bawah, NGO yang anggotanya adalah masyarakat miskin dan tertindas dan yang berupaya membentuk suatu proses pembangunan masyarakat. 41 Mansour Faqih, Op Cit, h. 1