Analisis Hubungan Rasio Likuiditas, Rasio Levarage, Rasio Aktivitas Terhadap Rasio Profitabilitas (Kemampulabaan) Pada PT. Ahlindo Perkasa Alam

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STARTA-1 MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN RASIO LIKUIDITAS, RASIO LEVARAGE, RASIO AKTIVITAS TERHADAP RASIO PROFITABILITAS PADA

PT. AHLINDO PERKASA ALAM

DRAFT SKRIPSI

OLEH :

ROSLINA MARGARETTA 040521226

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara 2010


(2)

ABSTRAK

Roslina Margaretta (2004) Analisis Hubungan Rasio Likuiditas, Rasio Levarage, Rasio Aktivitas Terhadap Rasio Profitabilitas (Kemampulabaan) Pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Dibimbing oleh Nisrul Irawati, SE, MBA, Prof. Dr. Ritha Fatimah Dalimunthe, SE. MSi sebagai Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Drs. Liasta Ginting, MSi sebagai Dosen Penguji I, DR. Yeni Absah, SE, MSi sebagai Dosen Penguji II.

Tolak ukur yang sering digunakan dalam melakukan analisis kondisi keuangan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lain. Ada banyak macam-macam rasio yang dapat digunakan menurut kebutuhan penganalisa antara lain: Rasio Likuiditas, Rasio Levarage, Rasio Aktivitas Terhadap Rasio Profitabilitas.

Penelitian bertujuan untuk mengetahu dan menganalisis hubungan rasio likuiditas, rasio levarage, rasio aktivitas terhadap rasio profitabilitas (kemampulabaan) pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Untuk melihat signifikan Rs (spearman rho) digunakan uji-t dengan bantuan program software SPSS versi 15. Jenis data yang digunakan penulis adalah data sekunder.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio aktivitas, rasio likuiditas dan rasio leverage terhadap rasio profitabilitas (ROI) perusahaan.

Kata Kunci : Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas berkat Tuhan yang telah banyak melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, terutama dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.

Penulisan serta penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menganalisa analisis hubungan rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas terhadap rasio profitabilitas (kemampulabaan) pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Bantuan dari berbagai pihak berupa moril maupun material menjadi dorongan serta memberikan andil yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan serta penyusunan skripsi ini. Penulis tidak dapat membalas semua bantuan tersebut, namun dalam kesempatan ini penulis memberikan ruang tersendiri untuk mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga segala bantuan yang telah dilimpahkan tersebut dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Penulis mengharapkan bahwa semua yang tercantum disini telah dapat mewakili pihak-pihak yang ikut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bagi pihak-pihak yang terlewatkan dalam penyebutan ucapan terima kasih di lembaran ini penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya dan tidak berarti kelalaian tersebut mengurangi rasa terima kasih penulis.


(4)

Adapun pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan serta penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha Fatimah Dalimunthe, SE. MSi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Nisrul Irawati, SE, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Nisrul Irawati, SE, MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu pengetahun, saran dan masukan kepada penulis dalam proses penulisan serta penyusunan Skripsi ini.

5. Bapak Drs. Liasta Ginting, MSi selaku Dosen Penguji I yang banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu DR. Yeni Absah, SE, MSi selaku Dosen Penguji II yang banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan mengabdikan dirinya sebagai guru bangsa dengan memberikan serta mengajarkan ilmu pengetahuan yang baik serta berguna selama perkuliahan. 8. Seluruh Staff dan Civitas Akademika Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara yang telah bersama-sama menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif dalam menuntut ilmu serta menyelesaikan perkuliahan.


(5)

9. Untuk Bapak dan Mama, yang telah memberikan doa, nasehat, dukungan, serta bantuan baik moril maupun material kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini sepenuhnya penulis persembahkan buat keluarga penulis.

10. Keluargaku yang sangat kusayangi: adik-adikku Ika, Ririn dan Rivan, terima kasih banyak atas doa dan dukungannya.

11. Seluruh teman teman yang sangat kusayangi, terima kasih buat doa dan dukungannya.

Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan melimpahkan kasih dan karunia kepada kita semua. Amin.

Medan, Februari 2010 Penulis

Roslina Margaretta


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 5

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian... 7

1. Batasan Operasional ... 7

2. Defenisi Operasional... 8

3. Jenis Data ... 11

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

5. Teknik Pengumpulan Data ... 12

6. Metode Analisis... 13

BAB II URAIAN TEORITIS ... 17

A. Penelitian Terdahulu ... 17


(7)

C. Tujuan Laporan Keuangan ... 21

D. Pemakai Laporan Keuangan ... 23

E. Kinerja Keuangan ... 26

F. Kemampulabaan Perusahaan ... 32

G. Return on Investment ... 34

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan ... 36

B. Struktur Organisasi ... 37

C. Uraian Tugas ... 38

D. Bidang Usaha/Produk yang Dipasarkan ... 41

E. Kebijaksanaan Harga di Dalam Perusahaan ... 42

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 44

A. Deskriptif Variabel Penelitian ... 44

1. Quick Ratio ... 44

2. Debt to Equity Ratio ... 45

3. Debt to Asset Ratio ... 46

4. Long Term Debt to Equity Ratio ... 47

5. Total Asset Turnover ... 48

6. Inventory Turnover ... 49

7. Fixed Asset Turnover ... 50

8. Return on Investment ... 51

B. Analisis Data Statistik... 53

1. Analisis Model Statistik Antara Quick Ratio dan ROI ... 53


(8)

2. Analisis Model Statistik Antara Debt to Equity Ratio

dan ROI ... 55 3. Analisis Model Statistik Antara Debt to Asset Ratio dan

ROI ... 58 4. Analisis Model Statistik Antara Long Term Debt to

Equity Ratio dan ROI ... 60 5. Analisis Model Statistik Antara Total Asset Turnover

dan ROI ... 62 6. Analisis Model Statistik Antara Inventory Turnover

dan ROI ... 65 7. Analisis Model Statistik Antara Fixed Asset Turnover

dan ROI ... 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA ... ix LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

NO URAIAN HALAMAN

Tabel 1.1 Kinerja Kuangan PT Ahlindo Perkasa Alam...4

Tabel 4.1 Data dan Ranking Variabel Quick Ratio dan ROI...53

Tabel 4.2 Data dan Ranking Variabel Debt to Equity Ratio dan ROI...56

Tabel 4.3 Data dan Ranking Variabel Debt to Asset Ratio dan ROI...58

Tabel 4.4 Data dan Ranking Variabel Long Term Debt to Equity Ratio dan ROI... ...61

Tabel 4.5 Data dan Ranking Variabel Total Asset Turnover dan ROI...63

Tabel 4.6 Data dan Ranking Variabel Inventory Turnover dan ROI...65


(10)

DAFTAR GAMBAR

NO URAIAN HALAMAN

Gambar 4.1 Perkembangan Quick Ratio Periode 2001 - 2008...44

Gambar 4.2 Perkembangan Debt to Equity Ratio Periode 2001 - 2008...45

Gambar 4.3 Perkembangan Debt to Asset Ratio Periode 2001 - 2008...46

Gambar 4.4 Perkembangan Long Term Debt to Equity Ratio Periode 2001 - 2008...47

Gambar 4.5 Perkembangan Total Asset Turnover Periode 2001 - 2008...48

Gambar 4.6 Perkembangan Inventory Turnover Periode 2001 - 2008...50

Gambar 4.7 Perkembangan Fixed Asset Turnover Periode 2001 - 2008...51


(11)

ABSTRAK

Roslina Margaretta (2004) Analisis Hubungan Rasio Likuiditas, Rasio Levarage, Rasio Aktivitas Terhadap Rasio Profitabilitas (Kemampulabaan) Pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Dibimbing oleh Nisrul Irawati, SE, MBA, Prof. Dr. Ritha Fatimah Dalimunthe, SE. MSi sebagai Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi, Drs. Liasta Ginting, MSi sebagai Dosen Penguji I, DR. Yeni Absah, SE, MSi sebagai Dosen Penguji II.

Tolak ukur yang sering digunakan dalam melakukan analisis kondisi keuangan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lain. Ada banyak macam-macam rasio yang dapat digunakan menurut kebutuhan penganalisa antara lain: Rasio Likuiditas, Rasio Levarage, Rasio Aktivitas Terhadap Rasio Profitabilitas.

Penelitian bertujuan untuk mengetahu dan menganalisis hubungan rasio likuiditas, rasio levarage, rasio aktivitas terhadap rasio profitabilitas (kemampulabaan) pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Untuk melihat signifikan Rs (spearman rho) digunakan uji-t dengan bantuan program software SPSS versi 15. Jenis data yang digunakan penulis adalah data sekunder.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio aktivitas, rasio likuiditas dan rasio leverage terhadap rasio profitabilitas (ROI) perusahaan.

Kata Kunci : Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya tujuan dari sebuah perusahaan adalah memaksimalkan nilai dari perusahaan tersebut, mencapai laba yang maksimal dan pertumbuhan yang berkesinambungan dari usahanya sehingga perusahaan tersebut dapat tetap exist di industri tempat perusahaan tersebut melakukan aktivitasnya serta dapat melakukan ekspansi usaha lebih luas lagi. Tujuan perusahaan tersebut adalah mutlak bagi setiap perusahaan dengan tidak membedakan jenis usahanya. Oleh sebab itu perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara efisien dan efektif, sehingga perusahaan yang dapat mengelola aktivanya dengan lebih efektif dan efisien akan mendapatkan laba yang lebih baik pula, sama halnya pada perusahaan mebel.

Perusahaan yang memproduksi mebel juga berusaha untuk mencapai pengembalian (return) atau laba terbesar yang bisa diperoleh dari memaksimalkan sumber daya dan aktiva yang mereka miliki untuk dapat memaksimalkan laba perusahaan, namun demikian ada beberapa sasaran lain yang terkait dengan laba, misalnya keinginan untuk menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu, keinginan untuk memberikan imbalan pada karyawan, keinginan untuk membantu pertumbuhan bisnis di daerah tempat perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya dan keinginan untuk memperoleh citra sebagai “warga masyarakat” yang baik (Pahan, 2007:8).


(13)

Laba merupakan penerimaan yang masih tersisa dari hasil penjualan setelah semua beban (termasuk bunga dan pajak) dibayarkan. Kenaikan laba perusahaan dapat dilatar belakangi oleh berbagai faktor, antara lain seperti: tingkat penjualan, beban operasi perusahaan, investasi yang dilakukan dan sebagainya. Dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai tujuan perusahaan maka kemampuan untuk membukukan laba yang lebih tinggi tidaklah cukup. Masih diperlukan kemampuan lainnya dari perusahaan seperti: kemampuan mengelola arus kas, piutang perusahaan, persediaan serta mengelola aktiva yang dimiliki oleh perusahaan khususnya aktiva tetap pada perusahaan mebel.

Analisis perkembangan kinerja keuangan perusahaan, dapat diperoleh melalui analisis terhadap data keuangan perusahaan yang tersusun dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisis di masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhui peristiwa di masa depan (Bringham dan Houstan, 2001:78). Informasi yang diperoleh dari analisis laporan keuangan dapat menunjukan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan (Sawir, 2005:6).

Peneliti menggunakan analisis rasio keuangan dalam melihat kinerja keuangan sebuah perusahaan. Menurut Riyanto (2001:330) ada beberapa pengelompokan rasio keuangan yang sering digunakan oleh menajer keuangan sebuah perusahaan untuk dapat mengetahui dan mengantisipasi keadaan dan perkembangan finansiil dari sebuah perusahaan, yaitu: rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio aktivitas (activity ratio) dan rasio kemampulabaan (profitability


(14)

ratio). Apabila perusahaan telah beroperasi dengan efektif maka kemampuan perusahaan tersebut untuk membukukan laba yang lebih baik juga semakin besar.

Besarnya laba bersih yang didapat dibanding dengan pendapatan merupakan petunjuk kemampulabaan perusahaan. Karena perbedaaan nilai penjualan dan laba bersih adalah tidak lain merupakan total beban, maka rasio ini merupakan alat ukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola keuangan perusahaannya. Menurut Kuswadi (2004:190) mengatakan bahwa, efektifitas penggunaan dana dalam perusahaan ditunjukan melalui perputaran ROI. Semakin besar nilai perputarannya maka akan semakin efektif penggunaan dana sehingga akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut Abdullah (2005:57) ROI digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki.

PT. Ahlindo Perkasa Alam merupakan salah satu perusahan yang memproduksi mebel yang berkedududkan di Sumatera Utara. Dalam memasarkan produk-produknya perusahaaan harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sejenis. Adapun kinerja keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam berdasarkan laporan keuangan periode 2001 sampai dengan 2008 dapat dilihat melalui tabel berikut ini:


(15)

Berdasarkan Tabel 1.1, penulis tertarik untuk meneliti apakah naik turunnya Rasio Likuiditas, Rasio Levarage, Rasio Aktivitas Terhadap Rasio Profitabilitas ROI. Untuk memahami sifat hubungan antara kinerja keuangan dan kemapulabaan yang sebenarnya maka penulis mengambil judul: “Analisis Hubungan Rasio Likuiditas, Rasio Levarage, Rasio Aktivitas Terhadap Rasio Profitabilitas (Kemampulabaan) Pada PT. Ahlindo Perkasa Alam”.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara rasio likuiditas, rasio leverge, rasio aktivitas yang diukur dengan quick ratio, debt to equty ratio, debt to asset ratio, asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover terhadap rasio profitabilitas (kemampulabaan) perusahaan yang diukur dengan return on investment (ROI) pada PT. Ahlindo Perkasa Alam?”.

2001 0.633 0.568 0.362 0.080 0.787 6.325 1.184 2002 0.888 0.587 0.370 0.064 0.836 7.293 1.202 2003 0.407 0.570 0.363 0.188 0.883 8.602 1.172 2004 0.666 0.559 0.569 0.210 1.040 10.367 1.396 2005 0.456 0.566 0.361 0.189 1.179 13.893 1.568 2006 0.689 0.546 0.353 0.119 1.227 17.065 1.779 2007 0.676 0.896 0.474 0.391 0.923 13.292 1.310 2008 0.464 1.260 0.554 0.569 0.714 12.776 1.017 Sumber: Laporan Keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam, diolah

Debt to Equity Ratio Debt to Asset Ratuo Tabel 1.1

Kinerja Keuangan PT Ahlindo Perkasa Alam Periode 2001 - 2008

Total Asset Turnover Inventory Turnover Fixed Asset Turnover Tahun Quick Ratio Long Term Debt to Equity Ratio


(16)

C. Kerangka Konseptual

Sebuah perusahaan pada dasarnya dalam menjalankan usahanya membutuhkan dana. Dana pada sebuah perusahaan dapat diperoleh dari pemilik perusahaan maupun pinjaman dari pihak lain seperti bank, dana yang telah dimiliki oleh perusahaan selanjutnya akan digunakan untuk membeli aktiva tetap, menjalankan aktiva tetap tersebut, untuk membeli bahan-bahan kepentingan operasional perusahaan dan sebagainya. Oleh sebab itu peran menejer keuangan sebuah perusahaan adalah mengelola aliran dana tersebut agar sesuai dengan target perusahaan yang telah ditetapkan. Keseluruhan dari aktivitas mengenai mendapatkan dana dan menggunakan dana tersebut disebut dengan manajemen keuangan perusahaan. Hal ini berarti dan yang tertanam dalam aktiva perusahaan harus dapat dikelola seefektif mungkin sehingga perusahaan dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi yang maksimal.

Efektifitas penggunaan dana dalam sebuah perusahaan ditunjukkan melalui perputaran ROI (Kuswadi, 2004:190), Return On Investment merupakan salah datu rasio kunci yang biasa digunakan oleh perusahaan yang dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya maupun pengelolaan aktivanya (Kuswadi, 2004:191). Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio finansiil yang terdiri dari rasio kemampulabaan, rasio likuiditas, rasio levarage dan rasio aktivitas. Dalam pengukuran laba perusahaan pendekatan rasio finansiil

memberikan informasi yang jelas mengenai penyimpangan yang dilakukan oleh setiap departemen yang ada dalam perusahaan atas penyimpangan yang terjadi terhadap target laba perusahaan (Sawir, 2005:4).


(17)

Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan.

D. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan maka hipotesis yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah : Kinerja Keuangan yang diukur dengan quick ratio, debt to equity, debt to asset ratio, asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover memiliki hubungan dengan kemampulabaan PT. Ahlindo Perkasa Alam.

E. Tujuan Dan Manfaat penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dari kinerja keuangan terhadap kemampulabaan memperoleh laba PT. Ahlindo Perkasa Alam sehingga dapat diketahui pengelolaan kinerja keuangan mempunyai hubungan atau tidak dengan kemampuan perusahaan dalam

Kinerja Keuangan Rasio Likuiditas Quick Ratio (X1)

Rasio Levarage

Debt to Equity Ratio (X2)

Debt to Asset Ratio (X3)

Long Term Debt to Equity Ratio(X4)

Rasio Aktivitas

Total Asset Turnover (X5)

Inventory Turnover (X6)

Fixed asset turnover (X7)

ROI (Y)

Sumber : Sawir, 2005 (diolah) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual


(18)

memperoleh laba. Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penulis: sebagai pengembangan wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai perencanaan dan pengelolaan keuangan perusahaan serta membandingkan antara terapan teori-teori yang telah diperoleh penulis dibangku kuliah dengan praktek di lapangan khususnya dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan

b. Bagi Perusahaan : sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan serta pengelolaan keuangan perusahaan untuk dapat dikelola secara efektif dan efisien dan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan perusahaan dalam memperbaiki kinerja keuangan perusahaan pada masa yang akan datang.

c. Bagi Pembaca : penullis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat, perbandingan di dalam melakukan penulisan penelitian dimasa yang akan datang. Selain itu diharapkan skripsi ini dapat menambah wawasan dan sebagai penambah referensi bahan bacaaan di perpustakaan khususnya tentang kinerja keuangan perusahaan dalam mencapai laba perusahaan.

F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional

Untuk menghindari ketidakfokusan dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian ini pada pembahasan hubungan analisis kinerja keuangan perusahaan


(19)

melalui rasio-rasio finasiil yaitu: rasio likuiditas yang diukur dengan

Quick Ratio, rasio leverage yang terdiri dari debt to equity ratio dan

debt to asset ratio, rasio aktivitas yang terdiri dari total assetturnover, inventory turnover dan fixed asset turnover terhadap kemampulabaan perusahaan yang diukur denga return on investment (ROI) perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan periode 2001 sampai dengan 2008.

2. Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan digunakan sebagai variable X san kemapulabaan sebagai variable Y, antara lain:

a. Quick Ratio/Rasio Cepat (X1)

Qiuck Ratio merupakan salah satu rasio dari beberapa rasio

likuiditas yang digunakan dalam mengukur kemampulabaan perusahaan . Rasio ini memberikan gambaran yang lebih cermat tentang keadaan likuiditas perusahaan. Sehingga Quick ratio digunakan sebagai variable bebas (X1) dalam penelitian ini oleh

karena rasio ini lebih mendekati kebenaran dibandingkan dengan menggunakan rasio lainnya seperti rasio lancar yang masih bersifat umum. Perumusan Rasio Cepat dapat ditunjukan sebagai berikut:

Lancar Hutang

Persediaan

-Lancar

Aktiva Cepat

Rasio =

b. Debt to Equity/Rasio Kewajiban Terhadap Equitas (X2)

Debt to Equity ratio adalah merupakan salah satu ratio dari rasio leverage yang digunakan sebagai variable bebas (X2) dalam


(20)

penelitian ini. Rasio ini menunjukan besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami pertimbangan antara resiko dan laba. Adapun perumusan dari rasio ini adalah sebagai berikut:

% 100 Ekuitas

Total

Kewajiban

Total

DER = x

c. Debt to Asset Ratio/Rasio Kewajiban (X3)

Debt to total asset ratio adalah merupakan salah satu rasio dari rasio leverage yang digunakan sebagai variable bebas (X3) dalam

penelitian ini. Rasio ini mennggambarkan tentang berapa besar dana perusahaan yang berasal dari pinjaman, karena pinjaman mengandung resiko sehingga semakin besar pinjaman maka semakin besar pula resiko yang dimunculkannya. Adapun perumusan dari rasio ini adalah sebagai berikut:

% 100 Aktiva

Total

Kewajiban

Total

DAR = x

d. Long Term Debt to Equity Ratio/Rasio Kewajiban Jangka Panjang

Atas Ekuitas (X4)

Long Term Debt to Equity Ratio adalah merupakan salah satu rasio dari rasio leverage yang digunakan sebagai variable bebas (X4)

dalam penelitian ini. Rasio ini merupakan perbandingan antara utang jangka panjang terhadap modal perusahaan, dimana bagian modal sendiri dijaminkan untuk utang jangka panjang tersebut.


(21)

Adapun perumusan dari rasio ini adalah : % 100 Ekuitas Panjang Jangka Kewajiban

LDER = x

e. Total Asset Turnover/Rasio Perputaran Total Aktiva(X5)

Total asset turnover adalah merupakan salah satu rasio dari rasio aktivitas yang digunakan sebagai variable bebas (X5) dalam

penelitian ini. Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diiventatasikan dalam bentuk harta perusahaan. Adapun perumusan dari rasio ini adalah:

Aktiva Total Bersih Penjualan Aktiva Total Perputaran Rasio =

f. Inventory Turnover/Perputaran Persediaan (X6)

g. Inventory Turnover adalah merupakan salah satu rasio dari rasio aktivitas yang digunakan sebagai variable bebas (X6) dalam

penelitian ini. Rasio ini menunjukkan efisiensi pengolahan dan penjualan persediaannya, sehingga semakin besar rasio ini maka akan semakin baik. Adapun rumus rasio ini adalah:

Persediaan Penjualan Persediaan Perputaran Rasio =

h. Fixed Asset Turnover/Perputaran Aktiva Tetap (X7)

i. Fixed asset ratio adalah merupakan salah satu rasio dari rasio

aktivitas yang digunakan sebagai variable bebas (X7) dalam


(22)

yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik, peralatan, tanah dan gedung dalam rangka menghasilkan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah diiventasikan pada aktiva tetap. Adapun perumusan dari rasio ini adalah:

Tetap Aktiva

Penjualan

Tetap Aktiva Perputaran

Rasio =

j. Return On Investment (Y)

Return on investment adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas (kemampulabaan), yang merupakan ukuran dari kecepatan perputaran besarnya investasi atas perolehan laba perusahaan. Rasio ini digunakan sebagai variable terikat (Y) dalam penelitian ini. Rasio ini merupakan salah satu dari rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam bisnis dimana rasio ini dapat memberikan indikasi pada kita tentang dalam melaksanakan kontrol biaya dan aktivitasnya. Adapun perumusan dari rasio ini adalah:

% 100 Aktiva Total

Bersih Laba

ROI = x

3. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah:

1). Data Primer; Data yang diperolah secara langsung dengan melakukan wawancara langsung dengan staf bagian keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam


(23)

a. Laporan keuangan perusahaan periode 2001 sampai dengan 2008 yang terdiri dari Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi

b. Sejarah singkat perusahaan c. Struktur organisasi perusahaan

d. Literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan yang diteliti dalam penelitian ini yang dianggap perlu.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di PT. Ahlindo Perkasa Alam yang berada di Jl. Bandar Khalipah Desa Penggalangan Kecamatan Tebing Syahbandar Kabupaten Sergai.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah: a. Interview (Wawancara)

Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berwenang yaitu staf bagian keuangan di PT. Ahlindo Perkasa Alam guna meminta keterangan mengenai data dan informasi yang dibutuhkan sebagai bahan penelitian, yang mana keterangan yang diperoleh tersebut selanjutnya akan diolah penulis.


(24)

b. Studi Dokumentasi (Documentation)

Penulis mencari data-data seperti dokumen dan laporan keuangan dari PT. Ahlindo Perkasa Alam mulai dari tahun 2001 sampai dengan 2008 dan berbagai buku-buku, artikel yang dipublikasikan serta penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

6. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan oleh penulis untuk mengolah data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini adalah dengan cara:

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang nyata mengenai keadaan perusahaan melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisaan data mengenai laporan keuangan dan kegiatan perusahaan, sehingga akan diketahui gambaran umum tentang perusahaan.

b. Metode Analisis Korelasi Rank Spearman

Metode Korelasi Spearman digunakan untuk mengulut keeratan hubungan antar dua variabel tidak berdasarkan pasangan nilai data yang sebenarnya, tetapi berdasarkan rangkingnya. Metode ini digunakan untuk tipe data yang mempunyai skala ordinal sehingga dimungkinkan untuk diberi ranking. Metode ini


(25)

ditemukan oleh Charles Speraman, yang memperkenalkan tentang hubungan antara dua variabel untuk data berperingkat. Koefisien rank Spearman dapat dihitung (Sugiyono, 2004:284) dengan rumus:

rs hitung = 1 -

(

)

1 6

2 2

n n

bi

Dimana :

rs hitung = Koefisien Korelasi Rank Spearman

bi = Selisih peringkat untuk tiap data n = Jumlah sample atau data

Nilai rs menggambarkan besarnya hubungan dua variable tersebut. Nilai rs sama dengan 1 berarti hubungan kedua variabel tersebut kuat, dan bila mana rs mendekati 0 maka hubungan kedua variabel tersebut lemah dan mendekati tidak ada. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan dua variable yang searah. Selain itu untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan dari korelai Rank Spearman yang diperoleh maka dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang dihasilkan. Apabila signifikansi

yang ditetapkan untuk penelitian (α = 5 %) maka terdapat

hubungan yang signifikan antar variabel X dan Y. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15.0.

Bentuk pengujian yang digunakan : Ho : rs hitung = 0


(26)

Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

Ha : rs hitung≠ 0

Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas (X) dan variable terikat (Y).

Kriteria yang digunakan :

Ho diterima jika rs hitung ≤ rs tabel dengan α = 5 %

Ha diterima jika rs hitung > rs tabel dengan α = 5 %

7. Pengujian Hipotesis Uji Statistik-t

Untuk menguji signifikansi dari Koefisien Korelasi Spearman yang diperolah maka digunakan uji-t dengan rumus dan kemudian dibandingkan dengan table t. Rumus yang digunakan untuk menghitung thitung dalam buku Sugiyono (2007:185) adalah:

thitung = r 2

1 2

r n

− −

Bentuk pengujian yang dugunakan adalah: Ho : thitung = 0

Artinya : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variable Y.

Ho : thitung≠ 0

Artinya : terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variable Y.


(27)

Kriteria pengambilan keputusan pada Uji-t adalah: Ho diterima jika t hitung≤ t tabel dengan α = 5 %


(28)

BAB II

URAIAN TEORITAS

A. Penelitian Terdahulu

Sitanggang (2007) melakukan penelitian tentang hubungan rasio aktivitas terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba pada PD. Aneka industri dan jasa Medan. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah rasio perputaran persediaan, rasio perputaran piutang, rasio perputaran total aktiva, periode perputaran persediaan, periode pengumpulan piutang sebagai variabel yang menentukan perusahaan dalam memperoleh laba yang diukur dengan Return on Investment (ROI). Penelitian menunjukkan rasio perputaran persediaan, rasio total aktiva mempunyai hubungan positif dan signifikan sedangkan variabel periode perputaran persediaan menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan.

Simbolon (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh strukrur modal terhadap Profitabilitas perusahaan manufaktur terbuka di bursa efek Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stuktur modal dengan variabel DER, LDAR dan LDER dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan baik secara parsial maupun secara serempak terhadap ROI. Berdasarkan perhitungan dengan model regresi hasilnya terlihat bahwa variabel DER berpengaruh –0.33 serta LDER berpengaruh -0.69 terhadap ROI. Sedangkan dari hasil pengukuran secara parsial ditemukan bahwa LDER paling dominan mempengaruhi provitabilitas


(29)

Siagian (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Antara Rasio Likuiditas dengan profitabilitas pada PT. PLN ( persero) unit sumatera Utara cabang Medan. Hasil peneitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel rasio likuiditas yang terdiri dari current ratio,acidt test ratio dan cash ratio secara individual terbukti mempunyai hubungan positif dan tidak sifnifikan terhadap ROI perusahaan.

Harry (2006) melakukan penelitian dengan judul pengaruh financial Leverage melalui pendekatan Debt to Eqity Ratio terhadap rentabilitas modal sendiri perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pengaruh financial leverage melalui pendekatan Debt to Equity Ratio terhadap rentabilitas modal sendiri sebesar 85,4% sedangkan 14,6% di pengaruhi oleh faktor lainnya.

Kristianti (2003) melakukan penelitian dengan judul pengaruh likuiditas terhadap investasi aktiva tetap pada perusahaan yang dikelompokkan dalam

Financially Contrained. Hasil penelitian menunjukkan perusahaan yang di

kelompokkan dalam not financially contrained dalam melakukan investasi aktiva tetapnya lebih tergantung pada likuiditas yang dimiliki dibandingkan dengan perusahaan yang dikategorikan sebagai financially contrained.

B. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Dasar dari laporan keuangan itu sendiri adalah neraca dan laporan laba rugi serta laporn perubahan posisi keuangan (laporan sumber dan penggunaan dana) yang berhubungan satu sama lain.


(30)

Akuntansi dalam suatu perusahaan sering didefenisikan sebagai suatu seni dalam mencatat, menggolong-golongkan dan mengikhtisarkan dengan cara tertentu transaksi-transaksi dari kejadian-kejadian yang sekurang-kurangnya bernilai uang dan menginterpretasikan hasilnya. (Ikatan akuntan Indonesia, 2002:1).

Berdasarkan defenisi diatas, jelaslah bahwa kegiatan akuntansi baru berakhir pada penginterprestasian dari hasil pekerjaan mencatat, menggolongkan, dan mengikhtisarkan transaksi dari kejadian-kejadian yang timbul didalam perusahaan. Hasil kegiatan akuntansi yang telah diinterpretasikan tersebut umumnya berbentuk ikhtisar-ikhtisar dan inilah yang dimaksud dengan Laporan Keuangan (Financial Statement). Menurut Bringham dan Houston (2001:38) mengatakan bahwa; “Laporan keuangan adalah laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Sedangkan menurut Harahap (2007: 105) laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu maupun jangka waktu tertentu. Laporan ini berisi laporan keungan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama tahun yang lalu dan prospek perusahaan dimasa depan”.

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja, tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan tersebut,dimana dengan hasil analisis tersebut, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan. Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada standar akuntansi yang lazim.


(31)

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:2), disebut bahwa: “Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan Keuangan yang biasanya meliputi neraca,laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau sebagai laporan arus dana), catatan dan laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut,misalnya informasi keuangan segmen industeri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.

Neraca dan laporan perhitungan laba rugi harus disusun secara sistematis, sehingga dapat memberikan gambaran posisi keuangan dari suatu perusahaan pada suatu kurun tertentu, serta memuat catatan, laporan dan materi penjelasan yang diperlukan untuk dilaporkan. Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan posisi keuangan. Neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

Laporan perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan serta biaya-biaya serta biaya-biaya yang terjadi periode tertentu dan laporan perubahan posisi keuangan menunjukkan sumber dan penggunaan dana atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan posisi modal perusahaan. Dalam pengukuran laba sebuah perusahaan laporan laba rugi dapat memberikan informasi yang jelas mengenai penyimpangan yang dilakukan oleh setiap departemen yang ada dalam perusahaan atas penyimpangan yang dilakukan oleh setiap departemen yang ada dalam perusahaan atas penyimpangan yang terjadi terhadap, target perusahaan. Tetapi dalam prakteknya, sering diikutsertakan kelompok lain, yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perusahaan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas dan atau laporan atau kas, laporan


(32)

sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya. Penjelasan tentang laporan keuangan diatas diperkuat oleh pendapat Sawir (2005:2) yang mengatakan bahwa laporan keuangan adalah merupakan hasil akhir dari proses akuntansi.

C. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dan disajikan oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan tersebut. Informasi keuangan ini untuk selanjutnya dijadikan bahan masukan atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang berkepentingan, seperti pihak manajemen, pemegang saham, pemilik perusahaan, para kreditur, karyawan, pemerintah dan sebagainya.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Sawir (2005:2) adapun tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakaianya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atau sumber daya yang dipercayakan kepadanya.


(33)

Laporan keuangan dalam penyusunannya harus mempunyai ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan bermanfaat bagi pemakaianya, yaitu karakteristik kualitatif. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:7-10), ada 4 karakteristik kualitatif pokok, yaitu :

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimaksudkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi dimasa lalu.

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus


(34)

atau jujur (faithfurl represntation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

D. Pemakaian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemakaianya dalam dunia bisnis yang menghasilkan keuntungan.

Menurut Harahap (2007:120-125) para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya yaitu :

1. Pemegang Saham

Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, modal, utang, hasil, biaya dan laba yang akan diterima oleh pemegang saham dalam bentuk deviden. Dari informasi ini dapat mengambil keputusan apakah menjual, mempertahankan ataukah menambahkannya dan itu semua


(35)

tergantung pada kesimpulan yang diambil dari laporan keuangan dan informasi tambahan lainya.

2. Investor

Dengan laporan keuangan perubahaan investor potensial akan melihat kemungkinan potensi keuntungan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan apakah layak disarankan pada pelangganya untuk membeli, menjual atau menambah sahamnya.

3. Analisis Pasar Modal

Dengan menggunakan laporan keuangan seorang analisis pasar modal ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan, apakah layak disarankan pada pelanggannya untuk membeli, menjual atau menambah sahamnya.

4. Manajer

Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan pada keputuan yang cepat dan setiap saat untuk itu seorang manajer harus benar-benar memahami kondisi keuangan perusahaan selengkap-lengkapnya melalui laporan keuangan perusahaan. 5. Karyawan dan Serikat Pekerja

Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk mengetahui apakah ia masih terus bekerja disitu atau pindah. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan agar ia mengetahui gaji yang diterimanya sudah relevan atau belum.


(36)

Perusahaan selalu mempunyai kewajiban pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB) dan jenis lainnya. Semua kewajiban pajak tersebut semestinya tergambar dalam laporan keuangan dengan demikian instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dari perhitungan pajak.

7. Pembeli Dana (Kreditur)

Kreditur juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberikan pinjaman. Bagi perusahaan calon debitur informasi laporan keuangan dapat menjadi sumber untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diluncurkan.

8. Supplier

Supplier menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui apakah perusahaan layak di berikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan.

9. Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi

Pemerintah membutuhkan laporan keuangan karena ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. Jika belum maka lembaga ini dapat memberikan teguran atau sanksinya.

10. Langgaran dan Lembaga Konsumen

Konsumen berhak mendapatkan layanan memuaskan dengan harga equilibrium dengan begini maka konsumen terlindungi dari praktik yang merugikan hal ini biasanya dipantau oleh lembaga konsumen. Sebaiknya laporan keuangan juga menyajikan tentang ini.


(37)

11. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Pada saat sekarang ini sudah banyak jenis-jenis LSM. LSM juga membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan pihak tertentu yang dilindunginya.

12. Peneliti/Akademisi/lembaga peringkat

Bagi peneliti atau akademisi laporan keuangan sangatlah penting sebagai data primer dalam melakukan penelitian topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar untuk diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesis atau penelitian yang dilakukan.

Informasi yang terdapat dalam laporan biasa yang disusun dalam bentuk general purpose biasanya tersebut diatas. Oleh karena itu diperlukan analisis laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan akurat sehingga menambah daya guna laporan keuangan yang lazim.

E. Kinerja Keuangan

Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan tertentu (Sugiyarso dan Winarni, 2006:111).

Permintaan kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan-perusahaan selama satu periode tertentu dapat diketahui, dan dengan demikian hasil penilaian tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi usaha


(38)

perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya. Dengan diketahuinya keuangan perusahaan, maka keputusan yang rasional dapat dibuat dengan bantuan alat-alat analisis tertentu dimana analisis tersebut dapat dilakukan baik oleh eksternal perusahaan seperti kredit, para investor maupun pihak internal perusahaan sendiri.

Ukuran kinerja perusaaan yang profit oriented maka tujuannya jelas, yaitu meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Perusahaan dikatakan profitable menurut Ross et all (2005) yaitu jika perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih baik dari investor menanamkan modalnya tersebut di pasar modal. Dengan demikian kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan ukuran penting bagi perusahaan, di samping ukuran-ukuran lain yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Berbagai kriteria dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Karena kegiatan perusahaan bermuara di bidang keuangan, maka ukuran keuangan sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan antara

Added (EVA), break even point (BEP), liquidity ratio, laverage/solvabilitas ratios, efficiency ratio, profitability ratio, aktivity ratio, dan sebagainya. Dimana masing-masing alat ukur ini mempunyai kelemahan dan kekuatan. Ukuran ini yang bersifat lebih menyeluruh dapat juga digunakan balance scorecard dimana proses-proses yang dijalankan perusahaan ikut diperhitungkan untuk menilai kinerja total perusahaan.

Menurut Purba (2002:56), analisis kinerja keuangan biasanya dilakukan untuk mencapai dua hal pokok, kedua hal pokok tersebut adalah sebagai berikut :


(39)

1. Mengevaluasi kinerja keuangan masa lalu perusahaan (evaluation of firm’s past financial performance).

2. Prospek keuangan (financial prospect) masa yang akan datang

Mengevaluasi kinerja keuangan masa lalu berarti mengukur kinerja keuangan yang dicapai dan membandingkannya dengan tujuan yang direncanakan. Pengukuran dilakukan untuk menetapkan apakah perusahaan dapat mewujudkan tujuan tersebut atau tidak. Untuk mengevaluasi keberhasilan tersebut diperlukan informasi keuangan (financial information) yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan baik neraca maupun laporan laba rugi.

Apakah telah dievaluasi kinerja keuangan, apakah kinerja keuangan tersebut sesuai dengan rencana atau tidak selalu diupayakan agar pada masa yang akan datang kondisi kinerja keuangan perusahaan akan lebih baik. Dalam menganalisis kinerja keuangan sebuah perusahaan, perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio ideal yang penting untuk digunakan.

Dalam menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan seorang analisis keuangan menggunakan beberapa tolak ukur. Adapun tolak ukur yang sering digunakan dalam melakukan analisis kondisi keuangan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lain. Ada banyak macam-macam rasio yang dapat digunakan menurut kebutuhan penganalisa antara lain (Riyanto,2001 :330).

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, sehingga rasio ini menjadi penting bagi pimpinan perusahan, manajer bank, atau pemasok yang


(40)

memberikan kredit penjualan kepada perusahaan. Adapun rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah arasio cepat (Quick Ratio) sebab rasio ini memberikan gambaran utang lancarnya karena aktiva lancar yang diperhitungkan tidak termask persediaan, persediaan merupakan aktiva lacar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga dan aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi.

Sehubungan dengan hal tersebut rasio cepat (Quick Ratio) dapat memberikan gambaran yang lebih cermat tentang keadaan likuiditas perusahaan, karena lebih mendekati kebenaran dibandingkan dengan menggunakan rasio lainnya yang masih bersifat umum (Kuswadi, 2004, 199).

Rumus dari rasio cepat/quict ratio (Sawir, 2005:10) : Rasio cepat =

Lancar g

U

Persediaan Lancar

Aktiva

tan

2. Rasio Leverage

Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya seandainya pada saat itu perusahaan tersebut dilikuidasi. Adapun rasio-rasio Leverage yang umum digunakan (Sawir, 2005:13).

a. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini banyak digunakan dimana rasio ini menggambarkan perbandingan antara utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.


(41)

Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal sangat penting dalam memahami antara resiko dan laba yang didapat, karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan, namun utang bukan merupakan sesuatu yang jelek bila utang dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan efektif sehingga dapat memberikan keuntungan kepada para pemilik perusahaan yaitu pemegang saham.

Rumus dari debt to equity ratio adalah : DER =

Ekuitas Total

Kewajiban Total

x 100 % b. Debt Asset Ratio (DAR)

Aktiva didanai dari dua sumber, yaitu dari investor dan dari kreditor. Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki sehingga memberikan gambaran tentang berapa besar dana perusahaan yang berasal dari pinjaman. Semakin besar hasil persentasenya maka cenderung semakin besar pula resiko keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham karena semakin besar pinjaman maka akan semakin besar pula resiko yang ditanggung perusahaan. Bentuk perhitungan dari debt to asset ratio adalah sebagai berikut :

DAR =

Aktiva Total

Kewajiban Total

x 100 %

c. Long Term Debt To Equity Rasio (LDER)

Rasio ini merupakan perbandingan antara utang jangka panjang terhadap modal perusahaan (pemegang saham). Rasio ini menunjukkan bagian dan setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untu utang jangka panjang perusahaan. Rumus dari long Debt to Equity Ratio adalah :


(42)

LDER =

Ekuitas

Panjang Jangka

Kewajiban

x 100 %

3. Rasio Aktiva/Activity Ratio

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pada pengendaliannya. Semua ratio dalam rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbabagai jenis aktiva. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva.

a. Rasio Perputaran Total Aktiva TotalAsset Turnover

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harga perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan beberapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Apabila perputaranya lambat maka hal ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimilikinya terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan menjualnya. Adapun perumusan dari ratio ini adalah :

Rasio Perputaran Total Aktiva =

Aktiva Total

Bersih Penjualan

b. Rasio Perputaran Persediaan/Inventory Turnover

Pengelolaan persediaan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan bisnis. Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan. Rasio ini merupakan alat ukur yang cukup populer digunakan untuk menilai efisiensi operasional perusahaan dan menjual persediaannya yang menunjukkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada


(43)

pada persediaan. Maka semakin tinggi perputaran ini maka akan semakin baik penanaman modal dalam persediaan dengan transaksi penjualan. Adapun rumus dari rasio ini adalah :

Rasio Perputaran Persediaan =

Persediaan Penjualan

c. Rasio Perputaran Aktiva Tetap / Fixed Asset Ratio

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diivestasikan pada aktiva tetap. Rasio ini berguna bagi perusahaan untuk mengevaluasi kemampuan pendapatan perusahaan. Apabila perputarannya lambat maka kemungkinan terdapat kapasistas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat atau mungkin disebabkan oleh hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang dapat diperoleh perusahaan. Adapun rumus dari rasio ini adalah sebagai berikut :

Rasio perputaran aktiva tetap =

Tetap Aktiva

Penjualan

F. Kemampuan Perusahaan

Tujuan dari sebuah perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya adalah untuk memakmurkan pemegang saham perusahaan dan mensejahterakan karyawannya serta pihak yang terkait dengan perusahaan, dimana dalam mewujudkan tujuan tersebut diatas perusahaan haruslah dapat


(44)

menghasilkan laba sehingga dengan terus tumbuhnya laba perusahaan maka nilai perusahaan juga dapat tercapai sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba secara berkesinambungan. Setiap laba yang diperoleh perusahaan tidaklah menjamin bahwa perusahaan beroperasi dengan efisien. Tingkat efisiensi perusahaan dapat diperoleh dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Kemampulabaan merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputuan manajemen perusahaan. Dimana kemampulabaan/profitabilitas merupakan gambaran dari kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2007:304).

Analisis kemampulabaan terdiri dari pengujian yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja dari perusahaan selama tahun tertentu. Rasio kemampuan akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajamen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan. Adapun menurut Sawir (2005:18) rasio kemampuan yang umum digunakan adalah :

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) c. Daya Laba Dasar (Basic Erning Power) d. Return on Investment (ROI)


(45)

G. Return On Investment (ROI)

Pada penelitian ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh lab maka peneliti menggunakan salah satu dari rasio kemampulabaan, yaitu Return on investment (ROI). ROI merupakan alat yang biasa digunakan untuk menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan yang mana rasio ini digunakan dalam bisnis sebab dapat memberikan indikasi kepada kita tentang baik buruknya manajemen perusahaan dalam melaksanakan kontrol biaya dan kontrol aktivanya.

Rasio ini menunjukkan efektifitas penggunaan dana dilihat dari perputaraannya dalam satu periode sebab besarnya laba bersih perusahaan dipengaruhi oleh perputaran makin efektif pula penggunaan dan tersebut sehingga makain besar pula laba perusahaan atas dana yang ditanam. Menurut Kuswadi (2004:190) rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibanding dengan jumlah dana yang ditanam dalam perusahaan.

Rasio return on investment (ROI) dapat dihitung dengan rumus : ROI =

Aktiva Total

Bersih Laba

x 100%

Return on Investment (ROI) dalam suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara (Simamora, 1999:270).

a. Meningkatkan penjualan

Peningkatan penjualan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual produk tanpa harus meningkatkan baiaya variabel per unit ataupun biaya tetap. Hal ini terjadi setiap kali kenaikan persentase jumlah biaya lebih kecil dari persentase kenaikan jumlah rupiah penjualan. Kenaikan penjualan juga


(46)

meningkatkan putaran aktiva sepanjang tidak terjadi kenaikan proporsional dalam aktiva.

b. Pemangkasan Biaya

Pemangkasan biaya merupakan pendekatan pertama yang dilakukan oleh manajer keuangan manakala mengalami kemerosotan penjualan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Menelaah biaya tetap, baik unsur biaya maupun program yang membentuk suatu paket biaya tetap dan kemudian mencari biaya yang dapat dipotong dengan segera

2. Mencari cara untuk membuat para karyawan bekerja dengan lebih efesien dengan membuang duplikasi, waktu bukan nilai tambah atau waktu perbaikan mesin dan dengan meningkatkan muata kerja karyawan

c. Mengungsi Asset

Pemasangan kelebihan investasi dalam perusahaan dapat mempunyai pengaruh yang signifikan terhdap putaran aktiva dan oleh sebab itu juga terhadap angka ROI. Pengurangan investasi yang tidak perlu kerap memerlukan pelepasan maupun penghapusan aktiva yang tidak produktif maupun tidak lagi digunakan.


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perkembangan Perusahaan

PT. Ahlindo Perkasa Alam didirikan pada tahun 1987 yang beralokasi di Jalan Bandar Khalipah Desa Penggalangan Kecamatan Tebing Syahbandar Kabupaten Sergai.

Dipilihnya lokasi pabrik di daerah ini, karena pada lokasi seputar kotamadya Tebing Tinggi terdapat banyak areal perkebunan karet, baik yang merupakan perkebunan milik swasta asing, swasta nasional, pemerintah maupun kebun-kebun karet milik rakyat. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri pengolahan kayu rambung yang diolah menjadi lembaran papan dengan tebal dan ukuran tertentu, kemudian diolah menjadi meja dan kursi makan (dining-set). Hasil produksi dipasarkan didalam negeri dan ada yang dieksport ke luar negeri.

Pada tahun 1970 sampai dengan akhir 1980-an kayu rambung ini masih dianggap kurang memiliki nilai ekonomis, hanya cocok dijadikan papan kualitas rendah atau yang lebih tragis lagi adalah untuk dijadikan bahan baker. Kemudian pada awal tahun 1990 setelah dirasakan kebutuhan akan kayu terus meningkat sedangkan hutan-hutan yangn selama ini menjadi sumber kayu-kayu tersebut sudah semakin berkurang daya dukungnya, barulah kayu rambung ini dilirik oleh para pengusaha kayu.

Cara yang paling tepat untuk mengolah kayu rambung ini menjadi kayu yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu melalui pengawetan dengan


(48)

menggunakan Borac dan Boric, Bonic dan Oxcid, kemudian dilakukan pengeringan untuk mendapatkan kayu yang dibutuhkan. Pada tahap pertama di tahun 1987 mulai mengoperasikan pabrik sawmill dengan kapasitas 24.000 m3 bahan baku kayu rambung yang diolah per bulan. Tahun demi tahun PT. Ahlindo perkasa Alam mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Adapun tahapan perkembangan PT. Ahlindo Perkasa Alam adalah sebagi berikut: 1. Mulai tahun 1994 PT. Ahlindo Perkasa Alam memproduksi :

a. Finger Jointed Board sebanyak 12.000 m3/tahun b. Kursi sebanyak 2.640 m3/tahun

c. Meja sebanyak 2.400 m3/tahun

2. Mulai tahun 1998 memproduksi Mosaic Parquet sebanyak 5.000 m3/tahun PT. Ahlindo Perkasa Alam berupaya untuk tetap memaksimalkan hasil produksinya untuk mendapatkan laba dengan mengutamakan kualitas sehingga mampu menembus pasar dunia terutama dalam bidang furniture.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang tepat perlu disusun sesuai dengan eprkembangan perusahaan, teknologi dan perekonomian secara umum.

Struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan anatara orang-orang yang berkedudukan, bertugas, berwenang serta bertanggungjawab pada posisi yang berbeda-beda. Struktur organisasi perusahaan hendaknya fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan perubahan tanpa harus melakukan perubahan secara total. Disamping itu itu struktur organisasi hendaknya menggambarkan secara jelas garis wewenang dan


(49)

tanggungjawab serta dapat memisahkan fungsi pelaksanaan, penyimpanan, dan pencatatn.

Struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan ini adalah struktur organisasi lini/garis, dimana rantai perintah adalah jelas mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajerial. Untuk lebih jelasnya, bagan struktur organisasi PT. Ahlindo Perkasa Alam dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

C. Uraian Tugas

Selanjutnya akan diuraikan bentuk struktur organisasi PT. Ahlindo Perkasa Alam secara umum dan bagian-bagian yang ada pada PT. Ahlindo Perkasa Alama :

a. General Manager

1. Menentukan dan menetapkan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan oleh dewan komisaris.

2. Mengangkat pegawai tingkat staf serta menentukan tanggungjawab dan wewenang masing-masing.

3. Menyelesaikan permasalahan yang muncul serta musyawarah dengan tidak merugikan masing-masing pihak.

4. Mengadakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap keuangan-keungan perusahaan.

5. Melakukan terobosan guna peningkatan manajemen dan keuntungan perusahaan.


(50)

1. Sesuai dengan wewenang yang ada padanya mkaan factory manager berhak mengambil keputusan dan kebijaksanaan sehubungan dengan arah dan tujuan kegiatan perusahaan.

2. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang berkenaan dengan pendayagunaan dana dan daya perusahaan.

3. Memonitor dan memberikan pengarahan bagi para karyawan untuk dapat bekerja secara teapat guna dan berhasil guna, sehingga memudahkan pencapain tujuan yang diinginkan.

c. Kepala Divisi PPIC (Process Planning and Inventory Control)

1. Mengawasi persediaan bahan baku yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi.

2. Mengawasi kegiatan Inventory untukl setiap pemakaian bahan baku. 3. Menganalisa kebutuhan waktu dalam memproduksi dari bahan baku

samapai menjadi bahan jadi.

4. Menentukan jadwal pengiriman dengan target pengiriman tepat waktu sesuai dengan permintaan konsumen.

d. Kepala Divisi Produksi

Bertugas untuk membuat dan melaksanakan produksi sesuai dengan trencana yang telah ada.

1. Bertanggung jawab atas kegiatan pelaksanaan bagian produksi.

2. Merencanakan dan mengatur spesifikasi dan standar mutu yang tealah ada.


(51)

1. Menjamin ketersediaan bahan baku dan bahan penolong.

2. Mengawasi system pemasokan bahan baku atau bahan penolong berdasarkan metode FIFO (First In First Out).

3. Menganalisa stock minimum bahan baku dan bahan penolong dalam kurun waktu produksi terjadwal.

f. Kepala Divisi QA (Quality Assurance) 1. Menjamin penerapan rencana mutu.

2. Menetapkan tingkatan mutu sesuai denagn rencana mutu. 3. Melakukan monitoring mutu diproduksi.

g. Kepala Bagian Produksi

1. Bertanggung jawab atas perbaikan mesin. 2. Menyusun jadwal untuk memeriksa mesin. 3. Bertanggung jawab atas keadaan mesin.

4. Mengawasi produktifitas karyawan dan penempatan karyawan di areal produksi.

h. Kepala Bagian Logistik

1. Menjamin penyimpanan bahan penolong dalam kondisi yang bagus dan tidak menurunkan mutu bahan tersebut.

2. Mengidentifikas jumlah persediaan minimum guna kelancaran proses produksi.


(52)

1. Menjamin kegiatan administratif dalam perusahaan berjalan dengan baik.

2. Memonitoring keluar masuk bahan secara umum. 3. Perhitungan payroll bagi karyawan.

j. Kepala Bagian HR (Human Resource)

1. Penyediaan sumber daya manusia (SDN) yang berkualitas dan persyaratan minimum SLTA.

2. Menjamin kebutuhan pelatihan terindentifikasi dan pembuatan program latihan.

k. Kepala Bagian Pemasaran

1. Menjamin pemahaman dengan jelas kebutuhan pelanggan dan merancang serta mengadakan terobosan pemasaran produk.

2. Menjamin penanganan sanggayhan pelanggan ditangani dan ditindaklanjuti (koreksi)

l. Kepala Bagian Purchasing (Pembelian)

1. Menjamin perencanaan material dan pembelian berjalan dengan lancar. 2. Mejamin spesifikasi dan jumlah sesuai dengan BPB (Bon Pembelian

Barang).

3. Menjamin tindakan koreksi terhadap vendor/supplier dan seleksi yang ketat guna mendapatkan barang yang berkualitas.

m. Kepala Bagian Eksport

1. Menjamin penyerahan produk ke tangan pelanggan dengan jumlah dan waktu yang telah disediakan.


(53)

PT. Ahlindo Perkasa Alam mempunyai aktivitas di bidang perdagangan dan industri baik ekspor maupun impor, khususnya di bidang produk-produk

furniture. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah hasil pengolahan kayu rambung berupa produk-produk furniture seperti kursi, meja dan perabotan rumah tangga lainnya. Produk yang dihasilkan perusahaan ini dipasarkan didalam dan luar negeri.

Dalam meningkatkan volume penjualan, maka perusahaan harus merumuskan dan melaksanaksanakan strategi pemasaran yang tepat. Tentunya strategi pemasaran ini harus dievalusi secara berkala untuk mengetahui apakah perlu direvisi, dimodifikasi atau diganti sama sekali, mengingat perubahan lingkungan yang sangat cepat dan ketatnya persaingan.

Beberapa kebijakan yang diambil perusahan yang berhubungan dengan produk adalah epmeliharaan kualitas produk dan memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen. Untuk menjaga kualitas produk perusahaan telah melakukan pengawasan yang sangat ketat mulai dari pemilihan bahan baku sampai pengolahan menjadi barang jadi.

E. Kebijaksanaan Harga Di Dalam Perusahaan

Setiap perusahaan berusaha menetapkan harga yang paling tepat, dalam arti dengan harga itu perusahaan memperoleh keuntungan yang diharapkan serta konsumen bersedia membayar (menerima harga tersebut). Harga dapat menentukan besarnya nilai penjualan yang diperoleh perusahaan karena nilai penjualan itu merupakan perkalian harga dengan volume penjualan. Selain itu untuk menentukan tingkat harga yang diperoleh oleh perusahaan, harga yang


(54)

digunakan oleh perusahaan untuk merebut pasar adalah untuk mempertahankan pasar sasaran yang telah dikuasai selama ini atau dengan kata lain harga dapat digunakan untuk mengalahkan para saingan yang ada di pasar.


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Deskriptif Variabel Penelitian

1. Quick Ratio

Quick ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar yang telah

dikurangi dengan persediaan dengan utang lancar perusahaan dimana rasio ini memberikan gambaran yang lebih cermat tentang likuiditas perusahaan sebab dalam memperhitungkan aktiva lancarnya perusahaan tidak memasukkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah. Adapun pergerakan dari quick ratio selama periode penelitian dapat kita pada grafik dibawah ini.

Quick Ratio

-20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Berdasarkan grarik 4.1. maka dapat dilihat bahwa pergerakan quick ratio

bersifat fluktuatif memiliki nilai tertinggi adalah pada tahun 2002 yaitu sebesar 0,888 atau 88,8 % hal ini berarti pada tahun 2002 setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh Rp.0,888 aktiva lancar yang lebih likuid hal ini cukup baik karena

Sumber : Laporan Keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam, diolah


(56)

menurut Sawir (2005:10) bahwa rasio cepat (quick ratio) yang baik adalah 1. Untuk nilai quick ratio terendah terjadi pada periode 2003 yaitu sebesar 0,407 atau 40,7 % yang berarti setiap Rp. 1,- hutang lancer perushaan dijamin dengan Rp. 0.407 aktiva lancar yang lebih likuid. Penurunan yang terjadi dari periode 2002 ke 2003 tersebut juga merupakan penurunan yang terjadi selama periode penelitian yaitu sebesar 0,481 atau sebesar 48,1 % hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan aktiva lancar dibandingkan dengan kenaikan utang lancar dari periode 2002 sampai 2003.

2. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan hal ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaa untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal sangat penting untuk memahami laba dan resiko yang akan di dapat. Adapun pergerakan dari Debt to equity ratio selama periode penelitian dapat kita lihat pada grafik dibawah ini.

Debt to Equity Ratio

-20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Sumber : Laporan Keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam, diolah

Gambar 4.2 : Perkembangan Debt to Equity Ratio Periode 2001 sampai dengan 2008


(57)

Berdasarkan grafik 4.2. dapat kita lihat bahwa debt to equity ratio dari perusahaan bersifat fluktuatif namun pada mulai periode 2006 samapai dengan 2008 debt to equity ratio menunjukkan pergerakan yang meningkat yaitu 0,545 atau 54,5 % meningkat pada tahun 2007 menjadi 0,895 atau 89,5 % dengan kata lain meningkat sebesar 0,35 atau 35 % dan pada tahun 2008 menjadi 1.259 atau 125,9 % dengan kata lain meningkat sebesar 0.364 atau 36,4 % dari tahun 2005. Hal ini berarti setiap Rp. 1.259 dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan untuk utang perusahaan. Peningkatan ini disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah kewajiban perusahaan mulai dari periode 2006 samapai dengan 2008.

3. Debt to Asset Ratio

Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki sehingga memberikan gambaran tentang berapa besar dana perusahaan yang berasal dari pinjaman karena menurut pendapat tradisional semakin besar kewajiban maka akan semakin besar pula resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan. Adapun pergerakan dari debt to total asset

selama periode penelitian dapat kita lihat pada grafik dibawah ini.

Debt to Asset Ratio

-10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun


(58)

Sama halnya dengan debt to equity ratio perusahaan bergerak fluktuatif dan mulai pada tahun 2006 samapai dengan 2008 debt to asset ratio (DAR) juga mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 DAR 0,353 atau 35,3 % dan mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi 0,474 atau 47,4 % dengan kata lain mengalami kenikan sebesar 0,121 atau 12,1 % dari tahun 2006 dan pada tahun2008 DAR juga naik menjadi 0.557,- atau 55,7 % atau naik sebesar 0.083 atau 8,3 % dari tahun 2005 hal ini berarti setiap Rp. 0.557,- dari setiap rupaiah

asset perusahaan digunakan untuk menjamin utang perusahaan pada tahun 2008. Hal ini disebabkan terus meningkatnya jumlah utang perusahaan mulai dari periode 2006 sampai dengan 2008 dan diikuti besarnya kenaikan jumlah harga perusahaan.

4. Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini merupakan perbandingn antara utang jangka panjang terhadap modal perusahaan (pemegang saham). Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang perusahaan. Adapun pergerakan dari long term debt to equityratio selama periode penelitian dapat kita liat pada grafik di bawah ini.

LDER

-0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Sumber : Laporan Keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam, diolah Gambar 4.4 : Perkembangan LDER Periode 2001 sampai dengan 2008


(59)

Sama halnya dengan rasio leverage lainnya maka long term to equity ratio

(LDER) juga bersifat fluktuatif namaun akibatnya terjadinya kenaikan utang

jangka panjang mulai dari 2006 sampai dengan 2008 maka menyebabkan LDER juga mengalami kenaikan yaitu mulai tahun 2006 sebesar 0.118 atau 11.8% menjadi 3.91 atau 39.1% pada tahun 2007 adalah sebesar 0.273 atau 27.3% dari tahun sebelumnya yaitu 2006 dan kembali mengalami keniakan pada tahun 2008 sebesar 0.195 atau 19.5% menjadi 0.568 atau 56.8%.

5. Total Asset Turnover

Rasio perputaran total aktiva merupakan gambaran perputaran total aktiva yang diukur dari volume penjualan perusahaan. Berdasarkan perhitungan awal pada laporan keuangan perusahaan diketahui bahwa tingkat perputaran bervariasi namun terhitung masih bernilai kecil atau berputar dalam jangka waktu yang lama. Hal ini berarti kemampuan total aktiva dalam perusahaan untuk menciptakan penjualan yang akan menghasilkan laba juga rendah. Adapun pergerakan dari total asset turnover selama periode penelitian dapat kita lihat pada grafik dibawah ini.

Total Asset Turnover

-20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Sumber : Laporan Keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam, diolah Gambar 4.5 : Perkembangan Total Asset Turnover Periode 2001 sampai


(60)

Berdasarkan grafik 4.5 dapat kita perhatikan bahwa mulai dari periode 2001 samaai dengan 2006 total asset turnover cenderung menunjukkan peningkatan, namun melihat nilainya tingkat perputran aktiva ini masih tergolong lambat hal ini ditunjukkan dengan kecilnya nilai perputaran aktiva. Penjualan terus meningkat namun peningkatan penjualan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang mana masih sangat besarnya jumlah piutang perusahaan dan masih belum maksimalnya perputaran aktiva tetap dan persediaan menjadi penyebab terus meningkatnya jumlah aktiva perusahaan.

6. Inventory Turnover

Rasio perputaran persediaan merupakan perbandingan antara penjualan dengan persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perputaran persediaan menggambarkan kecepatan perputaran dari persediaan, dimana semakin besar rasio ini masih akan semakin baik. Semakin tinggi perputarannya maka akan semakin singkat penanaman modal dalam persediaan dengan transaksi penjualan. Adapun pergerakan dari inventory turnover selama periode penelitian dapat kita lihat pada grafik dibawah ini.


(61)

Inventory Turnover

-5.0 10.0 15.0 20.0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Berdasarkan grafik 4.6 maka dapat kita lihat inventory turnover mengalami peningkatan, khususnya pada rentang tahun 2001 sampai dengan 2006. kenaikan perputaran ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penjualan perusahaan sehingga apabila tingkat penjualan semakin tinggi maka berarti kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan akan semakin besar.

7. Fixed Asset Turnover

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti tanah perkebunan, pabrik dan peralatan. Apabila perputarannya lambat maka kemungkinan terdapat untuk dapat meningkatkan penjualan atau mungkin disebabkan oleh hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang dapat diperoleh perusahaan. Dalam industri perkebunan perputaran aktiva tetap sangat diutamakan sebab pengelolaan lahan perkebunan perputaran aktiva tetap sangat diutamakan sebab pengelolaan lahan perkebunan dan pabrik merupakan sumber utama dari penjualan perusahaan sehingga apabila perputaran aktiva tetap ini lambat maka

Sumber : Laporan Keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam, diolah


(62)

kemampuan untuk menghasilkan laba melalui penjualan juga akan semakin kecil. Adapun pergerakan dari fixed asset turnover selama periode penelitian dapat kita lihat pada grafik.

Fixed Asset Turnover

-0.50 1.00 1.50 2.00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Berdas

Berdasarkan grafik 4.7 dapat kita lihat bahwa perputaran aktiva tetap perusahaan masih tergolong lambat walaupun terdapat kenaikan pada rentang tahun 2001 samapai dengan 2006 hal ini disebabkan oleh belum maksimalnya perusahaan memanfaatkan aktiva tetap yang telah dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan.

8. Analisis Kemampulabaan ditinjau dari Return on Investment (ROI)

Return on Investment (ROI) merupakan alat yang biasa digunakan

untuk menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan yang mana rasio ini sering digunakan dalam bisnis sebab dapat memberikan indikasi kepada kita tentang baik buruknya manajemen perusahaan, yang secara umum didefenisikan sebagai net income dibagi dengan total aktiva. Adapun pergerakkan Sumber : Laporan Keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam, diolah

Gambar 4.7 : Perkembangan Fixed Asset Turnover Periode 2001 sampai dengan 2008


(63)

dari return on investment (ROI) selama periode penelitian dapat kita lihat pada grafik.

ROI

-2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Grafik 4.8 menunjukkan tingkat ROI PT. Ahlindo Perkasa Alam masih tergolong rendah. Rendahnya nilai ROI ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari investasi yang di tanam belum berjalan dengan efektif dan efesien. Hal ini disebabkan tingkat laba yang dihasilkan bernilai kecil bila dibandingkan dengan total aktiva yang ditanamkan oleh perusahaan. Tingginya tingkat piutang, besarnya jumlah aktiva perusahaan dan diikuti dengan rendahnya perputaran aktiva tetap serta besarnya beban perusahaan menjadi penyebab masih rendahnya return on investment perusahaan. Tingginya tingkat piutang, besarnya jumah aktiva perusahaan dan diikuti dengan rendahnya perputaran aktiva tetap serta besarnya beban perusahaan menjadi penyebab rendahnya return on investmen perusahaan.

Sumber : Laporan Keuangan PT. Ahlindo Perkasa Alam, diolah Gambar 4.8 : Perkembangan ROI Periode 2001 sampai dengan 2008


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan dari rumusan masalah yang dihipotesiskan. Hipotesis memprediksikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio aktivitas, rasio likuiditas dan rasio leverage terhadap rasio profitabilitas (ROI) perusahaan. Oleh sebab itu penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Variable quick ratio, mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearman rho (Rs) sebesar 0.876 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah kuat dan nilai signifikansinya lebih kecil dari α = 5 % (0.021 < 0.05 )

2. Variabel Debt to Equity Ratio, mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin menurun. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearnan rho (Rs) sebesar – 0.310 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5 % (0.456 < 0.05 )


(2)

3. Variabel Debt to Asset Ratio, mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin menurun. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearnan rho (Rs) sebesar – 0.310 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5 % (0.456 < 0.05 )

4. Variabel Total Asset Turnover, mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearnan rho (Rs) sebesar 0.357 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5 % (0.385 > 0.05)

5. Variabel Inventory Turnover, mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan juga akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearnan rho (Rs) sebesar 0.238 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5 % (0.570 > 0.05)

6. Variabel Fixed Asset Turnover, mempunyai hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kemampulabaan pada PT. Ahlindo Perkasa Alam. Artinya semakin besar nilai dari rasio maka nilai ROI pada perusahaan


(3)

juga akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari besarnya spearnan rho (Rs) sebesar 0.571 yang mempunyai arti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah rendah dan nilai signifikansinya lebih besar dari α = 5 % (0.139 > 0.05).

A. Saran

1. Hasil penelitian menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur dengan quick ratio mempunyai tingkat likuiditas yang cukup baik karena mempunyai hubungan yang positif dengan kemampulabaan perusahaan. Namun demikian akan lebih baik jika perusahaan dapat mengurangi nilai piutang ragu-ragu sehingga tingkat likuiditas perusahaan juga akan semakin membaik oleh karena itu perusahaan harus dapat mengelola aruskas agar lebih baik lagi.

2. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan agar perusahaan dalam mengelola hutang dapat lebih efektif dan efisien lagi dalam mendanai kegiatan perusahaan baik operasional maupun penanaman modal pada anak perusahaan atau melakukan penjadwalan kembali atas kegiatan investasi lainnya sebab dalam penelitian penulis mendapati hubungan yang negatif antara leverage ratio dengan kemampulabaan PT. Ahlindo Perkasa Alam

3. Penulis menyarankan agar perusahaan dapat mengelola asset perusahaan dengan lebih baik lagi terutama pada aktiva tetap perusahaan hal ini penulis lihat melalui rendahnya fixed asset turnover perusahaan.


(4)

4. Kepada penulis yang berminat meneliti hubungan kinerja keuangan terhadap kemampulabaan (ROI) di sarankan agar melakukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah variabel rasio yang akan di teliti serta memperluas permasalahan yang akan di bahas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bodie Zvie, Alex Kane dan Alan J. AMrcus, 2006. Investment, Edisi Keenam. Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Brigham, F. Eugene. Houston Joel F, 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Buku Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harry, Muhammad, 2005. Pengaruh Financial Leverge Melalui Pendekatan Debt To Equty Ratio TerhadapRentabilitas Modal Sendiri Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan: 61-83.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jaffe. Ross. Westerfield. 2005. Corporate Finance, Seventh Edition, McGrawHill International, Singapore.

Kuswadi, 2004. Cara Mudah Memahami Angka dan Manajemen Keuangan Bagi Orang Awam. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Kristianti, Rina. 2003. Pengaruh Likuiditas terhadap Keputusan Investasi Aktiva Tetap pada Perusahaan yang Dikelompokkan Dalam Financially Constrained. Usahawan 05 TH (XXXII): 43-50.

Munawir, S, 2004. Analisa Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga Belas, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Muslich, Mohamad, 2007. Manajemen Keuangan Modern, cetakan keempat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Purba, Parentahen, 2002. Analisis dan Perencanaan Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit, USU Press, Medan.

Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2003. SPSS 10 Mengelolah Data Statistik Secara Profesional. Cetakan Keempat, Penerbit PT. Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Jakarta.


(6)

Sawir, Agnes, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sitanggang, Mariance, 2006. Analisis Hubungan Rasio Aktivitas Terhadap Kemampuan Memperoleh Laba Pada PD Aneka Industri dan Jasa Medan, Skripsi. USU, Medan.

Simbolon, Herna, 2007. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Jakarta. Skripsi, USU, Medan.

Siagian, Romy, 2007. Analisis Hubungan Antara Rasio Likuiditas dengan Profitabilitas pada PT PLN (Persero) Unit Sumatera Utara Cabang Medan. Skripsi, USU, Medan.

Suguyarso G dan Winarni F, 2006. Pemahaman Laporan Keuangan; Pengelolahan Aktiva; Kewajiban dan Modal serta Pengukuran Kinerja Perusahaan, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

Tangkilisan, Hessel Nogi S, 2003. Memahami Kinerja Keuangan Perusahaan, Penerbit Balairung&Co, Yogyakarta.

Van Horne, James dan John M, Wachowics, Jr, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, terjemahan Heru Sutejo, Bukku Satu, edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Coopeland, Manajemen Keuangan, terjemahan Jaka Wasana dan Kirbrandoko, Edisi Kedelapan, erlanggan, Jakarta, 2000.


Dokumen yang terkait

Peranan Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Perusahaan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Panin Cabang Pemuda Medan

2 59 88

Analisis Hubungan Rasio Aktivitas Terhadap Kemampulabaan Pada PT. Unilever Indonesia, Tbk

1 35 72

Analisis Hubungan Rasio Aktivitas terhadap Kemampulabaan pada PT. Pupuk Sriwidjaja Medan

0 33 91

Pengaruh Rasio Harga Laba, Rasio Pengembalian Modal, Rasio Aktivitas Dan Rasio Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 32 98

Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta

1 48 86

Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Bank, Umur Listing, dan Keputusan Auditor terhadap Internet Financial Reporting pada Perbankan yang terdaftar di BEI

3 23 114

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, RASIO AKTIVITAS, RASIO LEVERAGE, DAN RASIO PROFITABILITAS PADA KINERJA KEUANGAN Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Leverage, Dan Rasio Profitabilitas Pada Kinerja Keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Babussal

0 4 14

Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Solvabilitas Terhadap pertumbuhan Laba.

0 9 27

Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar Pada Return Saham Syariah BAB 0

1 1 16

Analisis pengaruh rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage terhadap profitabilitas perusahaan - USD Repository

0 1 117