2. Pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang
dilakukan tanpa persetujuan tertulis dari Penerima Fidusia.
10
2.6 Sengketa konsumen
2.6.1 Pengertian Sengketa Konsumen
Keluhan dari rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap produk sampai ke pelayanan jasa tertentu yang tidak memadai atau mengecewakan. Rasa
ketidakpuasan tersebut dapat dapat berkembang menjadi konflik yang dialami oleh masyarakat. Konflik juga dapat terjadi pada transaksi konsumen. Transaksi
konsumen adalah proses terjadinya peralihan kepemilikan atau penikmatan barang atau jasa dari penyedia barang atau penyelenggaraan jasa kepada
konsumen. Peralihan hak terjadi karena adanya suatu hubungan tertentu sebagaimana diatur dalam KUHPerdata atau peraturan perundang-undangan
lainnya yang berkaitan dengan peralihan hak atau penikmatan barang atau jasa. Asal mula sengketa berawal dari situasi dimana pihak yang merasa
dirugikan oleh pihak lain. Permulan tidak puas, bersifat subjektif dan tertutup yang dialami oleh perorangan maupun kelompok. Apabila perasaan kecewa atau
tidak puas disampaikan kepada pihak kedua menanggapi dan dapat memuaskan pihak pertama maka selesailah konflik tersebut. Sengketa dalam pengertian
10
Dr. Henny Tanuwidjaja, S.H, Sp.N, Pranata Hukum Jaminan Hutang Sejarah Lembaga Hukum Notariat, Bandung : PT. Refika Aditama, 2012, Hlm. 71
sehari-hari dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana pihak-pihak yang melakukan upaya-upaya perniagaan mempunyai masalah yaitu menghendaki
pihak lain untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak atau tidak berlaku demikian. Sengketa juga dimaksudkan sebagai adanya
ketidakserasian antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang mengadakan hubungan karena hak salah satu pihak terganggu atau dilarang.
Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan dengan Surat Keputusan Nomor : 350MPPKep122001 tanggal : 10 Desember 2001, yang
dimaksud dengan sengketa konsumen adalah sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan akibat
mengkonsumsi barang atau memanfaatkan jasa. Konflik atau sengketa antara konsumen dan pelaku usaha pada umumnya didasarkan kepada hal-hal yang
tidak dikehendaki bahkan tidak diduga oleh konsumen sebelumnya. Macam penyebab timbulnya sengketa secara terperinci sengketa konsumen terkait lima
hal, sebagai berikut : 1.
Barang yang tidak standar Barang yang tidak standar adalah barang yang tidak memenuhi
ketentuan spesifikasi teknis, dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan consensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan dating untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
2. Informasi yang mengelabui
Perlindungan konsumen dilihat dari sisi perbuatan yang dilakukan oleh pelaku usaha yangmemperhatikan informasi atas barang atau jasa yang
ditawarkan untuk diperdagangkan dengan tidak lengkap, tidak benar, tidak jelas, dan tidak jujur.
3. Cara menjual yang merugikan
Perlindungan konsumen dilihat dari sisi perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam hal cara menjual barang atau jasa obral, undian,
lelang, dan cara paksaan dengan mengelabui dan menyesatkan konsumen.
4. Cidera janji wanprestasi
Perlindungan konsumen dilihat dari sisi perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana yang
tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati dan atau ditandatangani.
5. Klausul baku
Perlindungan konsumen dilihat dari sisi perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha untuk mencantumkan klausul baku ada 8 daftar klausul
baku menurut UUPK yang dilarangdalam setiap perjanjian atau dokumen yang merugikan konsumen.
11
2.6.2 Pihak-Pihak Dalam Sengketa Konsumen