baku menurut UUPK yang dilarangdalam setiap perjanjian atau dokumen yang merugikan konsumen.
11
2.6.2 Pihak-Pihak Dalam Sengketa Konsumen
Sengketa konsumen adalah sengketa yang terjadi antara konsumen di satu pihak dengan pelaku usaha atau produsen di pihak lain. Konsumen sebagai
penggunapemakai barang atau jasa dan pelaku usaha atau produsen sebagai penyedia barang atau jasa. Barang dan jasa yang dapat menjadi obyek sengketa
adalah produk konsumen, yaitu barang atau jasa yang umumnya digunakan konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,keluarga, rumah tangga dan
tidak untuk diperdagangkan. Pihak-pihak dalam sengketa konsumen, sebagai berikut :
1. Konsumen
Penggunapemakai barang atau jasa, konsumen dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu :
Pertama, pemakaipengguna barang atau jasa dengan tujuan memproduksi membuat barang atau jasa lain, atau mendapatkan barang atau
jasa itu untuk dijual kembali untuk tujuan komersial. Kedua, pemakaipengguna barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri,
keluarga atau rumah tanggannya untuk tujuan non komersial. Kelompok pertama menurut penjelasan Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah
11
Intan Nur Rahmawanti dan Rukiyah Lubis, Win-Win Solution Sengketa Konsumen, Yogyakarta : Pustaka Yustisia. 2014, Hlm. 38-40
yang disebut dengan konsumen antara, dan kelompok kedua disebut konsumen akhir. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari
suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk
lainnya. 2.
Pelaku usahaProdusen Pelaku usaha sebagai penyedia barang atau jasa lazim disebut
produsen. Ketiga kelompok pelaku usaha sebagai berikut : a.
Kalangan investor, yaitu pelaku usaha penyedia dana untuk membiayai berbagai kepentingan usaha.
b. Produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang
atau jasa dari barang-barang atau jasa-jasa lainnya bahan baku, bahan tambahanpenolong dan bahan-bahan lain-lainnya.
c. Distributor, yaitu pelaku usaha yang mendistribusikan atau
memperdagangkan barang atau jasa tersebut kepada masyarakat. Pada dasarnya undang-undang tidak memberikan perlakuan yang
berbeda kepada masing-masing pelaku usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha, sepanjang pelaku usaha melaksanakannya secara benar dan
memberikan informasi
yang cukup,
relevan, dan
dapat dipertanggungjawabkan serta tidak menyesatkan konsumenyang memakai
barang atau jasa yang diberikan tersebut. Selain kegiatan perdagangan, pelaku
usaha dapat juga melakukan kegiatan usaha produksi, promosi atau penawaran, periklanan dan import. Pasal 18 mengatur larangan yang dapat
diterapkan secara umum. Secara garis besar, larangan tersebut dapat dibagi ke dalam 2 larangan pokok yaitu :
a. Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat
dan standar yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau dipakai atau dimanfaatkan oleh konnsumen.
b. Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar dan tidak
akurat, serta yang menyesatkan konsumen.
12
2.6.3 Sengketa Konsumen Dalam Hukum Perdata