mengakui isi akta notariel, jika kecuali pihak yang menyangkal dapat membuktikan bahwa bagian tertentu dari akta telah diganti atau bahwa hal
tersebut bukanlah yang disetujui oleh para pihak, pembuktian mana sangat berat.
7
2.3.4 Wanprestasi
Bedasarkan Pasal 1239 KUH Perdata diterangkan bahwa tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila
siberutang tidak memenuhi kewajibannya mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi, dan bunga. Kemudian Pasal
1241 KUH Perdata ditentukan, apabila perikatan tidak dilaksanakannya, maka si berpiutang boleh juga dikuasakan supaya dia sendirilah mengusahakan
pelaksanaannya atas biaya si berutang. Pada perikatan-perikatan untuk menyerahkan sesuatu wanprestasi biasanya berakibat penggantian kerugian.
Hasil ini sangat memuaskan, apabila menghadapi perikatan-perikatan yang terdiri atas menyerahkan sejumlah uang. Kurang memuaskan apabila prestasi itu
terdiri atas penyerahan sebuah barang, yang sukar dapat diganti. Beberapa hal diizinkan oleh pembentuk undang-undang dilakukan oleh riele executie
eksekusi riil. Eksekusi rill artinya bahwa atas barang itu sendiri diadakan penyitaan,
jadi bahwa debitur itu dipaksakan untuk menyerahkan barang tersebut, haruslah
7
Salim H.S., S.H, M.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak , Jakarta : Sinar Grafika. 2003, hlm. 42-43
dalam undang-undang ternyata dengan tegas, bahwa eksekusi riil itu dibolehkan dalam suatu perjanjian tertentu. Sebelum menuntut penggantian kerugian, yang
dibarengin dengan permohonan pembatalan dari perikatan yang diadakan, pihak lawan harus diberi peringatan terlebih dahulu dengan suatu somasi
ingebrekestelling. Somasi ialah pemberitahuan kepada debitur, bahwa debitur tidak memenuhinya kewajibannya dan diperingatkan kepadanya supaya
memenuhi perikatannya itu dalam satu tenggang waktu tertentu; adalah dengan sendirinya, bahwa tenggang waktu yang diberikan kepada debitur itu, haruslah
suatu tenggang waktu yang patut.
8
2.4
Klasula Baku
2.4.1 Pengertian Klasula Baku
Undang-Undang Perlindungan Konsumen merumuskan klausula baku terdapat pada Pasal 1 ayat 10 bahwa Klausula Baku adalah setiap aturan atau
ketentuan dan syarat-syarat yang telah disiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen
danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Praktiknya perjanjian sering dibuat dalam kondisi yang tidak berimbang.
Produsen pelaku usaha memanipulasi perjanjian yang dibuat dalam ketentuan klausula baku. Biasanya perjanjian tersebut lebih menguntungkan salah satu
8
R. Soeroso, S.H, Perjanjian Di Bawah Tangan Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2010, hlm. 28
pihak, yaitu pelaku usaha sendiri. Hal ini dikarenakan ketentuan klausula baku biasanya dibuat oleh pihak yang lebih dominan pelaku usaha klausula tersebut
tidak dapat dinegoisasikan atau ditawar-tawar oleh pihak lainnya. Penyebabnya konsumen sebagai pihak yang tidak dominan menerima begitu saja, tanpa bisa
bernegoisasi sedikitpun.
2.4.2 Larangan Klasula Baku