44
2. Rasio Kecukupan Modal CAR
Masalah kecukupan modal merupakan hal penting dalam bisnis perbankan, terutama perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi
hasil. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank
menunjukkan keadaannya yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio CAR
yang salah satunya diukur dengan membandingkan modal dengan aktiva berisiko.
Secara umum, CAR Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan
dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaanaktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi profitabilitas. Sedangkan, menurut Dendawijaya 2005:121 CAR adalah ” Rasio
yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada
bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana - dana dari sumber - sumber di luar bank , seperti dana
45
dari masyarakat, pinjaman , dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
32
Capital Adequacy Ratio CAR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
33
CAR = Modal Bank x 100
Aktiva Berisiko ATMR
Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus dipertimbangkan bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas aktiva yang
didanai oleh modal sendiri atau kewajiban atau aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil. Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 713PBI2005 yang diubah dalam PBI Nomor: 1015PBI2008 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum bahwa bank umum yang menggunakan prinsip syariah wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 delapan perseratus dari
aktiva tertimbang menurut risiko.
32
Dendawijaya, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan Yogyakarta: BPFE, 1997 h. 121
33
Slamet Riyadi, Banking Assets And Liability Manajement Jakarta: Universitas Indonesia, 2006 h.161